Mbah Maridjan telah meninggal pada 26 Oktober 2010 dalam bencana erupsi Merapi. Tapi, hingga hari ini, ia masih 'bermain' iklan Kuku Bima bersama Chris John, Ade Rai, dan kawan-kawan di televisi. Padahal, pada akhir Oktober 2010 Dirut PT Sido Muncul Irwan Hidayat pernah mengumumkan bahwa iklan Mbah Maridjan sudah tak ditayangkan lagi.
Kemunculan Mbah Maridjan memang tidak utuh dalam sebuah adegan seperti dulu tampak ia seolah-olah melatih Chris John bertinju di hamparan pegunungan, melainkan cuma paling dua detik di akhir iklan, seraya mengacungkan gelas minuman setelah ia muncul dari sudut bungkus Kuku Bima.
Bagi yang tidak sudi siapa sebenarnya Mbah Maridjan, mungkin ini perkara sepele saja. Bintang film enggak, politikus juga bukan. Tetapi bagi warga Yogya dan Sleman pada khususnya, Mbah Maridjan adalah tokoh besar. Almarhum merupakan kuncen (juru kunci) Gunung Merapi. Ia secara berkala memberi kabar kepada warga sekitar bila Merapi hendak 'batuk', kemudian mengomandoi mereka untuk lekas-lekas mengungsi. Itu ia lakukan puluhan tahun, selagi ia menghuni sebuah rumah di punggung Merapi.
Sebab itu, meski keluarganya tidak keberatan, dan bisa jadi telah terjadi perpanjangan kontrak antara PT Sido Muncul bersama keluarga Mbah Maridjan, alangkah elok bila Mbah Maridjan yang telah tiada tidak dimanfaatkan untuk iklan yang komersial semata, terlebih diberi porsi pula baginya adegan-adegan di layar kaca, seolah yang bersangkutan masih punya nyawa, apapun tujuannya, apapun misi yang dikandung.
Ini masalah etika penayangan serta penghormatan kepada siapapun yang telah meninggal. Ada sejumlah pesohor negeri ini yang begitu meninggal kemudian iklannya tidak muncul. Contohnya pelawak Basuki. Begitu ia berpulang pada 12 Desember 2007, maka iklan-iklan Suzuki Smash, Suzuki New Smash, Antangin JRG, permen Tic Tac, Polytron, Sozzis, obat nyamuk Tiga Roda, iklan antena televisi serta sejumlah iklan lainnya segera hilang dari televisi.
Begitu pula setelah Ustadz Jefri meninggal pada 26 April 2013, tak ada lagi iklan helm merk GM yang dia iklankan di TV. Tak ada pula iklan operator Axis yang muncul di layar kaca, sebelum akhirnya Axis dicaplok oleh XL.
Meski belum ada aturan, namun betapa pentingnya kesadaran akan penghormatan kepada seseorang telah meninggal dilakukan oleh produsen, untuk pemenuhan etika moral dan kemanusiaan. Untuk itu, patut diberi penghargaan kepada produsen pengharum mulut Pagoda Pastilles yang iklannya dibintangi oleh Nike Ardilla.
Iklan yang dibuat pada 1995 tersebut sempat bertahun-tahun berkelebat di layar TV negeri ini, padahal Nike telah berpulang pada 1995. Hingga akhirnya produsennya di Bandung meminta stasiun televisi menghentikan iklan ini pada Maret 2009. Penarikan iklan Pagoda menyusul penarikan iklan lain Nike Ardilla (bersama Kang Ibing), obat pilek Sanaflu.
Iklan Indomie dan Puyer Bintang Tujuh yang dibintangi pelawak S Bagio juga langsung dibungkus oleh pihak produsen, dua hari setelah komedian asal Purwokerto, Jawa tengah, ini menghembuskan nafas terakhirnya pada 14 Agustus 1993. Padahal, Apik Hariyati, istrinya, tidak keberatan bila iklan yang melibatkan sang suami masih diudarakan oleh TV lantaran ia merasa Bagio sudah menjadi milik masyarakat.
Melibatkan sosok yang telah meninggal untuk kepentingan iklan sejatinya kurang efektif mendongkrak penjualan produk, bahkan bila itu melibatkan Mbah Maridjan sekalipun yang kini mulai dilupakan. Tetapi, bahwa masih membawa-bawa sosok Maridjan dalam iklan (apalagi bila pihak keluarganya tidak tahu menahu hitam putihnya klausul kontrak), maka itu perbuatan tidak etis dan patut dipertanyakan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan, apalagi pihak produsen tersebut pernah berjanji untuk tak mengiklankan Kuku Bima dengan Mbah Maridjan di dalamnya!
-Arief Firhanusa-
*Semua foto, sumber: Youtube
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H