Jakarta akan membangun MRT. Hore ! Sebagian besar di antara penduduk Jakarta dan sub-urban tentu sangat senang dengan ide besar ini. Pasalnya, kemacetan Jakarta kian hari kian tak rasional saja. Waktu tempuh antar titik di berbagai wilayah di Jakarta semakin tak mungkin dicapai dalam 1 (satu) jam. Hal ini tidak seberapa dibandingkan dengan waktu tempuh berangkat beraktivitas (kerja ataupun sekolah) dari rumah. Banyak orang harus berangkat super duper pagi bada bedug subuh, untuk mengejar jam kerja yang rata-rata pukul 07:30 atau 08:00 pagi. Ditambah dengan persiapan sebelum berangkat beraktivitas, sejak mandi berpakaian hingga sarapan (kalau sempat), itu artinya banyak orang harus mempersiapkan diri 3 - 4 jam sebelum kegiatan hariannya dimulai. Dan prosentasi waktu terbesar terbuang adalah untuk perjalanan.
Well, tapi setiap perbaikan membutuhkan pengorbanan dan upaya yang tidak sedikit. Begitu pun pembangunan MRT, monorail, busway, dst. Dan tengoklah, untuk pembangunan infrastruktur ini, jalur hijau di sepanjang jalur protokol jalan Sudirman - Thamrin pun dibuat gersang merana.
MENIRUÂ PENGEMBANG DI KAWASANÂ SUB - URBAN
Membandingkan pembangunan infrastruktur di Jakarta dengan proses pembangunan yang menggila di kawasan sub -urban, kota pendukung di seputar Jakarta, seperti Tangerang Selatan, Bogor & Bekasi, sungguh kondisinya jauh beda. Adalah sangat penting mengamati apa yang para developer lakukan terhadap penghijauan.
Di salah satu kawasan di Tangerang Selatan, sebuah developer besar memperlakukan makhluk hijau ini dengan sangat spesial. Developer tersebut mempunyai 'kebiasaan' menarik yang sangat positif, yaitu menanam pohon trembesi dan pohon besar lainnya di setiap lahan kosong miliknya. Bilamana sebuah kawasan telah memasuki masa penyelesaian akhir, maka developer akan memindahkan pohon-pohon tersebut ke lokasi. Prosesi dan kegiatan pemindahan pohon-pohon besar tersebut menjadi hal biasa yang disaksikan warga pemukiman di sana. Pertanyaannya yang menggelitik adalah, mengapa developer itu bias melakukan hal tersebut, mengapa pemda DKI tak bisa ya ? Apakah mungkin, jenis pohonnya berbeda dan terlalu besar, sehingga tidak dapat dipindahkan ? Tapi kalau tidak salah, beberapa waktu yang lalu, Universitas Indonesia pernah memindahkan pohon besar yang sudah berusia ratusan tahun.
Seandainya, pemda DKI menemui banyak kesulitan baik secara teknis maupun biaya dengan proses penyelamatan jalur hijau tersebut, sesungguhnya pemda DKI dapat melakukan kerja sama dengan para pengembang yang sudah ahli puluhan tahun dalam menangani penghijauan ini. Setidaknya, hal ini dapat dilakukan sebagai salah satu bentuk CSR para pengembang bagi pemda DKI yang sudah menyediakan infrastruktur bagi para commuter atau penikmat MRT nantinya, yang sebagian besar tinggal di kawasan sub urban dan bekerja di Jakarta.
Tentu, sebagai warga Negara, kita wajib mendukung pembangunan yang dicanangkan pemerintah, termasuk melindungi penghijauan agar pembangunan tetap mengindahkan prinsip-prinsip keberlanjutan utamanya keseimbangan lingkungan. Semoga, pembangunan MRT pada tahap selanjutnya lebih ramah lingkungan dan tidak menebang habis pohoon-pohon tua yang sudah ratusan tahun usianya itu, menjadi sia-sia ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H