Dalam tahun-tahun terakhir ini, kondisi lalu lintas di berbagai kota besar di Indonesia (termasuk Bandung) telah menunjukkan pertumbuhan jumlah kendaraan yang sangat tinggi. Untuk Kota Jakarta, pertumbuhan jumlah kendaraan per tahunnya bisa lebih dari 5%. Pertumbuhan lalu lintas yang tinggi ini tidak diiringi dengan pengembangan jaringan jalan perkotaan yang memadai. Berbagai jalan layang dan jalan bawah tanah dibangun, namun tetap saja kemacetan lalu lintas menjadi makanan sehari-hari warga Jakarta.
Di Bandung pun, jalan layang yang dibangun terbilang masih sangat lambat, hanya jalan layang Paspati (Pasteur-Surapati) dan Kiarcacondong. Bahkan di Bandung, tidak ada jalan tol dalam kota. Masih beruntung tol Soroja (Soreang-Pasirkoja) bisa dibangun untuk menghubungkan Kota Bandung dengan Kota Soreang (ibukota Kabupaten Bandung).
Implikasi dari kondisi di atas adalah dijumpainya ketidakseimbangan antara jumlah lalu lintas dan prasarana jalan, yang secara kasat mata dapat dilihat dengan makin bertambah banyaknya titik-titik kemacetan di setiap sudut kota.
Bila dilihat dari sudut pandang sistem angkutan umum, kondisi di atas sangatlah menyulitkan. Terutama jika angkutan umum bus yang menggunakan prasarana jalan sebagai lintasan rutenya. Akibat langsung dari makin banyaknya titik-titik kemacetan adalah makin menurunnya tingkat pelayanan bus, seperti rendahnya kecepatan perjalanan, tidak dipenuhinya jadwal perjalanan dan tidak teraturnya kedatangan bus.
Di sisi lain, tidak terpenuhinya angkutan umum yang memadai dari segi kenyamanan dan ketepatan waktu, maka masyarakat lebih beralih menggunakan kendaraan pribadi baik mobil atau motor untu pemenuhan mobilitasnya. Akibatnya angkutan umum banyak ditinggalkan, kalaupun ada yang menggunakannya hanyalah masyarakat ekonomi lemah karena terpaksa, tidak ada alternatif lainnya.
Pada gilirannya, ketika banyak orang semakin memilih ke kendaraan pribadi, maka kondisi kemacetan lalu lintas menjadi semakin parah.
Lebih jauh lagi, mutu kehidupan di kota pun menjadi semakin menurun dengan tingkat pencemaran udara yang tinggi dan stress kejiwaan warga kota.
Bus sebagai kendaraan umum diharapkan bisa berkontribusi untuk memecahkan permasalahan kemacetan lalu lintas. Bus dimaksudkan sebagai usaha untuk mengalihkan kelompok masyarakat yang terbiasa menggunakan kendaraan pribadi untuk menggunakan angkutan umum dalam pemenuhan kebutuhan mobilitas kesehariannya.
BRT (bus rapid transit) pada dasarnya salah satu teknik manajemen lalu lintas yang memberikan prioritas pada bus untuk dapat bergerak leluasa pada lintasan rutenya.
Kasus Trans Metro Bandung
Keberadaan angkutan umum bagi kehidupan warga Bandung sangatlah penting. Sebagian besar warga Bandung tergantung pada angkutan umum untuk memenuhi kebutuhan mobilitas aktivitasnya terutama bagi warga yang tidak memiliki kendaraan pribadi.