Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Apa Bisa X Factor Menyalip D'Academy?

30 Maret 2015   11:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:48 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Afgan, mampukah dia sejajar Dhani, Rossa, dan Bebi Romeo? (hai-online.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="415" caption="Salah satu peserta D"][/caption] Jumat pekan ini X Factor Indonesia (XFI) musim kedua mulai menyapa pemirsa melalui layar RCTI. Pertanyaan penting yang kemudian mengapung: sanggupkah XFI menyalip D'Academy milik Indosiar (dan mungkin KDI SCTV) guna merebut rating/share? D'Academy, diam-diam, menjadi tontonan idola ibu-ibu, terutama ibu-ibu di lingkup menengah ke bawah. Di arisan-arisan, di kelompok senam, di pinggir-pinggir pasar, pembicaraan mengenai D'Academy plus bumbu-bumbunya yang garing menjadi santapan. Bila ada di antara mereka yang pada malam harinya tak sempat menonton, maka dia bertanya kepada kawannya: "Eh, semalem siapa ya yang tersingkir?" D'Academy sesungguhnya tak beda dengan tren tontonan tivi dewasa ini, terutama tivi yang rakus menyantap selera bawah dan latah. Ada nyanyi-nyanyi, kemudian banyolan menjadi suguhan utama. Tak heran kalau ada sebagian masyarakat kita yang bilang: "D'Academy itu sebenarnya acara lawak, dan perlombaan menyanyinya tak lebih tempelan saja." [caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi dari fotosinetron.com"]

Ilustrasi dari fotosinetron.com
Ilustrasi dari fotosinetron.com
[/caption] Tak ayal, banyak di antara pecandu acara ini memindah saluran tatkala para penyanyi menuntaskan lagunya. Mereka hanya ingin menikmati tampilan si penyanyi (bisa jadi karena rindu pada KDI yang dulu digelar TPI, Televisi Pendidikan Indonesia), tanpa mau terganggu oleh aksi-aksi konyol Saipul Jamil, Ivan Gunawan, Nassar, dan empat host koplak yang itu-itu saja leluconnya. Ya, ya, D'Academy memang melulu menyajikan Ipul Jamil yang seolah-olah seperti Mbak Bertha lewat penilaian terhadap kontestan yang kritis, dan para host yang dibayar untuk menjadi musuh Ipul Jamil, hampir setiap malam! Tapi harus fair dikatakan, acara ini menjadi tontonan wajib kalangan tertentu. Mereka tak peduli Saipul mau garing atau lucu, para suporter peserta lomba membawa oleh-oleh untuk juri maupun untuk host (sesuatu yang aneh dan terkesan mengada-ada), tak peduli acara ini meraup rating tinggi atau rendah (karena itu bukan urusan mereka), yang penting mereka terhibur sebab program yang sama, KDI di SCTV, dianggap kurang seru. Menunggu Gebrakan X Factor Sampai di sini, D'Academy masih jawara. Namun, mulai Jumat (3 April 2015) ada lawan yang (mungkin) sepadan untuk menghardik kemapanan D'Academy agar keluar dari 'singgasana'-nya, yakni X Factor Indonesia. Satunya dangdut, satunya pop. [caption id="" align="aligncenter" width="408" caption="Para juri X Factor Indonesia 2015. (tribunnews.com) "]
Para juri X Factor Indonesia 2015. (tribunnews.com)
Para juri X Factor Indonesia 2015. (tribunnews.com)
[/caption] Tentu segmentasi keduanya berbeda. Penggila musik dangdut dikenal loyal. Mereka mempertontonkan fanatisme kelas tinggi, dan memiliki jangkauan lebih luas. Sementara itu, penikmat musik pop makin ke sini makin terbelah. Sebagian ada yang tetap setia pada primordialisme, mengidolai penyanyi lokal negeri ini, sebagian menyukai penyanyi pop mancanegara, sebagian lagi histeris pada penyanyi pop Korea. XFI memang membolehkan pesertanya menyanyikan lagu apapun, Indonesia maupun Barat. Tapi, berbeda dengan Indonesian Idol, lagu-lagu dangdut jarang dinyanyikan. Hanya saja, para penampil adalah tetap wajah-wajah Indonesia. Posisi ini sangat tidak menguntungkan XFI, kecuali XFI musim lalu yang menciptakan histeria massa kepada Fatin Shidqia Lubis yang kemudian menjadi juara. Bila XFI tidak melahirkan calon-calon penyanyi fenomenal, bila juri-juri tak bisa mengangkat acara, kalau saja RCTI tidak kreatif, maka jangan harap XFI musim kedua ini (yang mulai Jumat depan menyajikan babak audisi dalam format rekaman) mampu menggeser rival beratnya: D'Academy. Afgan Tak Sejajar Anggun Mundurnya Anggun, kemudian direkrutlah Afgan Syahreza sebagai gantinya, akan 'melukai' pondasi XFI. Dengan Anggun, Rossa, Bebi Romeo, dan Ahmad Dhani di XFI pertama, meja juri begitu panas membara. Masing-masing juri yang merangkap mentor itu punya kualitas argumentasi yang menawan, plus mutu kementroran yang patut diandalkan. [caption id="" align="aligncenter" width="390" caption="Afgan, mampukah dia sejajar Dhani, Rossa, dan Bebi Romeo? (hai-online.com)"]
Afgan, mampukah dia sejajar Dhani, Rossa, dan Bebi Romeo? (hai-online.com)
Afgan, mampukah dia sejajar Dhani, Rossa, dan Bebi Romeo? (hai-online.com)
[/caption] Bila Afgan tak bisa menghadapi kritikan pedas Dhani maupun Rossa (kecuali Bebi yang hampir pasti tak banyak menekan Afgan lantaran kedekatan emosi karena Afgan seperti anak didiknya Bebi), maka dia akan menjadi bulan-bulanan dan bully, terutama oleh Dhani. Walhasil, XFI musim kedua ini akan susah payah merebut kue rating, apalagi makin ke sini D'Academy makin disukai. Satu hal yang mungkin menjadi harapan XFI adalah lantaran D'Academy memasuki babak-babak akhir. Sementara itu XFI bisa menuntaskan tayangan hingga enam bulan ke depan. Jadi, ketika D'Academy sudah gulung layar, XFI masih jalan. Nah, selama enam bulan itu FremantleMedia dan RCTI, plus label yang menjanjikan kontrak pada juara dan runner up-nya, harus bisa memain-mainkan emosi pemirsa sebagaimana mereka dulu pintar sekali mengaduk-aduk dada peloyal acara ini sehingga akhirnya XFI musim pertama dinilai sukses. Jika tidak? Ya wasalam! -Arief Firhanusa-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun