Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Terhadap Timnas, Hati Saya Telah Rontok dan Patah

28 November 2014   20:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:36 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENDENGAR RCTI mempropagandakan siaran langsung Indonesia kontra Laos, hati saya sulit untuk tergoda. Mungkin saya telah patah hati.

Timnas U-19 pernah menyelinap dalam sanubari, menyisir petak demi petak relung hati paling jauh, membuncahkan pesona gadis desa. Embun berangsur-angsur larut di setiap sudut, menyingkapkan wajah ayu dalam gocekan Evan Dimas, liak-liuk Maldini Pali, dan kecepatan angin Ilham Udin Armayn.

Tapi asmara saya terkapar. U-19 mirip perawan yang kabur melalui stasiun dimana saya tercecer dalam pengejaran di sepanjang peron saat dia telah telanjur dibawa lari oleh kereta cepat. Entah kemana perginya. Entah kemana moksanya. Entah kenapa di Piala AFC U-19 tim ini rontok seperti penggalan film Autumn in New York.

Saya terpuruk dan terkutuk. Gerimis senja merutuki atap peron, membuat gaduh yang menyayat. Meninggalkan jejak-jejak kaki saya yang tersayat. Melambai pada angin pilu dan renta tatkala peri berbisik pada saya: "Sudahlah, sayang, tak usah tergila-gila pada sepakbola ... "

---

PAGI menyergap aorta mata saya. Membuka TV dan menemukan keberangkatan timnas senior ke Vietnam, syahwat sepakbola kembali berselancar. Saya coba lepas bayang-bayang pilu ditinggalkan gadis desa nan ayu bernama Timnas U-sembilan belas, lalu mulai melingkari tanggal demi tanggal menuju 22 November saat Indonesia bertemu Vietnam.

Kendati akhirnya cuma bisa bermain seri 2-2 melawan Vietnam, saya bisa orgasme. Saya menghibur diri sendiri, permainan memang belum elok dan dua gol yang didonasikan Zulham Zamrun dan Samsul Arief berbau keberuntungan. Saya meyakini bakal terjadi puting beliung di gawang Filipina di matchday kedua, 25 November. Saya tatap langit-langit, membayangkan Van Dijk atau Boaz membobol gawang, membayangkan HL koran-koran dengan foto setengah halaman Firman Utina dipanggul kawan-kawan usai menyarangkan gol ketiga.

Tetapi itu hanya mimpi. Sungguh saya patah hati. Filipina mematikan lilin dalam kegelapan persepakbolaan Indonesia, biarpun malam ini Laos memberi hati pada kita ...

28 November 2014, Arief Firhanusa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun