Namun, tiga tahun kemudian perbatasan Turki modern akhirnya ditetapkan melalui Perjanjian Lausanne yang membuat rencana pendirian negara Kurdistan dibatalkan sehingga menyebabkan bangsa Kurdi menjadi kelompok minoritas di negara-negara yang baru muncul. Bahkan selama 80 tahun terakhir, upaya Bangsa Kurdi untuk mendirikan negara Kurdi merdeka selalu digagalkan.
Menariknya, di era modern ini bangsa Kurdi telah berangsur-angsur meninggalkan kehidupan etnis yang patriarki dan berjalan maju ke depan dengan perjuangan nasionalistik Kurdi yang membantu pergerakan wanita. Perempuan mulai membela diri mereka sendiri.Â
Organisasi non-pemerintah lokal, Kamer Foundation, turut berdiri di samping para wanita Kurdi dalam solidaritas perempuan "jalan menuju demokrasi melalui kesetaraan gender".Â
Meskipun beberapa dari para sukarelawan wanita telah menjadi korban kekerasan di masa lalu, potongan-potongan memori yang telah dikumpulkan memotivasi untuk mulai naik dan membangun kembali kehidupan sembari menjangkau dan mendukung pemulihan perempuan dan anak-anak dari semua etnis.Â
Berbekal tujuan pemberdayaan melalui pengetahuan, kesuksesan besar berhasil diraih melalui permainan ibu dan anak-anak yang mana di sisi lain para pria sangat mendukung. Harapan satu-satunya adalah generasi baru yang lahir di masa depan akan menolak kekerasan dan tumbuh sebagai pria dan wanita dalam rasa saling menghormati.Â
Selain itu, budaya populer yang menarik dari bangsa Kurdi adalah sinema Kurdi. Hibriditas sinema Kurdi dalam bahasa, ruang, dan memori membahas situasi sehari-hari yang dihadapi oleh komunitas Kurdi yang beragam dan berbagai klaim agar bangsa Kurdi mendapatkan pengakuan.Â
Berbagai sinema Kurdi mengartikulasikan masing-masing komponen yang mengacu pada sejarah traumatis yang dialami oleh berbagai bangsa Kurdi, tetapi tetap mengacu pada subjek kontemporer budaya Kurdi.Â
Salah satu karakteristik dari sinema Kurdi yang paling jelas dan secara langsung terkait dengan kondisi bangsa Kurdi yang tanpa kewarganegaraan di era negara-bangsa modern yakni kurangnya elemen vital dari industri film nasional yang dimaksudkan untuk mendanai pengembangnnya.Â
Kurangnya dukungan keuangan membuat bahasa Kurdi hanya terdengar sebagian. Namun, situasi bangsa Kurdi yang tanpa kewarganegaraan tidak menjadi halangan. Sinema sebagai sarana identifikasi dan pengakuan yang paling menonjol bagi pengalaman modernisme Kurdi.Â
Referensi:
Ahmet, Hannah Ait, 2020. "Exploring Kurdish Life & Culture in Diyarbakir" [daring]. dalam https://thekurdishproject.org/exploring-kurdish-life-culture-in-diyarbaki/ [diakses pada 7 Juli 2022].