Siapa yang tak kenal Soekarno, Mohammad Hatta, Syahrir, BJ. Habibie dan Abdurrahman Wahid di jagat penulisan. Tulisan-tulisan berupa artikel dan buku, lahir dari tangan dan kepala para pemimpin ini. Sekarang, kita mendapatkan tambahan pemimpin yang suka menulis pada diri Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY. Pengalaman para pemimpin, pengetahuan para pemimpin, ilmu para pemimpin, strategi para pemimpin dan visi para pemimpin, biasanya tertuang dalam tulisan mereka. Sungguh beruntung kita generasi penerus, bisa mendapatkan semua itu lewat karya tulis mereka. Tanpa tulisan tidak ada sejarah, tanpa tulisan masa lalu adalah kelam, tanpa tulisan ilmu pengetahuan akan mati.
Sejak muda, Soekarno sudah suka menulis. Karya-karyanya tajam dan fokus pada upaya perjuangan membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan. Hal senada juga ditulis oleh Mohammad Hatta dan Syahrir. Sebenarnya masih banyak pemimpin perjuangan kemerdekaan yang juga berjuang lewat tulisan, seperti Haji Agus Salim. Namun, artikel ini mengerucut kepada mereka yang pernah menjadi pemimpin pemerintahan dan kepala negara.
BJ. Habibie juga suka menulis Ia rajin menulis artikel. Setelah pensiun, salah satu karyanya menjadi buku fenomenal yaitu Ainun – Habibie, yang kemudian sukses menjadi film layar lebar box office. Habibie adalah ilmuwan, teknokrat sekaligus negarawan. Ia menulis banyak sekali jurnal tentang kedirgantaraan yang menjadi kepiawaiannya. Kelak, Habibie boleh mati, seperti juga Soekarno, Hatta, Syahrir, tapi hasil karya tulisnya akan abadi. Visi mereka terekam sangat jelas dalam tulisan-tulisan, dalam artikel, dalam jurnal dan dalam buku. Sebuah warisan amat berharga untuk umat manusia, generasi penerus bangsa.
Penulis dan pemikir hebat terdapat dalam diri Abdurrahman Wahid. Ia hobi menulis sejak lama, sejak masih mahasiswa. Karya-karya tulisanya beragam tema, kaya pengalaman dan sudut pandang. Selain tulisan tentang kenegaraan, politik dan demokrasi, Gus Dur juga hebat dalam menulis cerita humor. Dia tak pernah kehabisan bahan baku humor. Kadang, dia sendiri menjadi bagian dari humor tersebut. Selain itu, Gus Dur juga canggih dalam menulis artikel tentang sepakbola. Pada beberapa edisi Piala Dunia Sepakbola, Gus Dur menjadi penulis kolom tetap di sebuah tabloid olahraga.
Kini, SBY mewarisi kebiasaan menulis para pemimpin bangsa. SBY memang dikenal sebagai prajurit intelektual. Sejak menjadi perwira pertama, bakat intelektualnya terus terasah sehingga karya tulisnya pun berkualitas. Sebelum menjadi presiden, sudah banyak artikel yang dibuat oleh SBY berisi beragam tema. Dia pun membuktikan diri sebagai intelektual dengan menyelesaikan S3 (doktoral) di Institut Pertanian Bogor. Ternyata, kebiasaannya menulis tidak berhenti ketika menjadi presiden. SBY rutin menulis, nyaris setiap hari.
Ketika lahir buku tebal “Selalu Ada Pilihan”, orang yang tahu SBY tidak kaget. Cara dan gaya tulisannya enak dibaca. Ringan dan mengalir, meski isinya kadang berat, bahkan sangat berat. Buku ini berisi pengalamannya sebelum menjadi presiden, berkampanye, menjadi presiden dengan segala suka dukanya, berkampanye lagi dan sekarang mengantarkan demokrasi ke tahap selanjutnya. Buku ini penuh dengan ilmu pengetahuan praktis kenegaraan, politik dan demokrasi.
Kita, Anda dan saya beruntung memiliki pemimpin-pemimpin yang mau menuliskan pengalaman, pengetahuan, wawasan, keterampilan dan visinya dalam memimpin bangsa. Generasi penerus akan menjadikan karya-karya para pemimpin itu sebagai cermin. Mana yang boleh dilakukan, mana yang tidak. Mana yang wajib dilanjutkan mana yang tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H