Mohon tunggu...
R Firkan Maulana
R Firkan Maulana Mohon Tunggu... Konsultan - Pembelajar kehidupan

| Penjelajah | Pemotret | Sedang belajar menulis | Penikmat alam bebas | email: sadakawani@gmail.com | http://www.instagram.com/firkanmaulana

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Aspek Sosial Trans Metro Bandung

6 Februari 2019   19:09 Diperbarui: 6 Februari 2019   19:21 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh nyata dari partisipasi masyarakat misalkan memelihara kebersihan bus TMB dengan tidak membuang sampah sembarangan. Kalau bus TMB bersih tentunya nyaman untuk dinaiki.

Sayangnya selama ini penilaian dari aspek sosial terkadang masih diremehkan oleh pengambil kebijakan. Padahal hakikatnya, suatu aktivtas pembangunan harus memberikan manfaat posistif bagi kehidupan masyarakat. Perlu diingat bila tinjauan aspek sosial sudah layak, maka gejala konlfik sosial bisa dihindari sedini mungkin.

Di luar aspek sosial, secara umum aspek penyelenggaraan BRT ini perlu dibenahi total, terutama yang berkaitan dengan aspek perencanaan yaitu perencanaan strategis dan perencanaan operasional. Kedua aspek perencanaan tersebut merupakan aspek yang sangat mendasar.

Perencanaan strategis ini mencakup pengembangan sistem jaringan, rute (pola dan hirarki), interkoneksitas antar rute dan jenis/tipe kendaraan yang digunakan. Sedangkan perencanaan operasional berkaitan dengan rencana rinci untuk masing-masing rute seperti jenis dan kapasitas kendaraan, jumlah armada yang harus beroperasi, frekuensi pelayanan, sistem dan tingkat tarif serta penjadwalan. 

Namun aspek perencanaan tersebut di atas harus berangkat dari kebijakan yang jelas. Selama ini kebijakan pemerintah masih abu-abu.

Di satu sisi kebijakan BRT ini diniatkan pada tujuan mengurangi pemakaian kendaraan pribadi. Namun di sisi lain, kebijakan mengurangi pemakaian kendaraan pribadi masih berjalan setengah hati. Penerapan pemberlakuan pemakaian pembatasan kendaraan pribadi dengan plat nomor ganjil-genap masih menuai pro kontra. Kebijakan three in one, pun masih bisa diakali. Tidak ada kebijakan yang efektif untul menekan pemakaian kendaraan pribadi. 

Bahkan ironisnya untuk memenuhi kebutuhan para pengguna kendaraan pribadi, pemerintah malah semakin banyak membangun jalan-jalan layang, jalan bawah tanah dan juga jalan tol.

Semestinya, pemerintah juga di satu sisi harus mulai kuat dalam menjalankan kebijakan angkutan umum yang lebih berorientasi pada pemberian pelayanan yang sebaik mungkin yaitu angkutan umum yang nyaman, aman, teratur dan tertib. Jika memungkinkan semua angkutan umum dilengkapi dengan AC, shelter yang nyaman, bersih terawat rapi dan dengan jadwal yang ketat dan tepat waktu.

Dengan kondisi demikian, maka orang yang terbiasa menggunakan kendaraan pribadi akan beralih menggunakan angkutan umum (salah satunya BRT) bagi kegiatan mobilitas kesehariannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun