Pelaminan itu sungguh sangat sederhana. Hanya berhias ronce (rangkaian) kembang melati di belakang kursi dan sejumlah pot bunga di depannya, kursi pelaminan itu mirip bangku kayu di kelurahan untuk mengantre KTP.
Saya trenyuh menyaksikan pernikahan Gufron dan Rondiah, tetangga kami di seberang kali, tadi pagi. Rumah yang reot di sudut Banjirkanal Timur, Semarang, dengan tenda tamu yang seadanya, suguhan yang amat sedikit dan jauh dari mewah ... ah!
Ayah Rondiah, Wagiran, adalah tukang batu yang seringkali saya pakai tenaganya untuk merehab rumah. Atau kalau ada kawan membutuhkan tukang, saya mendatanginya menyerahkan order. Namanya tukang batu, rezekinya bila order hadir. Kalau tak ada kerjaan, ia membantu istrinya menjadi tukang sol sepatu.
Ketika rehat, saya menepi, berteduh di teras tetangga Wagiran, agak di tepi jalan raya, bersama Pak Harsoyo, Ketua RT. Saat duduk di sana, televisi di ruang tamu (sepertinya sekaligus ruang keluarga) rumah itu menyiarkan infotainmen. Sebuah berita mengenai rencana pernikahan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina (Gigi) pun menyelip di program kabar-kabar selebriti itu.
Digambarkan oleh narator, pernikahan Raffi-Gigi itu bakal digelar mewah di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, dengan tamu-tamu tak kurang 3000 orang, pada 19 Oktober, menyusul akad nikah yang dilangsungkan tanggal 17 Oktober di sebuah apartemen. Setelahnya, ada acara lain yang digeber di Bali, entah tanggal berapa.
Rangkaian pernikahan itu bakal disiarkan Trans TV, konon siaran langsung, seperti dulu TPI pernah menyiarkan langsung pernikahan Eko Patrio-Viona pada Desember 2001, RCTI yang menayangkan secara langsung resepsi Anang Hermasyah-Ashanty pada Mei 2012 yang diprotes DPR, serta ANTV yang mengudarakan secara live prosesi lamaran Gaston Castano ke Julia Perez pada 4 Desember 2013.
Betapa dahsyatnya pernikahan Raffi-Gigi. Dan tentu menelan biaya miliaran rupiah. Dan tentu membuat kaum duafa -- seperti pemilik televisi mungil di Banjirkanal Timur ini -- terperangah, sekaligus mengelus dada.
Benar saja, ibu bertubuh subur yang duduk di sudut ruangan seraya mengudap kerupuk bersama dua putrinya seumuran SMP, mendadak berkata: "Pasti itu ongkosnya banyak banget ya? Duit dari mana ya Pak?" seraya melihat kami berdua, dan tampak telapak tangannya ditaruh di dada dengan gerakan mengelus. Kalimat si ibu ditangkis sang putri. Gadis mungil itu bilang, Raffi adalah bintang film dan sering nongol di TV untuk membanyol. "Duite yo okeh, Mak (duitnya tentu saja banyak, Mak)" Tukas sang putri.
Apa sih sebenarnya arti pernikahan? Menyatukan dua manusia, lelaki dan perempuan, dalam satu ikatan suci. Tetapi kemudian ada modifikasi, dengan, salah satu contohnya, lewat kemewahan, seperti yang akan dilakukan Raffi dan Gigi. Sah-sah saja? Ow, tentu saja!
Yang kemudian jadi masalah ialah sering kemewahan bukan garansi pernikahan langgeng, meski saya berdoa pernikahan Raffi-Gigi terikat hingga akhir hayat. Esensi menikah sering tidak dipahami orangtua maupun anak-anak yang dinikahkannya. Kemewahan adalah gengsi, citra, dan menandai siapa yang sedang punya hajat.
Di balik trenyuh, saat saya berpamitan pulang, saya melihat senyum bahagia di bibir Gufron dan Rondiah. Senyum yang tipis dan tersembunyi, namun sudah menguarkan aroma keceriaan ratu sehari.
-Arief Firhanusa-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H