AJANG pencarian bakat KDI (Kontes Dangdut TPI) telah musnah. Tetapi banyak alumninya berkeliaran di mana-mana. Bahkan petualangan mereka menyeruak hingga ketiak politisi dan nomor rekening pribadi pejabat tinggi.
Penyanyi-penyanyi itu memang tidak juara di panggung KDI. Bahkan namanya antah berantah. Sesudah KDI tak digelar lagi pun jarang yang tahu aktivitas mereka, baik di pentas maupun kesehariannya. Namun mereka 'juara' di sektor lain, yakni sebuah ladang yang lebih menggiurkan ketimbang menunggu order menyanyi di pasar malam. Ladang itu berupa kontrak wah untuk hidup mewah melalui kehangatan tubuh. Tak peduli kemewahan tersebut didapat dari korupsi.
Coba, apa kita sebelum ini pernah mengenal Wita, Septi, Vita, Citra Ria, Rya Fitria, atau finalis KDI berinisial L yang baru-baru ini tengah bermesraan dengan buronan polisi bernama Agung Ahmad Budiman, Direktur Iqro' Management, dalam kasus penipuan investasi bernilai miliaran rupiah, saat petugas meringkusnya di sebuah apartemen di Bandung? L adalah istri muda Agung Budiman.
Baru ketika kasus Hambalang terkuak, Wita menjadi pembicaraan lantaran dinikah secara siri oleh mantan Bendahara Partai Demokrat Nazaruddin. Juga kita sebelum-sebelumnya tak mengenali siapa Septi Sanustika. Begitu Ahmad Fathanah dibekuk KPK dan kemudian menjadi terdakwa penerima suap pengurusan impor daging sapi, nama Septi melambung tinggi.
Vita lain lagi. Ia menjadi bahan berita karena silangsengketanya dengan Iswanti, istri Bupati Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Supian Hadi. Kasus sama yang menimpa Citra Ria, dimana ia mengalami konflik hebat setelah menjadi 'istri' Kolonel Yakraman Yagus. Padahal, Yakraman diklaim oleh Irianti Malarangeng sebagai suaminya yang sah.
Masih ada? Ya, Rya Fitria namanya. Perempuan bersuami (yang belakangan dikabarkan bercerai) ini dikabarkan kerapkali menerima transfer uang dari Akil Mochtar, Ketua Mahkamah Konstitusi yang diringkus KPK, Oktober tahun lalu.
Semua perempuan bermasalah di atas menggunakan label "KDI" di belakang namanya. Itu untuk memaknai bahwa mereka adalah penyanyi yang pernah digodok oleh program KDI di TPI (kini MNCTV). Mungkin saja label "KDI" membuat mereka bangga, lepas pelabelan itu sebenarnya dilakukan oleh media. Hanya saja, kebanggaan tersebut terasa pahit sebab seolah-olah para penyanyi produk KDI kelasnya cuma sebatas sebagai wanita penghibur, wanita simpanan, istri muda, atau penggoda suami orang.
Sepak terjang para penyanyi itu boleh jadi mencoreng para alumni KDI yang seutuh hidupnya hanya untuk menyanyi dan mengais rezeki dari bernyanyi. Meski sebagian terlibat perselingkuhan, mantan KDI juga banyak yang baik, terkenal, anggun, menjaga kehormatan sebagai penyanyi maupun istri, tanpa pernah terlibat skandal.
Untung saja TPI (Televisi Pendidikan Indonesia) telah bubar. Coba bila masih berdiri, betapa malunya TV milik Mbak Tutut itu menanggung dosa, memikul hukuman moral, kendatipun setelah finalis KDI keluar dari karantina, maka urusan pribadi menjadi tanggungjawab masing-masing kontestan, kecuali sejumlah juara yang masih terikat kontrak dengan TPI saat itu.
Ini pelajaran bagi ajang-ajang pencarian bakat lain yang terus mengikatkan label di belakang nama-nama juaranya. Misalnya saja Aris Idol, juara Indonesian Idol 2008. Label itu teramat menyakitkan bagi RCTI bila tabiat Aris buruk di luar ajang Indonesian Idol.
Panggung dangdut tampaknya masih akan menguras energi kita untuk mencari tahu, ada eksotisme apa di pinggul para penyanyinya. Ratu Dangdut Elvy Sukaesih tentu tak rela wilayahnya ditaburi abu kelam sejak zaman Machica Mochtar yang menjalin hubungan gelap dengan Mensesneg Moerdiono, Angel Lelga yang dinikahi secara siri oleh Raden Haji Oma Irama, Maria Eva yang bergumul mesum dengan anggota DPR Yahya Zaini.
Di sisi lain, andai fenomena ini dicium oleh otak-otak dagang, KDI bisa menjadi kue baru setelah berhenti pada musim keenam pada 2009 silam. Siapa tahu, dengan bekal empat kali nominasi Panasonic Award dan menjadi garansi bakal ditonton para pejabat tinggi, ratingnya melonjak tak terkira ...
-Arief Firhanusa-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H