Mohon tunggu...
Firdi Maulana Putra
Firdi Maulana Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Pekerjaan Umum - D3 Teknologi Konstruksi Jalan Dan Jembatan

Pria yang tergolong Gen-Z dan sedang berusaha untuk mewujudkan cita-citanya. Orang biasa yang suka olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maraknya "Kreak" di Kota Semarang; Apakah Penyebabnya?

19 Oktober 2024   22:32 Diperbarui: 19 Oktober 2024   22:39 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa Itu Kreak?

Kreak, fenomena yang pasang surut hadir di Semarang selama bertahun-tahun ini menjadikan nya sebuah hal yang ditakuti masyarakat karena perbuatan onar yang mereka lakukan. Kreak sendiri merujuk pada sekelompok pemuda brutal yang kerap menjalankan kriminalitas di daerah Semarang.

Tindakan mereka ini, termasuk perkelahian antar kelompok kreak (bisa juga disebut gangster), sering memunculkan korban. Mangsanya bukan hanya kelompok yang berlawanan, namun pihak yang tidak bersalah sekalipun bisa jadi kena imbasnya. Situasi itu dirasakan mendiang Muhammad Tirza Nugroho Hermawan (21), yang kehilangan nyawanya karena bacokan senjata tajam. Adapun secara kronologi, mahasiswa Udinus tersebut sedang naik motor bersama temannya pada dini hari Selasa (17/9/2024). Lokasi tewasnya Tirza tidak jauh dari pintu keluar SPBU Sampangan, Jalan Kelud Raya, Semarang.

"Kami memastikan keluarga Ananda Tirza mendapatkan dukungan yang diperlukan dalam menghadapi situasi yang sangat berat ini," Rindra Yusianto (18/9/2024).

Pihak Udinus menyerahkan sepenuhnya kasus ini kepada pihak kepolisian. Selain itu juga berharap pelaku kasus ini segera terungkap dan diproses hukum.

Kok Bisa Seperti Itu?

Kreak sendiri merupakan singkatan dari "kere" dan "mayak". Kere jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia "miskin", sementara "mayak" merujuk pada orang-orang yang berkelakuan norak atau sok-sokan.

Maraknya fenomena "kreak" di Semarang, yang merujuk pada aksi gangster dan tawuran remaja, memiliki keterkaitan erat dengan faktor ekonomi. Salah satu penyebab utama munculnya kelompok-kelompok ini adalah kesulitan ekonomi yang dialami oleh banyak remaja di kawasan tersebut. Ketimpangan sosial dan ekonomi sehingga menciptakan kecemburuan sosial, terutama ketika sebagian masyarakat menikmati gaya hidup yang mewah, sementara sebagian besar lainnya merasa terpinggirkan dan tidak memiliki peluang terhadap akses yang sama.

Remaja yang tergabung dalam kelompok "kreak" sering kali berasal dari lingkungan yang teralienasi secara ekonomi, di mana akses terhadap pendidikan, pekerjaan, dan kesempatan sosial lainnya terbatas. Akibatnya, mereka merasa frustrasi dan mencari pelarian melalui aktivitas kekerasan sebagai cara untuk menunjukkan kekuasaan atau "gengsi".

Lebih jauh lagi, di beberapa kasus, faktor kemiskinan struktural memicu remaja untuk mencari identitas melalui kelompok-kelompok seperti ini. Mereka merasa menemukan "keluarga" atau "solidaritas" di dalam kelompok, yang sering kali menggantikan dukungan yang tidak mereka dapatkan dari lingkungan sekitar. Dengan demikian, masalah ekonomi yang tak terselesaikan seperti kemiskinan dan ketimpangan sosial menciptakan kondisi yang subur bagi berkembangnya aksi kekerasan antar geng di kota besar seperti Semarang.

Viva Jogja
Viva Jogja

Menyikapi Kreak: Apa Solusinya?

Banyak orang mungkin berpendapat bahwa solusi untuk masalah "kreak" adalah kekerasan seperti pembunuhan, tetapi apakah benar cara ini akan menghapus mereka? Tindakan ini tidak hanya melanggar hak asasi manusia, tetapi juga terbukti tidak efektif, seperti yang terjadi di luar negeri.

Lalu bagaimana? Saya rasa, peningkatan akses pendidikan, pekerjaan, dan layanan masyrakat lainnya seperti penyaluran program pemerintah yang lebih merata. Karena, masih banyak masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan masyrakat yang baik terutama di daerah Semarang. Namun, solusi tersebut saya rasa percuma saja, nyatanya kemiskinan struktural masih tak ada habisnya. Bahkan, setelah program pemerintah seperti KIP, KIPK, BLT, dan lain sebagainya diberlakukan.

Intinya adalah, kesadaran kolektif masyarakat terbentuk sebab adanya kesamaan di antara individu dalam suatu kelompok sosial. Memfusikan atau menyatukan para kreak dengan kita, sebagai masyarakat Semarang, mampu membawa kesadaran kolektif yang lebih meluas, dan perasaan "belong" akan membawa persaudaraan di antara para bandit atau kreak, dengan masyarakat Semarangan.

Peran pemerintah sangat penting karena mereka bertanggung jawab atas masalah sosial dan mengelola sumber daya. Keterlibatan mereka diperlukan untuk menyelesaikan masalah "kreak". Daripada menyalahkan, fokuslah pada solusi. Setiap daerah punya konteks berbeda, sehingga pemerintah perlu penelitian mendalam tentang "kreak" agar strategi yang tepat bisa dirancang. Pembenahan politik, ekonomi, budaya, dan tata kota perlu dilakukan demi kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, tindak kriminal yang terjadi di Semarang akan berkurang dan bahkan mungkin bisa hilang jika penanganan yang dilakukan kerja sama antara masyarakat dan pemerintah untuk mengaplikasikan solusi-solusi tersebut.

Daftar Pustaka

  • "Gang Itu Kembali Lagi": Kreak Semarang; Perspektif, Sebab Akibat, dan Solusi -- HMPSS-U (undip.ac.id)
  • Arti Kreak Semarang dan Fakta-Fakta Tawuran Hingga Lukai Pemotor (tirto.id)
  • Mahasiswa Udinus Semarang Tewas Dibacok Gerombolan Kreak, Ternyata Sosok Berprestasi dan Aktif Organisasi BEM Kampus - Radar Semarang (jawapos.com)
  • Kecemasan Meluas, Aksi 'Kreak' Semarang Terus Meresahkan! Pemerintah, Apa Langkahmu? (viva.co.id)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun