Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tangis Nikita Mirzani di Makam Ayahnya Bukan Airmata Buaya

10 Maret 2014   05:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:06 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEOLAH kompak, seluruh infotainmen di bumi Nusantara menyiarkan berita duka di sesi yang bertetangga, sejak Jumat lalu hingga kemarin sore. Hampir semua berurutan, kematian Prya Ramadhani (ayah Nia Ramadhani), baru kemudian berita meninggalnya Mawardi, ayah Nikita Mirzani.

Tayangan tentang tutup usianya Prya menjadi berita biasa, meski tentu kita semua turut berduka sebab Prya adalah pria yang baik, dan kebetulan besan Aburizal Bakrie dan ayahanda bintang film Nia Ramadhani yang sepi dari gosip miring. Nah, kabar berita tentang wafatnya ayah Nikita menarik perhatian kita semua, meski kita tak tahu seperti apa Mawardi semasa hidupnya, walau ada pesan penting yang diucapkannya untuk Nikita.

Pertama, kita akan terkejut tatkala melihat Nikita memakai kerudung seraya sesenggukan di dekat pusara ayahnya, dan saat ayahnya itu dikebumikan. Kita, dan termasuk saya, sudah terbiasa menyaksikan Nikita dengan tato di dada. Atau foto-foto potongan adegannya yang syur dari film-filmnya, misalnya di film Hantu Taman Lawang. Atau ... foto-fotonya di majalah Playboy ...

Foto-foto yang menggugah selera pria yang matanya mudah nanar. Dan sepanjang yang saya ketahui, Nikita melakukan adegan -- maupun pemotretan seronoknya -- dengan enjoy-enjoy saja, bahkan terkesan bangga akan 'keindahan' yang dimilikinya.

Ketika enjoy dengan celana kolor di apartemennya kala jurnalis memotret dan mewawancarainya, Nikita yang berangka kelahiran 17 Maret 1986 ini tertawa-tawa, nyaris tiada duka lara. Seolah hidup ini mirip kupu-kupu, terbang tinggi tanpa perlu menangis dan ditangisi. Dia bahkan bicara blak-blakan mengenai pria dan bagaimana pasangan hidupnya, serasa dunia ini tak ubahnya scene-scene film yang berisi mengenai hal-hal happy.

Dan ketika kita melihatnya tengah menangis tersedu sedan (dengan pakaian rapat, termasuk dadanya yang biasa terbuka dengan tato besar-besar itu), Nikita adalah hal lain, bukan perempuan yang biasa kita jumpai di Google atau majalah 'kuning'!

Pusara ayahnya mungkin menjadi tapal batas Nikita untuk menyadari bahwa kupu-kupu tak selalu indah tatkala menantang awan, atau hinggap di dahan-dahan. Suatu ketika sayapnya akan patah dan terjerembab ke tanah. Semoga airmatanya bukan jatuh saat ayahnya wafat saja, melainkan menjadi pengingat atas apa yang harus ia kurangi dalam pengembaraannya di jagat gemerlap.

Lebih-lebih Mawardi pernah berpesan pada Nikita, suatu saat dulu, seperti diucapkan Nikita ketika diwawancarai televisi: "Hidup jangan untuk selalu mencari hal-hal duniawi, Nikita ... "

-Arief Firhanusa-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun