Beberapa pekan yang lalu ketika ibuku perjalanan menuju mushola untuk sholat subuh berjamaah, sempat bertemu dengan kakek- kakek tua yang mau berangkat ke pasar dengan membawa anting besar yang berisi sayuran untuk dijual dipasar. Saat berpapasan otomatis  ibuku menyapa si kakek tersebut
ibu    :"Kek,,, mau berangkat ke pasar?"
kakek :"iya mbak, mari"
ibu    :"iya kek hati- hati"
kakek :"iya mbak"
   kemudian si kakek tersebut melanjutkan perjalannya, gk lama kemudian ada suara orang jatuh dan ternyata si kakek tersebut tersandung batu karena penglihatan si kakek tersebut sudah mulai pudar.
ibu    :"Kakek gapapa? kok bisa jatuh si pak" (dengan wajah paniknya)
kakek :"saya gak tau kalau ada batu disini, karena saya agak gak kelihatan" (sambil membenahkan kaca matanya)
   Dengan segera ibu langsung membangunkan kakek dengan perlahan
kakek :"terimaasih ya mbak sudah menolong saya"
ibu    :"iya kek sama- sama lain kali kalau jalan hati- hati ya pak biar gak jatuh lagi."
   Kemudian si kakek melanjutkan perjalanannya dengan pelan- pelan.Â
   Â
   Dengan bercerita, anak sedikit demi sedikit akan mulai bisa melibatkan kapasitas berpikirnya. Saat mendengarkan anak akan berusaha untuk menangkap cerita yang ia dengarkan dari sang pencerita itu. Sedangkan anak yang lebih besar, ia sudah mampu untuk bercerita ataupun menceritakan pengalamannya dan juga dapat memahaminya. Segi membaca memang terliat seperti orang yang introvert (sulit bergaul dengan orang disekitarnya), namun dengan membaca anak dapat meningkatkan sosial- kognitifnya melalui intonasi ketika membaca cerita, mendalami peran cerita, dan lainnya.
   Adapun beberapa penelitian yang berpendapat dan memberikan bukti secara tidak langsung mengenai kemampuan sosial- kognitif mengenai membaca dan juga mentimak cerita.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H