Mohon tunggu...
Firly Annisa Z
Firly Annisa Z Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar berbenah diri
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Iain jember tadris ips 1 angkatan 2019

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aliran Filsafat Pragmatisme dan Pemikiran Tokoh Pragmatisme

24 April 2020   09:55 Diperbarui: 24 April 2020   09:47 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Pengertian Aliran Filsafat Pragmatisme

Akhir abad XIX atau memasuki abad XX di Amerika berkembang sebuah aliran filsafat yang begitu besar dampaknya bagi perkembangan Negara tersebut sehingga mengubah cara pandang rakyat Amerika salah satunya di bidang pendidikan. 

Adalah aliran Pragmatisme, suatu pemikiran yang memandang bahwa benar tidaknya ucapan, dalil, atau teori, semata-mata bergantung kepada berfaedah atau tidaknya ucapan, dalil, atau teori tersebut bagi manusia dalam kehidupannya.

Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. 

Pegangan pragmatisme adalah logika pengamatan. Pengalaman-pengalaman pribadi dapat diterima jika hal tersebut bermanfaat. Rasionalitas dalam pragmatisme telah diubah menjadi yang berguna, yang bermanfaat, atau yang berfungsi. 

Ada dua ide utama dalam pragmatisme, pertama manusia adalah makhluk aktif-kreatif membentuk dunianya, kedua manusia memadukan kebenaran dan value dalam action. Paduan kebenaran dan value dalam action menampilkan teori kebenaran yang praktis, yang fungsional, dan yang berguna praktis.

Pragmatisme adalah suatu sikap, metode dan filsafat yang memakai akibat-akibat praktis dari pikiran kepercayaan sebagai ukuran untuk menetapkan nilai kebenaran.

2. Pemikiran Tokoh Pragmatisme

a. Charles S. Pierce
Menurut Peirce, yang penting adalah pengaruh apa yang dimiliki suatu ide dalam suatu rencana tindakan dan bukan hakikat suatu ide. Dalam konsep Peirce salah satu gagasan yang paling adalah gagasan dalam bentuk aksi, ide tidak begitu penting karena dikatakan tetapi karena dilaksanakan. 

Ditemukan sejumlah ide dan prinsip

Pragmatisme yang dihasilkan dari ajaran Peirce termasuk diantaranya bahwa prinsip pengalaman apapun selalu mempunyai hubungan dengan pengalaman lain. Proses penjelasan tentang realitas adalah suatu proses yang tidak pernah berhenti dan setiap pengetahuan hanya bersifat sementara dan kondisional.

Dalam memahami kemajemukan kebenaran (pernyataan), Peirce membagi kebenaran menjadi dua. Pertama adalah Trancendental Truth, yaitu kebenaran yang bermukim pada benda itu sendiri. Kedua, Complex Truth, yaitu kebenaran dalam pernyataan. Kebenaran jenis ini dibagi lagi menjadi kebenaran etis atau psikologis, yaitu keselarasan pernyataan dengan apa yang diimani si pembicara, dan kebenaran logis atau literal, yaitu keselarasan pernyataan dengan realitas yang didefinisikan. 

Semua kebenaran pernyataan ini, harus diuji dengan konsekuensi praktisnya melalui pengalaman (Fadliyanur, 2008). Hal ini berarti bahwa pragmatisme Peirce berusaha mengemukakan arti sesuatu, yang mana sesuatu itu praktis jika bisa diuji dengan pengalaman, dan berusaha mengungkapkan sesuatu dengan penjelasan arti (bahasa) dan matematika.

b. John Dewey
John Dewey, mengemukakan pokok-pokok pemikirannya tentang pendidikan, yaitu pendidikan sebagai:

Kehidupan itu sendiri (life). Karena pendidikan sebagai alat dan juga berfungsi sebagai pembaharuan hidup.

Sebagai pertumbuhan (growth). Pertumbuhan adalah suatu perubahan tindakan yang berlangsung untuk mencapai suatu hasil selanjutnya. Pertumbuhan itu terjadi karena adanya kebelummatangan, maka pendidikanlah menjadikan matang.

Suatu proses sosial (social process), Pendidikan merupakan suatu cara yang ditempuh masyarakat dalam membimbing anak yang masih belum matang menurut susunan sosial.

Usaha membangun kembali pengalaman-pengalaman (reconstruction of experience). adalah dimana memperbaiki pengalaman yang menurut kita buruk untuk diperbaiki pada pengalaman yang mendatang lebih baik.

c. William James

Ia beranggapan bahwa masalah kebenaran, tentang asal/tujuan dan hakikat bagi orang Amerika terlalu teoritis. Kebenaran ialah hasil-hasil yang konkrit. Dengan demikian, untuk mengetahui kebenaran dari ide atau konsep haruslah diselidiki konsekuensi
praktisnya. William James mengatakan bahwa secara ringkas pragmatism adalah realitas sebagaimana yang kita ketahui. Untuk mengukur kebenaran suatu konsep seseorang harus mempertimbangkan apa konsekuensi logis penerapan konsep tersebut.

d. Heracleitos
Heracleitos (hidup sekitar tahun 500 SM) telah menyatakan bahwa tidak ada yang betul-betul ada, semuanya menjadi. Perubahan merupakan prinsip utama realitas. Ajaran Heracleitos sering disingkat dan dikenal dengan ungkapan "Panta rhei kai uden menei" yang bermakna " segalanya mengalir dan tidak ada sesuatu pun yang tinggal menetap".

Pragmatisme memiliki asumsi bahwa realitas masih selalu dalam proses dibuat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun