Mohon tunggu...
firdhalif
firdhalif Mohon Tunggu... Lainnya - warga biasa

just so so

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bayi yang Menangis

17 Februari 2017   19:05 Diperbarui: 17 Februari 2017   19:09 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“ oek..oek..oek..oek..”

Begitulah suara tangisan Reva keponakan saya yang tiada hentinya. Usianya masih 6 bulan, dan belum bisa makan apapun selain asi. Singkat cerita, ibunya pergi ke tukang pijat sehingga Reva ditinggalkan dan dititipkan ke neneknya begitu saja tanpa dipamiti. Sehingga, itu membuat anak merasa tak nyaman dan menangis. Tak lama kemudian, setelah sekitar satu jam Reva menangis ibunya datang dan menghampiri Reva. Apa yang terjadi? Tanpa selang beberapa menit Reva langsung tersenyum melihat ibunya datang.

Nah, dari peristiwa ini menunjukan seorang bayipun memiliki emosi dan pengekspresianya kebanyakan melalui tangisan. Perubahan emosi yang ditunjukkan memiliki maksud tersendiri. Seperti senyum seorang bayi karena sentuhan ibunya, tangisan bayi karena merasa tidak nyaman, dan lain-lain.

Sebelum masuk terlalu dalam pada sosioemosional, kita perlu mengetahui apa sih yang disebut dengan sosioemosional itu. Kita pecah menjadi dua kata yaitu sosial dan emosi. Nah, yang disebut dengan sosial secara sederhananya yaitu hubungan atau korelasi antara individu dengan individu lain. Setiap orang memiliki kemampuan sosial yang berbeda-beda. Ada yang kemampuan sosialnya tinggi ada juga yang kemampuan sosialnya rendah. Sedangkan, emosi yaitu secara sederhananya luapan perasaan atau perasaan yang melingkupi seseorang dalam suatu keadaan atau kondisi. Terkadang, kita salah mengartikan emosi adalah marah. Padahal, senang, sedih, marah, kecewa juga termasuk dalam emosi.

Proses biologis, kognitif, dan sosial-emosi berhubungan erat secara rumit. Misalnya seorang bayi yang tersenyum karena sentuhan ibunya. Bahkan respon sesederhana ini memerlukan proses biologis (karakteristik fisik sentuhan dan kepekaan terhadapnya), proses kognitif (kemampuan untuk memahami tindakan yang disengaja), dan proses sosial emosional (senyum sering kali mencerminkan emosi positif dan senyuman membantu menghubungkan bayi dengan makhluk hidup lain). (John W.Santrock,2007)

Selain itu, sosioemosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sosioemosional anak, yaitu :

  • Faktor hereditas
  • Ini merupakan salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi perkembangan anak, yang termasuk perkembangan sosioemosional anak. Pada faktor hereditas ini, anak memiliki beberapa karakteristik bawaan yang diwariskan oleh orangtuanya. Ada 2 warisan yang diberikan pada anak yaitu bakat dan sifat-sifat keturunan seperti pemarah, pandai, gemar membaca, pemalasa, dan lain-lain.
  • Faktor lingkungan
  • Faktor lingkungan ini berpengaruh juga dalam perkembagan sosioemosional anak. Faktor lingkungan merupakan faktor kompleks yang mempengaruhi perkembangan anak. Diantaranya yaitu lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat. Nah, yang sangat dekat dengan anak adalah dari keluarga. Semua aktifitas anak dimulai dari lingkungan keluarganya. Jika dalam keluarga memberikan pengaruh positif maka akan memberikan dampak positif juga pada perkembangan anak. Namun, jika sebaliknya keluarga saja sudah memberikan pengaruh negatif maka akan memberi dampak negatif dalam perkembangan anak.
  • Faktor Umum
  • Faktor umum yang dimaksudkan disini yaitu faktor dapat dimasukkan dalam dua faktor sebelumnya, Yaitu :
  • Jenis Kelamin
  • Jenis kelamin mempengaruhi sosial dan emosional anak. Sehingga dalam perkembanganya juga perlu diberikan pengarahan dan pengertian tentang ini. Karena juga mempengaruhi kelompok atau teman bermainya.
  • Kelenjar Gondok
  • Disebutkan dalam buku karya Novan Ardy Wiyani bahwa kelenjar gondok mempengaruhi perkembangan anak. Disebutkan dalam riset endocrinologi kelenjar gondok mempengaruhi perkembangan.
  • Kesehatan
  • Ini sangan jelas, jika perkembangan fisik dan psikis anak baik maka akan memberikan perkembangan yang memadai termasuk perkembangan sosioemosional anak.namun, sebaliknya jika perkembangan fisik dan psikis anak tidak baik atau kurang sehat maka menghambat perkembangan sosioemosional anak.

Demikian yang dapat saya sampaikan, sampai jumpa..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun