Hari ini Annisa dan Abangnya bersiap untuk keluar rumah dengan hanya berbekal pisau yang di asah semalam dan juga beladiri yang mereka pelajari sejak kecil. Annisa membawa ransel dengan berisikan beberapa makanan ringan yang ternyata masih ada di rumah itu, juga air mineral yang ia pindahkan ke botol minum.
"Bang yakin kita cuma bawak ini aja" Ia menunjukkan pisau dapur yang biasa di gunakan ibunya untuk memasak.
"Mau bawa apa lagi, kita gak punya apa - apa" laki - laki yang sudah memakai sarung tangan milik ayahnya itu menatap Annisa, "mangkanya itu kita keluar rumah buat cari senjata di kantor polisi, di negara atau kota kita bak melegalkan senjata mangkanya harus ambil disana" ia kemudian mengambil ransel dan mengenakannya di punggung.
"Gak nunggu ada yang nolong kita aja bang?" Abang Annisa menghentikan pergerakannya saat akan membuka pintu.
"Kamu dengerkan apa yang di katakan 3 orang kemarin bahwa sudah tidak ada lagi orang di kota ini, siapa yang mau menolong kita?".
Mereka sama - sama terdiam. laki - laki yang ada di depan Annisa membuka pintu kemudian berjalan keluar rumah di ikuti oleh adiknya dari belakang. dua orang itu akhirnya meninggalkan rumah berjalan menyusuri setiap gang yang mereka lewati untuk menuju kantor polisi yang mereka tahu.
saat sampai di gang yang lebih besar, mereka berhenti karena mendengar suara langkah kaki tapi entah dari mana asalnya, dengan cepat mereka berjalan menuju rumah yang sangat familiar dimana dulu itu adalah rumah Om dan Tante mereka. Melompat melewati pagar rumah kemudian diam disana di teras rumah.
"Kenapa?" suara orang terdengar dari jalan yang mereka lalui.
"Entah, perasaan tadi ada orang disini".
"Benarkah" kali ini suara perempuan yang menyahut, mereka ternyata ada tiga orang dimana salah satunya adalah perempuan.