Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. penggalan lirik lagu tersebut tidak berlaku pada Muhammad Jafar Mustaqin. Jafar adalah seorang pedagang bakso cuanki di belakang Masjid Istiqomah, Jalan Citarum, Kota Bandung.Â
Puluhan mangkuk bakso pun setiap harinya ia sajikan pada berbagai orang yang ingin mengisi perut atau sekadar mencicip cuanki khas Bandung. Meski sudah terbiasa menyajikan cuanki hangat di tengah sejuknya udara Kota Bandung, pemuda berusia 17 tahun tersebut ternyata tidak familiar dengan kehangatan dan kehadiran sosok ibu dalam hidupnya. karena ia tidak didampingi ibu kandungnya sejak berumur 7 tahun.Â
Kala itu keluarga Jafar yang berdomisili di Majalengka sedang ada masalah. Alhasil, ayah dan ibunya pun berpisah. Jafar dengan ayahnya pergi ke Tasik, sedangkan ibunya pergi bekerja di Bandung. Namun, ibunya menghilang tanpa jejak. Setelah mengetahui anggota keluarganya hilang, pihak keluarga pun langsung mencari ibunda Jafar tersebut.Â
Majalengka dan Bandung pun menjadi daerah yang diutamakan untuk mencari dirinya, Ibunda Jafar yang bernama Aam tidak ditemukan dimana-mana. Pencarian melalui sosial media pun sempat dilakukan. Namun, hasilnya tetap sama. Pencarian tersebut menjadi semakin susah lantaran pihak keluarga tidak memiliki foto Aam.
Tidak lama bersua, Jafar pun tidak bisa mengingat persis wajah Aam. Ayah Jafar juga sudah tidak memiliki foto mantan istrinya tersebut. Jafar mengira foto-foto itu disingkirkan setelah kedua orang tuanya berpisah. susahnya karena gaada fotonya, ucap ayahnya jafar "mau cari juga gimana?Â
Foto perkawinan juga enggak ada. Ayah juga enggak punya foto Ibu karena yang masalah keluarga itu. Setelah lebih dewasa dan memiliki umur yang dianggap legal secara sah, Jafar memberanikan diri pergi  ke Bandung untuk mencari ibunya pada bulan desember 2023 lalu. Perhentian pertama pun jatuh ke rumah kakak dari ibunya. Ternyata, kakak dari ibunya itu tidak pernah sekalipun bertemu Aam semenjak ia pergi dari Majalengka.Â
Awalnya jafar Berniatan mencari ibunya, Jafar justru mendapat rezeki lebih untuk bisa berjualan bakso. Jafar diperkenalkan oleh bos Bakso Aldebaran itu melalui pamannya yang menyuruh dirinya sambil bekerja. "Kemarin bulan 7 (ke Bandung untuk mencari ibunya). Sebelumnya itu saya ke rumah kakaknya Ibu, nanyain Ibu siapa tahu ada. Itu niatnya kebandung mau cari Ibu aja, tapi pas ke sini ketemu dengan paman, disuruh kerja sekalian di sini. Bos saya orang Cicadas," ucapnya.
Bakso Aldebaran yang ia jual itu tersedia setiap hari pukul 8 pagi hingga 9 malam. Setiap harinya, ia pergi dan pulang bersama dengan bosnya yang juga berjualan di kantin Masjid Istiqomah. Jafar dan pedagang Bakso Aldebaran lainnya tinggal di rumah sang bos di Cicadas. Seluruh menu yang dijual Bakso Aldebaran dibanderol dengan harga serba Rp15.000, mulai dari bakso cuanki yang dapat ditambah mi instan, batagor kering, dan batagor kuah. Tempat ia berjualan pun sudah disediakan oleh bosnya. Selain itu, berbagai bahan masakan juga sudah disiapkan oleh sang bos. Jadi, Jafar dan penjual lainnya tinggal berjualan saja.
"(Saya) tinggalnya di rumah bos, bareng-bareng sama tukang cuanki yang lainnya juga. Kalau bahannya ini semua udah dikasih semua dari bos, jadi semua yang tinggal dirumah bos itu udah dikasih, tinggal dijualin," ujar Jafar. Dirinya juga tidak menyangka dapat berjualan bakso cuanki ini. Sebab, ia ke Bandung hanya dengan tujuan mencari ibunya. Dirinya pun bersyukur bisa berjualan bakso dan menghasilkan uang ketimbang hanya bermain di kampungnya.Â
"Jadi daripada di kampung cuma main aja, mendingan kerja," tuturnya. Sebelumnya Jafar juga sudah memiliki pengalaman kerja. ia sempat membuat dan menjual cilok di Mojokerto, Jawa Tengah. Kegiatan tersebut ia lakoni selama tiga bulan, dari Agustus hingga Oktober 2023.