Mohon tunggu...
Firdaus Rahmatullah
Firdaus Rahmatullah Mohon Tunggu... -

kutu buku, maniak kartun, suka merenung, pendiam, kuper, membosankan, payah, tapi semoga menjadi penulis bestseller!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jumat, 18 juni 2010

7 Juli 2011   04:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:52 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kimya

senyawa perih rela membuih

pada molekul cinta rasa bahgia

semuan asam kehidupan bertalian

membuncah zat mengikat nyawa.

Kamis

tak menentu Kamis ini

sebentarsebentar panas sebentarsebentar hujan

memaknai suasana hati bimbang

meraja di pelipit cuaca ini

seperti memangkas waktu tanpa hirau

bertabrakan

dan ramai dipertaruhkan.

Likat

likat pelipit tubuh mengeram melakat

sepotong nyawa sejuntai nafas

tertatih

merintih

di bilik risau sang pipit.

Kelopak Pagi

kubahasakan matari berikut cahaya

dengan kelopak pagi memantul pendarnya

juga peraupanmu penuh binar

kehidupan. setambat nafas hadirkan nyawa

di suatu pokok reranting menjelma tubuhmu.

inikah diriku inikah dirimu

bersatu pada satu nuansa

bareng nama.

Pepohonan Tampak Melayu

pepohonan tampak melayu

ketika kering juga kemarau di kala itu

mengguyur berpuluh daun juga klorofil

bertaut

berimbas

satu makna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun