[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Syuting Si Bolang di sebuah pantai. (Sumber: mytrans.detik.com)"][/caption] Trans7 amat pioner membesut program-program outdoor, terutama petualangan. Di antara banyak produksi outdoor bikinan Trans7, "Si Bolang Bocah Petualang" adalah mahakarya yang terus saja digemari para bocah dan orangtua. Si Bolang mulai dikenalkan ke publik pada 2005. Sejak itu segenap usia menggandrunginya. Pada tahun pertama saja, tahun 2006, program semidokumenter ini meraih rating 2 poin share 18 persen. Angka yang cukup tinggi bagi program anak-anak TV nasional. Demam Bolang menyusup ke kampung-kampung. Di sebuah kampung di sudut Kota Semarang, pernah ada tim sepakbola usia dini bernama Si Bolang. Seorang jurnalis perempuan muda di Jakarta bahkan menamai dirinya "Si Bolang" di BlackBerry Messenger-nya (yang terhubung dengan BBM saya), hingga kini. Belum lagi kaos, topi, dan tas anak-anak yang dibubhi gambar Bolang dalam bentuk animasi. Si Bolang Bocah Petualang kini ditayangkan tiap Senin hingga Jumat, pukul 13.15 hingga 13.45, di tengah-tengah program anak-anak lain yang tak kalah memikat, yakni Laptop si Unyil dan Dunia Binatang. Si Bolang mengisahkan bocah-bocah lugu (biasanya empat orang) di daerah tertentu yang berpetualang di kawasan sekitar huniannya, blusukan di pantai maupun hutan, dan melakukan aktivitas keseharian di kampung tersebut, dipimpin Bolang. Tiap episode, tokoh Si Bolang -- yang ditandai dengan semacam syal yang dibelitkan di kepala dengan tulisan "Si Bolang Bocah Petualang", berganti-ganti. Dalam petualangannya, mereka berinteraksi dengan alam dan budaya setempat. Atau bermain dengan perkakas tradisional. Tak jarang dalam perjalannya mereka melibatkan manusia dewasa yang ditemuinya untuk mengatasi masalah, seperti episode siang hari ini, Kamis (13/11), Bolang masuk angin. Lalu oleh seorang ibu dia diterapi lintah. Beberapa ekor lintah kecil ditaruh di punggung Bolang agar menghisap darah jahat. Keunikan pengobatan yang tak bisa kita temui di area perkotaan! Mengapa Si Bolang begitu disukai, bahkan hingga kini? Inilah dia: 1. Gambar yang bening. Sebagai film semidokumenter, Si Bolang digarap serius dengan menonjolkan teknologi digital sehingga melahirkan sajian yang berkualitas high definition (HD). 2. Angle-angle sempurna. Menggunakan lebih dari satu kamera tiap scene, kru Si Bolang piawai mengambil sudut-sudut gambar. Peralihan dari adegan satu ke berikutnya diedit secara cermat dan bergegas, sehingga kita serasa hanyut dalam peristiwa-peristiwa di dalamnya. Dalam sebuah adegan membelah kulit kayu, scene pertama disorot dari luar kayu tersebut. Tetapi mendadak kita dibawa ke balik kayu tersebut sehingga melihat dengan detail proses pembelahan. kayu 3. Para pemain tidak canggung. Ini kepintaran sutradara. Bolang dan kawan-kawan tampil apa adanya seolah mereka mengobrol dengan kawan di kehidupan sehari-hari. Tanpa teks, tanpa naskah hafalan. Begitu alami. Kita diberi sajian tentang sekelompok bocah kampung yang berdebat secara lugu dan natural. Plus suara narator anak-anak yang menuntun penonton menyusuri adegan demi adegan, Si Bolang begitu menggemaskan. 4. Tema-tema yang dekat dengan anak. Si Bolang Bocah Petualang memainkan peranan sebagai program yang tidak membebani anak-anak. Lihatlah, mereka bermain sepeda kayu, memunguti burung-burung dalam jebakan pemburu untuk kemudian dilepas ke alam bebas, atau menumpang truk karena jarak tempuh yang panjang sementara senja sudah tiba. Si Bolang mengajarkan kemandirian dan mengampanyekan cinta alam. Sebagai produk dalam negeri, Si Bolang patut mendapat apresiasi yang tinggi. Di tengah gerusan mental oleh tontonan asing dan keangkuhan program-program untuk pemirsa dewasa, program ini layak dipertahankan. Durasi 30 menit saya kira kurang panjang, mengingat slot iklan yang berulangkali masuk dalam jumlah yang banyak (untuk menandai betapa Si Bolang masih punya rating yang tinggi) memangkas acara ini menjadi hanya berkisar 20 menitan saja. Satu catatan lagi, dan ini sedikit kelemahan, si Bolang diputar pada tengah hari saat anak-anak sekolah kemungkinan besar belum pulang. Sebab itu, kepada Trans7, tolong jangan buang si Bolang! -Arief Firhanusa-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H