Acara bincang-bincang di TV kini tak ubahnya wahana jualan paha. Bahkan di sebuah program tengah malam penyelenggara sengaja memajang empat perempuan di latar belakang untuk duduk manis seraya melipat kaki, dengan rok yang superpendek!
Tiap malam, Vega Darwanti tampak selalu sibuk menutup pahanya dengan bantal. Maklum saja, roknya yang pendek pastilah segera mengapungkan 'jeroan' kala dia bergerak mengganti lipatan kaki, atau bergerak sedikit saja. Bila ia alfa mengamankan bagian pahanya, maka "pasukan Tukul Arwana" yang duduk di belakang dan samping kursi Tukul sontak melihat 'bagian dalam' Vega.
Dalam sebuah episode "Bukan Empat Mata", pernah Tukul bahkan menyodorkan bantal kursi saat dilihatnya seorang bintang tamu (mungkin tak menyadari) duduknya menganga. Bila dibiarkan lama, keenakan pasukan saya, begitu mungkin batin Tukul.
"Bukan Empat Mata" barangkali program paling sering memamerkan paha. Dugaan saya, undangan yang diberikan ke calon bintang tamu ada klausul "harap memakai baju seksi". Ini tentu saja untuk daya tarik. Daya sedot yang harus dibuat lantaran rating acara ini kian merosot. Lagi pula, toh "Bukan Empat Mata" ditayangkan menjelang dinihari saat anak-anak dan remaja sudah tidur mendengkur, sehingga penyelenggara punya dalih untuk pembenaran.
Namun, salut untuk Marsha Chikita -- putri pasangan Ikang Fawzi-Marissa Haque -- yang berani menabrak 'tradisi' "Bukan Empat Mata". Dia memakai rok terusan saat menjadi tamu di acara itu, belum lama ini. Hal serupa ditampilkan lurah cantik asal Gorontalo, Nurmala Rahmola, yang tadi malam memakai hijab nan cantik di acara yang sama.
Bukan Cuma Tamunya
"Bukan Empat Mata" tidak sendirian. Di banyak acara bincang-bincang terdapat tetamu yang memakai rok pendek. Rok yang dipakai itu bukannya menambah pesona acara (kecuali bagi pria mata keranjang), melainkan justru kerap membuat kikuk si pemakai. Mereka tampak sibuk menata rok. Kalau ada bantal mendingan untuk menutup pahanya dari tatapan mata. Namun bila bantal tak ada, tamu-tamu itu ribet sekali dan aktivitasnya itu tampak banget di tivi.
Jangan bayangkan paha-paha menganga itu cuma di-'suguhkan' bintang film atau penyanyi dangdut, melainkan juga praktisi atau kalangan akademisi. Belum lama ini Psikolog Lita Gading juga mengenakan rok pendek dalam program "Basa Basi" Trans TV. Celakanya, presenter acara ini, Cici Panda, juga bawa-bawa rok pendek di sebuah program yang ditayangkan pagi hari ini.
Tapi, lagi-lagi, Cici Panda tidak sendiri. Anda sering menyimak acara bincang-bincang pagi di TVOne maupun Metro TV? Sejumlah anchor-nya juga sering memakai rok pendek. Entah mereka merasa pede atau bagaimana saat tampil di TV dengan rok pendek, tetapi lihatlah mereka juga tampak berusaha menutupi paha mereka dengan kertas agar 'dalaman' mereka tak dilihat oleh narasumber pria yang duduk di depannya.
Dalam daftar presenter/host/anchor perempuan yang tampak sering memamerkan auratnya itu Vega Darwanti harus disebut. Vega yang cantik, seksi, dan kocak ini sering memakai busana nyaris separuh. Tadi malam contohnya, dia memakai rok dengan bawahan pendek yang longgar. Bagian bawah yang pendek sekaligus longgar berarti dia harus bekerja dua kali untuk 'mengamankan' wilayah pribadinya: menyilangkan/merapatkan kaki seraya mengatur agar ujung roknya tidak menyibak dengan cara ditarik kemudian diduduki, atau menariknya ke atas paha kemudian dihimpit dengan bantal.
Kualitas Acara, Bukan Kualitas Paha
Paha-paha yang menganga itu mungkin bukan perkara besar bagi kaum permisif. Tetapi untuk pemirsa tivi yang mengagungkan etika tentu saja sebaliknya. Reaksinya bisa berupa sikap jijik. Bagaimana tidak menjijikkan, acara-acara itu ditonton orang-orang yang duduk bersila, seperti "Bukan Empat Mata". Yang bersila itu tak jarang penonton berjilbab. Betapa kontrasnya.
Posisi penonton acara bincang-bincang rata-rata pun berada di bawah, di depan panggung yang berada di ketinggian dan disorot lampu terang-benderang, sehingga tak ayal mata pemirsa di studio lurus dengan paha-paha tetamu dan presenternya. Lebih-lebih sofa cara bincang-bincang itu dibuat rendah sehingga tidak mustahil gerakan sedikit saja akan menyajikan 'pemandangan elok' ...
Trik penyelenggara acara dengan 'menyuguhkan paha' ini apakah benar-benar mujarab? Belum tentu juga. Banyak acara tivi yang santun dan bertatakrama cukup laris diminati. Mutu acara bukan tergantung kualitas paha. Sajian menarik dilahirkan oleh bobot pembicaraan, aktualitas topik, dan siapa bintang tamunya. "Bukan Empat Mata" itu tampaknya mengalami degradasi dan kejenuhan sehingga memerlukan trik-trik sensual yang justru bunuh diri.
Alangkah syahdunya jika bintang tamu dan presenternya memakai busana nan sopan. Mereka tak perlu sibuk menata roknya sembari bertanya-jawab. Mungkin ada narasumber yang datang ke studio sudah telanjur memakai rok mini, maka usahakanlah ada upaya untuk menempatkannya tidak berhadapan langsung dengan penonton di studio dan pemirsa di rumah.
Jika film-film barat diblur bagian payudara, nah mengapa acara-acara talkshow tidak diburamkan? Mungkin untuk program live amat sulit dan konyol bila memburamkan aurat, tapi "Bukan Empat Mata" kini tak lagi siaran langsung, sehingga bisa diedit sedemikian rupa agar pengalaman pahit Dinda Kanya Dewi, Wulan Guritno, atau Vicky Zaenal yang CD-nya terekam kamera tidak terulang
-Arief Firhanusa-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H