Singkat kata, karena kondisi seperti di atas, sopir sangat sensitif terhadap kebijakan angkutan umum yang dikeluarkan pemerintah. Para sopir angkot akan merasa kepentingan ekonominya terganggu bila ada kebijakan seperti perubahan tarif, penambahan armada, perubahan rute, penambahan rute dan sebagainya.
Bahkan sopir angkot bisa begitu gampang tersulut sehingga tak heran sering muncul pemogokan-pemogokan yang pada kasus-kasus tertentu cenderung anarkis, contohnya saat protes keberadaan transportasi berbasis online.
Pengusaha angkot juga akan merasa kepentingan ekonominya terganggu tatkala setoran dari sopir berkurang. Malahan bisa berakibat tidak adanya sopir yang mau mengoperasikan angkotnya.
Maka wajar saja pengusaha angkot pun tidak menyetujui keberadaan bus TMB karena dikhawatirkan pendapatan mereka berkurang karena setoran yang tidak memenuhi target dari sopir.
Kesiapan Aspek Sosial
Persiapan operasionalisasi TMB perlu mendapat penilaian dari aspek sosial. Kadang kita melupakan aspek sosial suatu proyek pembangunan, karena lebih mementingkan aspek finansial dan teknis belaka. Adanya kejadian aksi unjuk rasa hingga aksi anarkis adalah buah dari tidak diperhatikannya aspek sosial.
Aspek sosial TMB ini bisa meliputi: (1) pemahaman masyarakat terhadap pentingnya TMB, (2) analisis dampak sosial TMB yang menyangkut keuntungan dan kerugian sosial, dan (3) partisipasi masyarakat terhadap keberlangsungan TMB.
Pemahaman masyarakat terhadap bus TMB berupaya untuk memberikan informasi tentang bus TMBd dan juga mendapatkan persepsi masyarakat terhadap TMB.
Masyarakat di sini meliputi para pengguna (penumpang) dan penyedia angkutan umum dari swasta (sopir dan pengusaha angkutan kota) serta para pengguna kendaraan pribadi. Informasi yang disampaikan kepada mereka harus jelas, utuh dan trasnparan sehingga bus TMB benar-benar dipahami secara keseluruhan. Analisis dampak sosial TMB sangat diperlukan untuk mengetahui dampak sosial yang bakal muncul.
Hasil analisis ini akan dipergunakan sebagai bahan masukan sehingga nantinya berguna untuk mengurangi resiko sosial dari bus TMB. Sebagai contoh nyata adalah berkurangnya pendapatan sopir angkot terutama rute-rute angkutan umum yang bersinggungan dengan TMB.
Partisipasi masyarakat terhadap keberlangsungan bus TMB merupakan hal yang penting sekali bagi terpeliharanya bus TMB untuk masa-masa mendatang. Manfaat dari partisipasi masyarakat adalah munculnya rasa tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap bus TMB.