Mohon tunggu...
Firdha Vatika
Firdha Vatika Mohon Tunggu... Mahasiswa - seorang yang dilema akan cinta

Mahasiswa sastra indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gangguan Skizofernia pada Kesehatan Mental

5 Juli 2022   13:40 Diperbarui: 5 Juli 2022   13:42 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kesehatan mental adalah bagian dari kesehatan yang tidak bisa dilepaskan. Sehat secara mental adalah keadaan ketika individu merasa sejahtera, baik secara psikologis, emosional, maupun secara sosial. Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga kita dapat menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.

Skizofrenia adalah gangguan mental yang dapat memengaruhi tingkah laku, emosi, dan komunikasi. Penderita skizofrenia juga dapat mengalami halusinasi, delusi, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku. Skizofrenia sering disamakan dengan psikosis, padahal keduanya berbeda. Pengidap skizofrenia berpotensi untuk kehilangan fungsinya sebagai manusia secara utuh akibat gangguan berpikir dan motorik. Seorang penderita skizofrenia memerlukan perawatan seumur hidup. Apabila penanganan dapat dilakukan lebih awal, gejala-gejala skizofrenia dapat dikendalikan, sehingga dapat mengurangi tingkat keparahan jangka panjang.

Data World Health Organization (WHO) menyebut, skizofrenia adalah kondisi mental kronis dan serius yang memengaruhi sekitar 20 juta orang di dunia. Seseorang dengan kondisi ini pun 2-3 kali lebih mungkin meninggal lebih awal daripada populasi umum, karena kondisi medis serius lain yang sering terjadi bersamaan, seperti penyakit jantung atau diabetes. Adapun penderita penyakit mental ini memengaruhi wanita dan pria sama rata. Namun, dalam banyak kasus, pria merasakan gejala skizofrenia lebih awal dibandingkan wanita.

Di Indonesia, sebanyak 14% penderita gangguan skizofrenia masih mengalami pemasungan dan sebanyak 15,8% keluarga di Indonesia memiliki penderita gangguan jiwa, salah satunya adalah skizofrenia. Di Jawa Barat, proporsi  rumah tangga yang memiliki penderita skizofrenia telah meningkat sebesar 3% dari tahun 2013 menjadi 5%. Pada dasarnya, pemasungan tidak perlu dilakukan karena penderita skizofrenia bisa sembuh apabila menjalankan pengobatan yang tepat.

Menurut Dr. Guntara Hari Sp.KJ dari Bethsaida Hospital, gejala gangguan skizofrenia dibagi menjadi dua dimana gejala pertama meliputi gangguan persepsi (indra) dan gangguan isi atau proses pikir dan gejala kedua meliputi emosi. Pertama, gejala melalui panca indera dapat dirasakan melalui panca indera seseorang, seperti apa yang dilihat, didengar, dan lain-lainnya. Kedua, gejala yang meliputi emosi seperti emosi mudah marah, sering tertawa sendiri, menghiraukan kebersihan diri dan merasa tidak ada kebahagiaan dalam dirinya. Dalam banyak kasus, orang dengan kondisi seperti ini biasanya tidak menyadari jika mereka memiliki skizofrenia.

Penyebab skizofrenia :

Sampai saat ini,  belum ada yang mengetahui apa penyebab seseorang mengalami skizofrenia. Meski demikian, para peneliti percaya bahwa ada beberapa hal yang dapat memicu penyakit ini. Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab penyakit skizofrenia adalah:

- Masalah dengan keseimbangan kimia di otak

- Perbedaan struktur otak

- Genetik

- Faktor lingkungan

- Obat-obatan tertentu

Cara Mencegah Skizofrenia

Belum ada pengobatan khusus yang dapat mencegah terjadinya skizofrenia pada seseorang yang mulai menunjukkan gejala. Namun melakukan pengobatan dan perawatan lebih dini adalah cara terbaik untuk menghindari gejala skizofrenia menjadi semakin parah dan tidak terkendali.

 Pengobatan

Terapi bagi penderita skizofrenia harus didampingi oleh psiakiater. Selain di haruskan meminum obat-obatan, penting untuk pasien agar didukung oleh lingkungan sekitar, terutama keluarga. Stigma yang beredar di masyarakat adalah bahwa penderita tidak akan bisa hidup normal.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2017 menunjukkan bahwa pasien skizofrenia yang mendapat dukungan keluarga dan orang-orang terdekat menunjukkan kondisi yang lebih stabil dan dapat berkomunikasi dengan normal. Pasien yang telah sembuh tetap perlu didampingi karena kekambuhan pada kasus skizofrenia ini mencapai 20-50%

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun