Mohon tunggu...
Firdaus Deni Febriansyah
Firdaus Deni Febriansyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer

Seorang freelance content writer, bloger, dan kontributor di beberapa media

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sinetron Indonesia Sebaiknya Pendek Saja Episodenya

18 Januari 2021   08:52 Diperbarui: 18 Januari 2021   09:23 1662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: jatim.tribunnews.com

Biasanya sih, stasiun televisi menayangkan sinetron dalam episode yang panjang jika ratingnya stabil atau semakin bagus. Rating bagus, artinya banyak yang menonton dan artinya juga bisa banyak iklan yang masuk. Dengan begitu pemasukan perusahaan TV pun akan semakin meningkat.

Baru-baru ini, salah satu stasiun TV ada yang gonta ganti sinetron demi bisa menggeser rating stasiun televisi lainnya yang sudah sejak lama memiliki sinetron andalan. Nggak usah saya sebutin apa sinetronnya, kalian sudah pasti tau atau tanyakan saja sama emak kalian.

Awalnya saya benar-benar bingung. Lah, bukannya belum sebulan ya? Kok sudah tamat? Apakah nggak terlalu pendek? Beragam pertanyaan muncul di dalam pikiran para penontonnya.

Tapi kalau dipikir-pikir, selama kualitas sinetron Indonesia masih gini-gini aja sebaiknya jangan dibuat panjang. Episodenya Pendek saja, kalaupun mau dibuat panjang buat per season. Tahun ini season 1 (80-100 episode), tahun berikutnya season 2 (80 - 100 episode), dan seterusnya.

Tentu saja punya alasan mengapa berpandangan demikian. Berikut adalah beberapa alasan saya yang tentu saja lumayan masuk akal dan bisa diterima akal sehat: 

Sangat Membosankan

Sinetron yang terlalu panjang episodenya itu memang terasa membosankan. Apalagi untuk ukuran sinetron Indonesia, konfliknya muter-muter di situ saja.

Saya kurang tau, apa sutradara Indonesia kurang kreatif ataukah memang sengaja dibuat seperti itu karena penontonnya suka. Tapi saya yakin, lebih masuk akal alasan yang kedua.

Bagi saya, menonton sinetron Indonesia di atas 100 episode saja sudah terasa membosankan. Apalagi yang sampai bertahun-tahun seperti Tukang Bubur Naik Haji, jauh lebih membosankan dan bikin bingung sendiri alur ceritanya.

Nggak hanya Tukang Bubur saja, sinetron lain yang juga panjang episodenya adalah Tukang Ojek Pengkolan. Sepengetahuan saya, sinetron tersebut berjumlah lebih dari 2000 episode yang ditayangkan dari tahun 2015 sampai tahun 2020. Nah loh, selama lima tahun TV menayangkan sinetron itu terus seperti nggak ada acara lainnya yang bisa dipertontonkan.

Lain cerita jikalau sutradara dan penulis cerita Indonesia bisa membuat cerita sinetron yang luar biasa. Menurut saya, salah satu kriteria sinetron atau film dengan cerita bagus adalah alurnya yang sulit ditebak. Nggak seperti di Indonesia yang sinetronnya gampang banget ditebak jalan cerita untuk episode-episode berikutnya.

Biar Kru Nggak Capek

Kalau sinetronnya sudah panjang, itu berarti waktu kerja kru sinetron tersebut dipastikan akan lama. Bahkan mereka bisa bekerja setiap hari selama lebih dari 13 jam. Dan nggak dapat dipungkiri, pekerjaan itu membuat mereka kelelahan.

Apalagi kita sekarang berada di masa pandemi Covid 19. Kalau tubuh udah lelah, daya tahannya menurun bakal lebih mudah terserang dan tertular virus corona dari orang lain.

Karena hal itulah, saya menyarankan supaya nggak membuat sinetron dengan episode panjang. Biar kru nggak kelelahan dan bisa mendapatkan kondisi kesehatan yang prima setiap harinya.

Sungguh repot jadinya jika harus ada kru yang beristirahat karena sakit. Satu atau dua doang sih nggak masalah, nah kalau banyak bagaimana? Bisa-bisa proses syuting nggak bisa dilanjutkan lagi. Tambah bikin nggak selesai-selesai.

Biar Hemat Pengeluaran

Mau nggak mau, menayangkan sinetron dengan episode panjang membuat rumah produksi harus mengeluarkan biaya yang cukup besar. Salah satunya adalah pengeluaran untuk membayar gaji pemain sinetron.

Aktor atau aktris yang dikontrak selama setahun tentu beda bayarannya dengan aktor atau artis yang dikontrak selama 6 bulan saja. Tau kan mana yang paling besar? Nggak perlu saya jawab lagi, kalian sudah pasti tau jawabannya.

Bukankah prinsip bisnis ini mengeluarkan uang seminimal mungkin dan mendapatkan uang semaksimal mungkin? Sinetron pendek belum tentu penontonnya sedikit. Asal sutradara bisa menciptakan alur cerita yang oke dan nggak bikin emak-emak mukul TV di rumah, saya yakin penontonnya bisa banyak sehingga bisa mendapatkan lebih banyak pemasukan.

Mungkin bagi kalian panjang dan pendeknya episode bukan jadi masalah besar, asal alur ceritanya bagus. Itu bagi kalian, saya tetap menyarankan supaya rumah produksi nggak membuat sinetron yang panjang-panjang banget. Kalau kalian kurang setuju, sangat boleh memberikan pandangannya di kolom komentar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun