Mohon tunggu...
Firdaus Depari
Firdaus Depari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa filsafat

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Spiritualitas Kerja Tangan sebagai Pelayanan Kapusin yang Bersekutu dalam Domus Formationis

4 Oktober 2023   07:55 Diperbarui: 4 Oktober 2023   07:57 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Definisi yang disampaikan merupakan konsep yang sangat umum tentang kerja atau bekerja. Konsep kerja atau bekerja selalu dikaitkan erat dengan manusia sebagai pelakunya. Maka, tidak dapat disangkal bahwa kerja atau bekerja adalah kekhasan manusia kendati mesin dan hewan dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang mirip dengan aktivitas manusia.[3]

3.        Dasar Biblis Kerja

Dalam Kitab Suci perjanjian lama, Allah digambarkan sebagai Pencipta (Kej 2:2; Ayub 38-41; Mzm 104; Mzm 147). Allah menciptakan manusia menurut citra-Nya

(Kej 2:5-6). sebagai ciptaan, manusia diberikan kuasa oleh Allah sebagai tuan dan hamba. Sebagai tuan, manusia bertugas untuk mengolah dan melindungi ciptaan. Sedangkan sebagai hamba, manusia tunduk atas hukum-hukum alam. Semua itu, sebagai jalan manusia untuk dapat merealisasikan dirinya di dalam dunia.[4] 

Paus Yohanes Paulus II dalam ensikliknya, Laborem Exerens menegaskan bahwa bekerja adalah salah satu kegiatan khas manusia. Syarat agar manusia boleh dikatakan bekerja adalah ketika ia melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk melestarikan hidupnya. Melalui karyanya, manusia mengisi dan mengembangkan diri di dalam dunia. Perintah untuk bekerja juga ditegaskan oleh Rasul Paulus ``Tiaptiap orang harus tinggal dalam pertukangan dan jabatan waktu ia dipanggil" kemudian kata sang Rasul, "Jika seorang tidak mau bekerja janganlah ia makan" (2Tes 3:10). Sebab, Kristus sendiri bekerja dan membaktikan sebagian hidup-Nya bagi kerja tangan pada bangku tukang kayu. "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka aku pun bekerja juga (Yoh 5:17). Oleh sebab itu, bekerja adalah tugas mulia yang harus dihayati dalam kehidupan sehari-hari bersama orang lain di dalam Allah.[5]

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bekerja merupakan bagian dari keadaan asali manusia dan mendahului kejatuhan ke dalam dosa. Oleh karena itu, bekerja bukanlah hukuman atau kutukan. Sebab sebelum manusia berdosa dan memberontak (Bdk. Kej 3:6-8), manusia sebenarnya sudah diperintahkan oleh Tuhan untuk bekerja (Kej 2:15). Perintah itu tidak berubah walaupun manusia pertama jatuh kedalam dosa.

4.       Teladan dan Anjuran Fransiskus tentang Kerja

Fransiskus memahami kerja sebagai rahmat yang mesti diterima dan dihayati dengan penuh syukur. Pandangan Fransiskus dapat ditemukan dalam AngBul V mengatakan bahwa:

Saudara-saudara yang diberikan karunia oleh Tuhan untuk bekerja hendaknya berkerja dengan setia dan bakti; sedemikian rupa, sehingga mereka sambil mencegah diri dari sikap bermalas-malas yang merupakan musuh jiwa, tidak memadamkan semangat doa dan kebaktian suci, yang kepadanya harus diabdikan hal-hal lainnya yang duniawi. Dan sebagai upah kerja, mereka hendaknya menerima apa yang merupakan kebutuhan hidup, baik bagi diri sendiri maupun bagi saudara-saudaranya, kecuali uang berbentuk apa pun; itu pun harus dengan sikap rendah, seperti seharusnya bagi hamba-hamba Allah dan penganut kemiskinan.[6] 

Kerja disebut sebagai rahmat sebab manusia dan seluruh kegiatannya, sejak mula diterima sebagai rahmat gratis dari Allah. Fransiskus mengatakan saudara-saudara diberi karunia oleh Tuhan untuk bekerja.[7] Dalam ungkapan berbeda, Fransiskus menggunakan kata "gratia" yang diterjemahkan karunia atau rahmat.[8] Konsep ini menuntut praktek dalam kehidupan sebab kekayaan kerja adalah anugrah.

Nilai kerja sebagai rahmat, senantiasa diletakkan dalam kemiskinan. Sebab memahami kerja sebagai rahmat merujuk pada hubungan antara kerja dan doa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun