[caption id="attachment_322922" align="aligncenter" width="581" caption="Sumber foto: www.clear.co.id"][/caption]
Jika sesuai agenda, tanggal 31 Mei nanti Dewi Perssik keluar dari jeruji besi. Di lapas, Dewi Murya Agung, nama aslinya, sudah pasti diberi pembekalan untuk kembali ke masyarakat. Ia juga tentu saja melakukan kontemplasi untuk introspeksi.
Saya selalu mencoba berpikiran positif. Bagi saya, Dewi Perssik adalah aset bangsa. Dan karena aset, Dewi menggerakkan saya untuk mencoba memeliharanya agar ia menjalani kehidupan anyar dalam ujud baru, mirip reinkarnasi.
Tidak bermaksud menggurui, sebaiknya Dewi berubah saat nanti menghirup udara bebas. Sebelum dipenjara buntut dari peristiwa cakar-cakaran, jambak-jambakan, dan saling tindih melawan Julia Perez dalam sebuah syuting film, Dewi sudah kenyang dengan penolakan oleh berbagai pihak akibat aksi-aksinya yang terlalu vulgar.
Anda mungkin ingat, pada 2008 Dewi dicekal oleh Pemerintah Kota Tangerang untuk menghindari kerawanan sosial yang dibenturkan dengan Peraturan Daerah (Perda) Kota Tangerang No 8 Tahun 2005 tentang pelarangan pelacuran di daerah tersebut. Menyusul kemudian Bandung. Kota Kembang ini juga melarang Dewi tampil di sana dengan alasan goyangannya mengundang syahwat. Setelah Bandung, berturut-turut pula banyak yang menolak, seperti Walikota Depok, MUI Sumatera Selatan, Bupati Sukabumi, Walikota Balikpapan. Bahkan Jatim yang merupakan tempat kelahiran Dewi Perssik pun mencekalnya, diwakili Bupati Probolinggo.
Dicekal lantaran "goyang gergaji"-nya seronok, Dewi bilang bahwa pelarangan tersebut mengekang kebebasannya berekspresi. Komentar yang membuat keruh suasana, sampai-sampai Menpora (waktu itu) Adhiyaksa Dault dan Menteri Pemberdayaan Perempuan (saat itu) Meuthia Hatta turut campur menenangkan suasana. Dewi meminta maaf pada Menpora, tapi ia tak janji akan menyudahi goyangannya.
Sebelumnya, pada 2005, dalam sebuah acara di SCTV, Dewi membuat heboh gara-gara (maaf) payudaranya menyembul akibat goyangannya kelewatan hot. Lalu, tiga tahun kemudian, atau tepatnya pada 23 januari 2008 dalam acara ultah TPI di Istora Senayan, buah dadanya juga menjadi biang keladi. Seorang pria meraba bagian penting di tubuhnya itu tatkala Dewi diwawancarai oleh wartawan.
Bandel, keras kepala, cenderung selebor, narsis, ngeyel, eksibisionis, dan gila sensasi. Itulah Dewi. Wanita berbintang Sagitarius (dengan simbol orang memanah) ini bergerak kencang bak anak panah dalam menyusuri karier, sejak ia melantunkan lagu pertamanya, Bintang Pentas. Nama Perssik diberikan oleh manajernya saat itu, Yogi, dengan harapan kariernya cemerlang bak buah persik di Cina yang dianggap membawa keberuntungan.
Janda Saipul Jamiel ini akhirnya memang secemerlang buah persik. Menjadi buah bibir. Menjadi bintang panggung. Menjadi ikon penting dalam pentas dangdut eksotis, dan di sekitar 14 film horor-eksotis-merangsang sejak di debutnya Tali Pocong Perawan (2008), hingga yang terakhir Bangkit dari Lumpur (2013). Pendakian yang mulus meski penuh kontroversi, tapi berakhir di penjara!
Saran saya, sesudah nanti menjalani hidup dibui, alangkah eloknya bila Dewi mengerem 'syahwat karier' dan naluri eksibisionis. Dengan kecerdasan yang dia miliki, dengan kepintarannya mengutarakan sesuatu, dengan jejak karier yang cukup cemerlang di masa silam, Dewi yang cantik ini memiliki peluang menata kembali langkahnya di dunia hiburan, dengan paradigma baru.
Mungkin untuk awal, ia bisa terbang ke Arab Saudi guna menjalani ibadah umroh. Lalu menyantuni fakir miskin dan yatim piatu. Kemudian atur kontrak di sebuah acara baru televisi, mungkin mirip "Show Imah" atau "Hitam Putih". Dia bisa menjadi host utama di situ, tanpa perlu memakai baju genit atau juluran lidah nan mengundang. Atau bisa saja mendirikan lembaga pendidikan yang bermanfaat bagi masyarakat.