Mohon tunggu...
Firdaus
Firdaus Mohon Tunggu... -

Bukan siapa2, hanya orang biasa yang masih blajar menulis...\r\nIngin slalu melihat sgala bentuk permasalahan dari dua sudut pandang yang berbeda, agar 'toleransi' dapat muncul dalam setiap perbedaan\r\n\r\nUnited in diversity..\r\n\r\nmohon maaf jika ada kesalahan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Apa Kabarmu Ayah?

4 Oktober 2012   07:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:16 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa kabar ayah?
Entah kenapa pagi ini ingin kutanyakan kabarmu?Apakah smuanya baik2 ayah?bagaimana keadaanmu pagi ini. Sedang tersenyumkah ayah?
Banyak hal yg tlah kau ajarkan kepada ku.Hari2 yg engkau lalui dengan penuh kesabaran dan ketabahan membuatku harus akui engkau salah satu sosok luar biasa yg hadir dalam kehidupan kami sekeluarga. Satu hal yang slalu kuingat tentang engkau ayah, dimana engkau tak pernah mengeluh sepanjang usiamu..Ketka sakitpun engkau tak pernah mengeluh, walaupun kutahu betapa perihnya akan sakit yang kau rasakan

Engkau juga mengajarkan kami akan ketauhidan, untuk tidak percaya akan sesuatu yang sifatnya tahyul, bid'ah, khurafat. Yang kami tahu dari cerita emak, engkau pernah menimba ilmu bersama Buya Hamka...'Ajaran bersamanya Buya Hamkalah yang membuat ayahmu menjadi orang yg slalu sabar, optimis, tak pernah mengeluh serta paling anti dengan kesyirikan. Ia juga seorang pengikut Muhammadiyah yang taat", ungkap emak disuatu ketika
Engkau sangat sayang dan perhatian kepada kami. Tak jarang setiap sore engkau slalu mengajakku untuk sekedar jalan2 dgn motor buntut yg sangat kami sayangi. Motor yg harus engkau cicil bersama emak sejak tahun 1986 silam.. Satu2 nya harta yg kami miliki disamping rumah sederhana yang dibangun sejak 1981 silam secara berangsur2..

"Rumah ini dibangun dgn berangsur2..Mulanya hanya satu ruangan yang berlantaikan semen, setelah itu diangsur angsur, hingga jadilah sebuah rumah sederhana tempat kami berteduh sekeluarga", ungkap emakku di suatu hari kepada kami semua. Maklum, ayahku seorang petani biasa, dan emak sendiri seorang guru SD yang ketika itu gajinya sangat kecil dibandingkan guru2 sekarang..Dan sedihnya, rumah sederhana itupun harus kami relakan ketika terjadi gempa 2009 kemarin, rata dengan tanah. Bantuan yang kami tunggu2 dari pemerintah belum juga turun hinga detik ini walau sudah 2 tahun lebih bencana itu berlalu.. Dan Alhamdulillah, sekarang emakku dan beberapa orang kakakku tinggal di rumah berdinding triplek diatas reruntuhan bangunan rumah kami

Ayahku dulunya seorang perantau di Pulau Jawa, sebagai seorang pedagang kain grosiran di Tanah Abang dan tempat2 lainnya semenjak tahun 1960-an (bliau lahir 1937). Bliau sukses ngebangun usahanya dan trus berjuang untuk kehidupan kami sekeluarga (waktu itu kakak2ku -4 orang- lahir di jakarta dan bandung. aku anak kelima lahir di padang). "Tak kenal lelah, sangat jujur dan suka membantu orang kesusahan", kata emakku ketika kumintai pendapatnya tentang sosok ayahku. Setiap ada orang sekampung yang merantau ke Jakarta, ayahku slalu dgn senang hati meminjamkan modalnya berupa kain/pakaian untuk dijual oleh orang sekampung tadi. Setelah terjual, baru orang2 itu nyetor uangnya kepada ayahku...

"Ayahmu sangat baik, bahkan kadang2 terlalu baik kepada orang lain. Pernah suatu ketika setelah menagih piutang kepada orang lain, bliau tidak membawa uang sedikitpun pulang kerumah, karena merasa kasihan dgn kehidupan orang tersebut sedang kesusahan", ungkap emak penuh haru
"Kasihan mereka, untuk makan saja susah, apalagi nyicil utangnya kepada kita. Biarlah dulu, mudah2 an besok mereka diberi kemudahan", jawab ayah ketika ditanyakan oleh emak

Tahun 1980-an engkau pulang ke kampung karna bangkrut dalam usaha dagang. Sebelumnya bersama emak serta kakak2ku yang masih kecil, engkau sempat berjualan yang lain, seperti buka warung padang, dll. Tapi karna kehidupan yang smakin sulit, akhirnya engkau memboyong keluarga untuk pulang ke kampung (pariaman-padang). Di Kampung yang saya tahu, bersama beberapa orang pada waktu itu, ayahku menjadi orang pertama yang mencoba usaha peternakan ikan disaat yg lain masih menanam padi.. Emakku juga pernah cerita kalau pada awal-awalnya tak jarang ayahku bersama kawannya sering dicemooh dan dicibir ketika memulai usaha ternak ikan karna dianggap tidak terlalu menghasilkan.

Tapi, Alhamdulillah berkat ketekunan dan kesabarannya, usaha yang dijalankannya bisa membuka masyarakat yg lain untuk meniru usaha yang mereka lakukan. Bahkan saat ini, daerah kelahiranku tercatat sebagai salah satu daerah penyumbang bibit/benih ikan yang cukup besar di Sumbar. Di desaku pun mayoritas pencaharian sekarang adalah beternak ikan, dan bukan lagi ke sawah, karena ternyata beternak ikan lebih menghasilkan kesejhateraan dibanding usaha lainnya..Mudah2an, contoh perbuatan baik ini menjadi tabungan kebaikan menghadapNya..

Beliau juga pernah menjadi seorang kepala desa di kampung kami selama beberapa tahun. Yang kutahu dari orang-orang lain, ayahku sosok yang tidak banyak bicara, dan snantiasa sabar ketika harus menghadapi berbagai persoalan...Pada waktu itu, ia pun pernah melakukan suatu hal yg kontroversi dimana bliau mengijinkan salah satu parpol-sebut saja PPP (waktu itu masih 3 parpol) untuk berkampanye di desaku..Dan ini membuatmu harus dipanggil dan diperiksa pihak terkait bahkan dikecam oleh banyak pihak atas perbuatanmu. Dan ketika ini kutanyakan langsung, ia menjawab," smua parpol harus diberikan kesempatan yang sama untuk menyampaikan gagasannya kepada masyarakat, dan tidak boleh dibatasi". Satu hal keteladanan kepemimpinan yang membuatku kagum hingga saat ini..

oya, bliau juga seorang pemain bola yang hebat di masanya, bahkan sering bermain bola ke daerah-daerah lain...Penyerang yang dihandalkan untuk mencetak gol. Karna penasaran, waktu itu saya langsung nemuin salah seorang temannya di sepakbola, dan dia ceritakan," ayahmu pemain hebat, terkenal, dan jarang sekali bermain kasar" he..he...he..

Yang kudapatkan juga dari sosoknya adalah pelajaran tentang kejujuran. Suatu ketika ketika kami akan menghitung jumlah anak/benih lele untuk dijual kepada pelanggan (waktu itu kami beternak lele dumbo), bliau berpesan,"hati-hati menghitung, jangan pernah sengaja untuk curang untuk menambah2 hitungannya. Smuanya kan diketahui olehNya". Di waktu lain yang kuingat juga adalah ketika bliau berpesan untuk slalu membeli tiket/karcis kalau ingin melihat hiburan2 tertentu seperti pertandingan bola, dll. "Kasihan panitianya yang sudah bersusah payah ngangkatin acara itu. Kamu jangan sampai ga beli tiketnya. Jangan tiru anak2 lain yang sering ngibulin panitianya", ungkapmu...Dan engkaupun ceritakan bahwa salah satu yang membuat ia bisa dipercaya oleh orang Cina untuk berdagang ketika itu (ketika berjuala pakaian grosir), adalah sama-sama berusaha untuk selalu jujur antara satu dan lainnya...

Terlalu banyak yang ayah ajarkan kepada kami..Dan terakhir yang kuingat adalah ketika itu hari ke-3 di suatu ramadhan ketika sakitmu smakin parah, namun engkau tetap untuk berusaha untuk slalu ingat kepadaNya untuk melaksanakan Shaum/puasa ramadhan. Waktu itu saya sedang tidak berada di rumah karna sedang menyiapkan proposal skripsi S1 ku di Padang. Entah kenapa, hari itu firasatku mengatakan aku harus segera pulang..Menjelang sholat asar, akupun tiba di rumah, dan akupun langsung menemuimu yang sedang terbaring lemah di atas pembaringan.

Sebelumnya, diluar emak membisiku,"ayahmu ga mau batal puasa, walau udah dipaksa sama emak dan kakak2mu. padahal bliau sedang sakit dan harus minum obat.Katanya, nunggu kamu pulang, mau nanyain dulu apakah boleh ngebatalin puasa atau tidak?" ya, Sdemikian dekatnya beliau denganku. Mungkin karena kami sering diskusi dan cerita-cerita dari dulu. Pergi tarawih bareng, ngobrol bareng, ke kolam bareng, bahkan kamipun sering nonton bola bareng di televisi, walau bliau akhirnya sering ketiduran di depan tv:)

Akhirnya sore itu setelah kujelaskan bahwa puasa tidak boleh menganiaya diri dan ngebolehin berbuka disaat2 uzur seperti itu, akhirnya beliau mau untuk berbuka, minum, sedikit makan, dan langsung minum obat...Setelah itu ayahku minta dibimbing untuk pergi ke kamar mandi untuk wudhu' sholat asyar, dan kamipun ngebimbingnya hingga pintu kamar mandi. Sesampainya di pintu, bliau melarang kami untuk masuk menemaninya. "Insya Allah kuat, ga usah dijagain", ungkapnya....

Setelah itu, ayahku harus meninggalkan kami sekeluarga selama2nya...Bliau terjatuh ketika berwudhu untuk sbuah niat yg suci, sholat asar..Kakakku masuk lewat jendela kamar mandi, dan membawanya keatas tempat tidur, dan setelah itu pergi meninggalkan kami sekeluarga....Terus terang ketika itu tangis kami membuncah, dan ku berlari kebelakang rumah menumpahkan sluruh airmata yang kupunya..Orang yang mengajarkan banyak hal kepada kami harus kami ikhlaskan kepergiannya, Karna Allah lebih sayang kepada engkau...Emakpun menyusulku kebelakang, dan dengan tabahnya bliau berkata,"Kita harus ikhlaskan kepergian ayah...Kita bantu dengan doa". Emak orang yang cukup kuat menghadapi itu smua, bahkan waktu itu lebih tegar rasanya dari padaku

Setelah kepergian ayah, beberapa hari setelah itu, aku berdoa agar dipertemukan denganNya, walau hanya dalam mimpi..Dan Alhamdulillah, Allah maha mendengar, aku bisa bertemu dengan ayah dalam mimpiku...Waktu itu bliau menjumpaiku dalam pakaian serba putih..Tapi kami tak sempat berkata-kata, bliau hanya tersenyum kepadaku.....Mudah2 an ini menjadi pertanda, kalau Engkau senantiasa menjaga ayahku Ya Allah..Amin

##Kutulis ungkapan hati ini dalam suasana hati yang penuh air mata di suatu pagi, ketika diri ini ingat kepada sosok seorang ayah! Semata-mata hanya ingin sekedar berbagi dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa berbakti kepda orangtua, ayah ataupun ibu.Merekalah yg tak pernah bosan, tak pernah lelah, menjaga dan membesarkan kita...Berdoalah dan berbaktilah kepada mereka. Mohon maaf###

-Pojokan Matraman, 23/12/2011-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun