Pemikiran Ignatius dari Antiokhia tentang Eklesiologi tersebar dalam nasihat, komentar dan ketujuh surat yang ditulisnya. Misteri kesatuan antara umat beriman dengan Yesus Kristus dan hidup dalam Dia ialah dasar pemikiran eklesiologi dari Ignatius. Â Pemikiran Ignatius dari Antiokhia tentang Eklesiologi ditemukan dalam dialektika antara dua pola hidup keristiani, yakni Struktur hirarkis komunitas Gereja dan kesatuan dasariah yang mengikat semua orang beriman satu sama lain dalam Kristus.[4] Keduanya memiliki tekanan pada Communio, persekutuan diantara umat beriman dengan gembala-gembala mereka terus-menerus digambarkan dalam bahasa analogi seperti: harpa, senar-senar, intonasi, keharmonisan dan simfoni.[5]
Â
Pada titik kesatuan antara umat beriman dengan gembala sekaligus menekankan tanggungjawab khusus para uskup, imam dan diakon dalam pembangunan komunitas kristiani. Kepada mereka ditekankan untuk saling mengasihi dan bersatu "jadilah Satu" surat Ignatius kepada jemaat di Magnesia, sambil menyerukan doa Yesus dalam perjamuan terkahir. Suratnya kepada Jemaat di Smyrna no 8, tertulis:
Â
See that ye all follow the bishop, even as Jesus Christ does the Father, and the presbytery as ye would the apostles; and reverence the deacons, as being the institution of God. Let no man do anything connected with the Church without the bishop. Let that be deemed a proper Eucharist, which is[administered] either by the bishop, or by one to whom he has entrusted it. Wherever the bishop shall appear, there let the multitude [of the people] also be; even as, wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church. It is not lawful without the bishop either to baptize or to celebrate a love-feast; but whatsoever he shall approve of, that is also pleasing to God, so that everything that is done may be secure and valid.[6]
Â
Dari suratnya Ignatius menghubungkan bahwa misteri kesatuan umat beriman tak terlepas dari uskup seperti yang Yesus Kristus lakukan kepada Bapa. Mengikuti imam dan daikon seperti menghormati hukum Tuhan. Dalam kaitannya dengan Gereja tidak seorang pun boleh melakukan apa pun tanpa persetujuan uskup.
Â
Ignatius adalah penulis Kristiani yang untuk pertama kali menyebut Gereja sebagai "Katolik" atau "universal" dijelaskan Wherever the bishop shall appear, there let the multitude [of the people] also be; even as, wherever Jesus Christ is, there is the Catholic Church (Di mana ada uskup, di sana biarlah jemaat berkumpul, sebagaimana di mana Yesus Kristus berada, di situ ada Gereja Katolik).[7]
Â
Dalam pelayanan demi kesatuan Gereja katolik, komunitas Kristiani di Roma menjalankan semacam "Primat" dalam kasih dengan argumentasi Gereja Roma yang pantas dihadapan Allah patut dihormati disebut bahagia yang dipimpin dalam kasih berasal dari Kristus dan dari Bapa. Maka dalam suratnya kepada jemaat di Smyrna Ignatius menegaskan kesatuan Gereja, kesatuan umat beriman dalam iman dan kasih sungguh tak terpisahkan.[8]