Saban hari kita disuguhi pola tayangan yang begitu-begitu saja sampai-sampai kita mual dibuatnya. Ironisnya acara bincang-bincang dengan bonus liputan pandangan mata (jumpa pers, pengangkatan jenazah, pidato presiden, wawancara dengan Ketua Basarnas, suasana rumah Bambang Widjojanto setelah Bambang dilepas Mabes Polri, dan seterusnya) itu siarannya diulang-ulang dalam program acara beda tapi serupa.
Dari keseluruhan pola garing ini, paling menjemukan adalah berita konflik politik. Masyarakat disuguhi beragam komentar dari banyak orang yang isi komentarnya berbeda-beda. Sudah begitu, tokoh politik yang diwawancarai itu sering berubah sikap dan ucapan, kemarin bilang A, hari ini ngomong B.
Ada pula stasiun TV yang konyol dengan mengundang seorang comic dalam acara serius. Comic tadi tak ada relevansinya melucu di tempat itu, apalagi kebetulan dia sama sekali tidak lucu saat stand up comedy. Pemirsa di studio memang sedikit tertawa, namun tawa mereka hambar dan amat terpaksa. Padahal, TV ini dulunya digandrungi karena selalu nomor satu menempatkan reporternya di garis terdepan saat penggerebekan sarang teroris ...
-Arief Firhanusa-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H