Mohon tunggu...
R Firkan Maulana
R Firkan Maulana Mohon Tunggu... Konsultan - Pembelajar kehidupan

| Penjelajah | Pemotret | Sedang belajar menulis | Penikmat alam bebas | email: sadakawani@gmail.com | http://www.instagram.com/firkanmaulana

Selanjutnya

Tutup

Bola

Indonesia Pasti Terpuruk pada Semifinal Pertama Piala AFF 2020

22 Desember 2021   14:35 Diperbarui: 22 Desember 2021   14:49 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pecinta sepakbola tanah air patut berbangga melihat pencapaian tim nasional Indonesia selama berkiprah di Piala AFF 2020 ini. Selain sebagai juara grup dan tim yang produktif dalam membobol gawang lawan, tim Indonesia sejatinya menampilkan permainan sepakbola yang memikat dan menghibur. Tidak hanya itu saja, mentalitas bertanding para pemain sangat luar biasa. Mereka pantang menyerah, semangat juang menggelora dan motivasi tinggi memenangkan pertandingan. Pertandingan terakhir di fase grup melawan Malaysia memperlihatkan tim Indonesia yang bermain cantik dengan semangat tinggi.

Namun segala kehebatan tim nasional Indonesia di fase grup tersebut sepertinya akan melempem kala menghadapi Singapura di pertandingan pertama semifinal Piala AFF ini. Catatan Singapura tidak sebagus Indonesia, baik dari perolehan point dan produktivitas gol. Singapura menderita satu kali kekalahan  dari tim kuat Thailand. Sementara Indonesia tidak pernah kalah. Bahkan bisa menahan imbang tim juara bertahan Vietnam yang menjadi favorit bisa mempertahankan gelar. Walapun begitu, Singapura bisa saja mengalahkan Indonesia di pertandingan pertama semifinal ini. 

Berikut ini adalah hal-hal yang bisa membuat Indonesia terpuruk dan kalah saat menghadapi Singapura pada pertandingan semifinal pertama Piala AFF 2020 :

1. Terlalu Percaya Diri

Catatan statistik Indonesia memang gemerlap di perjalanan fase grup. Menang melawan Laos, Kamboja dan Malaysia serta seri melawan Vietnam. Jumlah  memasukkan gol ke gawang lawan pun cukup mentereng yaitu 13 gol. Saat melawan Vietnam yang merupakan tim kuat, stategi bertahan grendel Indonesia cukup jitu dalam mematahkan setiap serbuan pemain Vietnam. Alhasil Vietnam pun dibuat mati kutu. 

Prestasi gemerlap Indonesia tersebut berpotensi membuat setiap pemain Indonesia akan terlalu percaya diri. Tim Singapura dipandang sebelah mata. Dan yang lebih parah lagi, Singapura dianggap remeh kekuatannya. Hal ini akan menjadi bumerang bagi Indonesia karena permainannya dirusak oleh mentalitas yang merendahkan tim lawan. Banyak contoh di berbagai pertandingan sepakbola baik di level klub atau antar negara, kesebelasan favorit akhirnya kalah oleh kesebelasan yang biasa-biasa saja. Penyebabnya cuma satu, yaitu terlalu percaya diri.

2. Penuh Beban 

Harapan para pecinta sepakbola tanah air melambung tinggi terhadap tim nasional sepakbola Indonesia. Mereka berharap Indonesia bisa melaju terus hingga babak final, bahkan sampai menjadi juara Piala AFF 2020 ini. Harapan ini tidak lepas dari bagusnya penampilan Indonesia di fase penyisihan grup. Selain itu permainan sepakbola yang ditampilkan pun cukup bagus dan menghibur. Walaupun pada pertandingan pertama melawan Kamboja yang berakhir 4-2 untuk kemenangan Indonesia, terlihat penampilan Indonesia belum cukup meyakinkan para penggemar fanatik tim Garuda ini. Namun secara perlahan, juru taktik pelatih Indonesia STY cukup piawai dalam meramu dan membenahi segala kekurangan tim.

Saat mengetahui harapan besar dari segala insan sepakbola tanah air tersebut, justru membuat pikiran setiap pemain berkecamuk. Mereka seperti dipaksa harus menang hingga menjadi juara di Piala AFF ini. Apalagi Indonesia belum pernah mencicipi gelar juara sejak turnamen ini digelar. Kondisi ini bisa mengakibatkan para pemain tampil tidak lepas karena ada beban yang cukup berat untuk mewujudkan harapan tersebut. Jika ada satu-dua pemain yang tampil tidak lepas, biasanya secara psikologi akan menular ke pemain-pemain lain. Dalam hal ini, pelatih STY harus menyiapkan pemain-pemain yang secara karakter mempunyai mental kuat.

3. Bermain Egois

Sejauh ini, secara individu para pemain Indonesia menampilkan permainan yang menawan baik di lini belakang, tengah dan serang. Permainan bertahan dengan ala grendel yang ditampilkan para pemain belakang terbukti jitu menahan gempuran bertubi-tubi dari pemain Vietnam. Kreatifitas para pemain tengah menjadi kunci utama saat membalikan keadaan mengalahkan Malyasia 4-1. Kecerdikan pemain depan menjadi hal penting dalam membongkar pertahanan lawan sehingga para pemain dari lini belakang dan lini tengah bisa mencetak gol. 

Namun saat menghadapi Singapura nanti, akan menjadi tidak berarti jika para pemain Indonesia bermain sendiri-sendiri. Mungkin saja ada satu dua pemain ingin tampil menonjol sehingga dia memaksakan diri bermain sendiri. Bisa jadi ingin menonjol karena ingin dilirik oleh agen pemain untuk dipromosikan ke klub favorit. Atau bisa jadi ingin menonjol karena lebih pada hasrat nafsu pribadi yang ingin dielu-elukan oleh penggemar sepakbola. Sejatinya, sifat egois ini justru akan merusak kekompakan dan kesolidan tim. Indonesia akan bermain tidak sebagai tim, tetapi sebagai indvidu. Ini akan menjadi titik lemah yang akan dimanfaatkan Singpura untuk mengalahkan Indonesia. 

4. Demam Panggung

Saat menginjak fase semifinal, setiap pemain pasti bangga. Apalagi keberhasilan mencapai babak semifinal membuat semua pecinta sepakbola di segenap penjuru Indonesa berbahagia. Mereka melontarkan kegembiraan atas pencapaian para pemain Indonesia tersebut. Harapan pun membumbung tinggi bahwa tim Indonesia akan mencapai final bahkan menjadi juara untuk pertama kalinya. Namun akan menjadi celaka jika hal tersebut membayang-bayangi benak semua pemain Indonesia. Mereka menjadi kikuk saat bertanding melawan Singapura. Serba ragu. Dan akhirnya serba salah. 

Semua strategi dan taktik jitu pelatih STY pun akan meleset. Kondisi penampilan demam panggung ini seringkali terjadi. Jika ada satu dua pemain yang demam panggung nya kelewatan, ini akan berkontibusi negatif buat mengganggu irama permainan tim. Dan akan lebih celaka lagi jika demam panggung ini menulari sebagian besar pemain di lapangan. Demam panggung ini biasanya akan cepat menjalar antar pemain. Jangan sampai demam panggun ini muncul karena terlena oleh pujian dari setiap pecinta tim Garuda ini.

5. Mengharap Kebaikan Wasit

Sudah menjadi rahasia umum jika para pemain Indonesia bila berlaga di Liga Indonesia selalu mengharap kebaikan wasit. Macam-macam kebaikan yang diinginkan tersebut, misalnya memberi hukuman kartu kuning dan merah, memberi tendangan bebas dan bahkan memberikan tendangan penalti. Namun biasanya yang diinginkan adalah wasit berbaik hati dengan memberi keuntungan kepada tim Indonesia. Baik itu di kala pemain Indonesia melakukan pelanggaran ataupun di kala tim lawan berbuat kesalahan, berharap langsung dihukum oleh wasit.

Sejauh ini, tim Indonesia cukup beruntung masih diberi kebaikan oleh wasit sejak berlaga sepanjang fase perjalanan grup. Ada beberapa kejadian yang memperlihatkan pemain Indonesia luput dari pengamatan wasit saat melakukan pelanggaran. Ataupun malah setelah melakukan pelanggaran, ada pemain Indonesia yang lolos dari hukuman wasit. Entah hal tersebut, memang betul adanya kebaikan dari wasit atau memang keberuntungan semata. Namun jangan sampai para pemain Indonesia ingin dimanja dengan kebaikan wasit saat melawan Singapura. Bagaimana pun juga wasit adalah pengadil pertandingan yang netral.

6. Saling Mengandalkan

Jika tim Indonesia saling mengandalkan antar pemain, maka pasti Singapura akan mengalahkan Indonesia. Sektor pertahanan tidak boleh terlalu mengandalkan pada keperkasaan Dewangga mengawal pemain lawan. Bagaimana pun juga, para pemain lain harus membantu sektor pertahanan. Saat ujung tombak seperi Ezra Walian, buntu menjebol gawang lawan maka tidak  boleh pemain lain berharap kejangkungan Elkan Baggot bisa merobek jala gawang Singapura dengan sundulannya. Setiap pemain itu berpotensi menjebol gawang lawan dan juga berpotensi mengamankan gawang sendiri dari kebobolan. Jika ada satu dua pemain yang diandalkan, itu boleh saja dalam sebuah tim. Tetapi jika saling mengandalkan, maka itu menunjukkan ketidakberdayaan dalam menjalani sebuah pertarungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun