Mohon tunggu...
Firdaus Deni Febriansyah
Firdaus Deni Febriansyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer

Seorang freelance content writer, bloger, dan kontributor di beberapa media

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Alasan Sekolah Tatap Muka Harus Diwajibkan

6 Februari 2021   10:19 Diperbarui: 6 Februari 2021   13:53 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sekolah tatap muka di SMP 2 Bekasi. Gambar via kompas.com

Sampai saat ini, sekolah daring masih terus dilakukan sebagian sekolah di Indonesia. Sebenarnya Mas Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sudah memperbolehkan sekolah mengadakan sekolah tatap muka. Artinya, yang mau sekolah online silakan, yang mau sekolah tatap muka ya juga silakan.

Di daerah saya, sebagian besar masih sekolah online. Tetapi ada juga yang sudah mengadakan tatap muka, serta ada pula yang tatap muka tapi cuma seminggu sekali (datang hanya ngumpulin tugas doang).

Saya memang bukanlah seorang siswa atau mahasiswa, tetapi saya memiliki banyak saudara yang kini masih duduk di bangku sekolah. Banyak cerita-cerita dari orang tua mereka yang mengatakan sebenarnya mereka sudah bosan dengan sistem yang ada saat ini.

Para orang tua mengeluh, mereka tetap bayar biaya SPP, uang gedung tapi anak mereka tidak datang ke sekolah. Seragam juga harus beli, padahal seragam nggak pernah dipakai. Di rumah anak-anak mereka tetap menggunakan pakaian biasa.

Mendengar cerita-cerita tersebut, saya bisa memahami kondisi mereka dan sangat bersepakat bahwa sebaiknya sekolah daring tidak lagi diadakan. Seharusnya, Mas Nadiem lebih mementingkan pendidikan diatas segala-galanya.

Ingat, Mas Nadiem itu Menteri Pendidikan bukan Menteri Kesehatan. Penanganan masalah kesehatan itu sudah jadi ranahnya Pak Budi Gunawan Sadikin, Mas Nadiem berfokus saja pada pendidikannya.

Kenapa begitu?

#Biar Siswa Nggak Makin Bodoh

Saya nggak tau apakah Mas Nadiem tau dengan fakta ini atau nggak. Menurut para orang tua, sekolah daring justru membuat anak-anak mereka menjadi makin malas dan bodoh. Terutama bagi yang masih SD, tugas orang tua yang kerjai. Begitupun juga dengan soal ujian semua orang tua yang ngerjain.

Sedangkan yang dilakukan anak-anak hanyalah sibuk main free fire, mobile legends, kadang juga tiktokan. Bahkan ada yang justru bermain dengan teman-temannya ke luar rumah nggak tau kemana. Mereka sudah nggak peduli lagi dengan apa yang menjadi tugas dan kewajiban mereka.

Sebenarnya saya sudah mencoba mengingatkan orang tua siswa untuk tidak terlalu memanjakan anaknya. Tapi mau gimana lagi, mereka nggak tega dan ingin anaknya mendapatkan nilai yang bagus. Walaupun faktanya, nilai yang tinggi nggak sama sekali membuat kecerdasan mereka meningkat.

Nilai rapor mereka memang bagus. Tapi apalah gunanya jika nilai tersebut bukan dari usaha sendiri tapi dari usaha orang tua? Mas Nadiem, saya nggak mau siswa siswi Indonesia jadi anak yang pemalas dan bodoh. Mereka ini adalah penerus bangsa.

#Biar Uang Orang Tua Tidak Keluar untuk Hal-hal yang Nggak Perlu

Di sini, walaupun sekolah daring seragam sekolah tetap harus dibeli. Saya nggak tau, apakah memang seharusnya seperti itu atau sebenarnya nggak wajib sama sekali membeli seragam sekolah.

Di sini, membeli seragam sekolah di masa pandemi adalah hal yang sia-sia. Seragam sekolah nggak pernah dipakai, karena metode pembelajaran masih via grup WA bulan Zoom ataupun google meet. Tentu para orang tua sangat rugi, mereka harus keluar banyak uang untuk hal yang tidak terpakai.

#Biar Anak Nggak Kecanduan Gadget

Selama sekolah online, karena sering memakai gadget membuat anak sekolah jadi kecanduan. Yang sebelumnya jarang main free fire, sekarang malah main free fire berjam-jam.

Kalau diimbangi dengan belajar sih masih mending ya. Tapi fakta yang saya lihat, justru anak zaman now lebih sering main gamenya, sedangkan urusan sekolah justru orang tua yang mengerjakan.

Kalau di sekolah, mereka nggak akan mudah bermain gadget. Semakin bagus lagi bila sekolah tersebut sudah menerapkan kebijakan pelarangan membawa smartphone bagi para siswa. Paling nggak, waktu 8 jam nggak digunakan untuk bermain hp tetapi untuk menyimak guru menyampaikan materi di kelas.

Dapat saya simpulkan, semenjak sekolah daring kualitas siswa memang sangat menurun. Jelas ini bukanlah sesuatu yang bagus. Sudah saatnya Mas Nadiem mewajibkan sekolah tatap muka agar para siswa bisa belajar secara lebih paripurna.

Tanpa bermaksud mengesampingkan virus corona, saya ingin sekolah tatap muka wajib dipermanenkan dengan protokol kesehatan yang ketat. Suruh siswa pakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Dengan sosialisasi yang baik, insyaallah mereka semua mau untuk mengikutinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun