Mohon tunggu...
Firdaus Deni Febriansyah
Firdaus Deni Febriansyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer

Seorang freelance content writer, bloger, dan kontributor di beberapa media

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar dan Bekerja Online Nggak Selalu Menyenangkan

30 Desember 2020   14:47 Diperbarui: 30 Desember 2020   15:03 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar via pixabay.com

Hingga akhir 2020 ini, pandemi Covid 19 belum juga berakhir. Belum selesai virus ini, udah ada varian virus yang baru. Ternyata nggak cuma makanan minuman saja yang ada variannya, ternyata virus juga ada variannya.

Sudah lebih dari 9 bulan masyarakat Indonesia hidup di tengah pandemi Corona. Kondisi hidup berubah 180% derajat dibandingkan dahulu. Meskipun kini sudah fase new normal, tetapi tetap saja semua kegiatan benar-benar dibatasi.

Kegiatan sekolah masih dilakukan dari rumah hingga berakhirnya semester ini. Memang Mas Nadiem memutuskan untuk memperbolehkan Pemda untuk membuka sekolah di tahun 2021, tapi lagi - lagi kebijakan ini ditentang oleh DPR.

Selain itu, sebagian perusahaan (terutama di daerah dengan rasio tinggi penyebaran virus corona), masih menerapkan kebijakan bekerja dari rumah. Istilah kerennya Work From Home.

Bagi sebagian orang, mungkin belajar atau bekerja dari rumah terasa menyenangkan. Nggak harus capek-capek pergi ke kantor atau sekolah, nggak bertemu dengan guru atau bos yang suka marah-marah, belajar dan bekerja bisa lebih bebas dari rumah saja.

Faktanya nggak selalu seperti itu kok. Meskipun saya adalah seorang freelancer yang terbiasa bekerja secara online, tetap saja work from home ataupun belajar daring itu nggak selalu menyenangkan. Begini alasannya.

Bikin Sakit Mata

Beneran, belajar/bekerja online itu bikin mata sakit karena terlalu lama menatap layar android atau laptop. Apalagi kalau kita harus berjam-jam melakukan, yang ada kita sering mengucek-ngucek mata karena terasa gatal.

Bahkan, bagi orang-orang penderita rabun jauh minusnya semakin bertambah parah akibat cahaya biru pada layar gadget. Semakin nggak bisa melihat tulisan di zoom saat mengikuti materi kelas atau rapat virtual.

Sebenarnya kami ingin beristirahat setiap lima belas atau tiga puluh menit sekali, namun karena terlalu fokus kami sering lupa melakukannya.

Bikin Kaki Pegal

Yang nggak terbiasa jalan-jalan atau olahraga, pasti terasa beda kondisi kakinya. Apalagi kalau nggak digerakkan dalam waktu berjam-jam lamanya, jadi kaku dan terasa berat untuk digerakkan lagi.

Walaupun ini bukan masalah besar sih, tapi tetap saja kaki pegal bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Dan nggak bagus juga, masih muda tapi kaki sudah bermasalah.

Bikin Stres

Belajar dan bekerja dari rumah saja juga bisa membuat stres yang melakukannya. Terutama bagi mereka yang tinggal di daerah susah sinyal. Kalau sinyal sudah buruk, rasanya seperti ingin membanting hp karena kesal dan emosi.

Belum lagi kalau tinggal dengan banyak orang dalam satu rumah. Bukannya semakin semangat dan fokus bekerja/belajar, malah membuat pikiran semakin stres karena ada keramaian.

Bagi kalian yang punya adik kecil, titipkan pada orang tua dan jangan sampai mengganggu aktivitas belajar dan pekerjaan agar lebih fokus dan berkonsentrasi. Biar stresmu nggak semakin bertambah.

Banyak Pengeluaran

Kita semua tau, kalau pandemi virus corona bukan hanya berdampak dari sektor kesehatan melainkan juga dari sektor ekonomi. Banyak perusahaan dan UMKM yang terancam gulung tikar, pekerja pun banyak yang di-PHK.

Udah tau ekonomi sedang tidak dalam keadaan bagus, pengeluaran justru semakin banyak karena belajar daring dan work from home.

Meski belajar atau kuliah dari rumah, kamu tetap saja harus membayar uang SPP, uang gedung, UKT, dan biaya pendidikan lainnya. Belum lagi pengeluaran untuk paket internet yang bukan murah harganya.

Memang ada sih operator seluler yang menawarkan tarif terjangkau, tapi sinyalnya sering ngadat karena belum bisa menjangkau seluruh daerah di Indonesia.

Dan yang lebih parah lagi, banyak orang tua harus berutang ke orang lain demi membelikan laptop atau smartphone untuk anaknya agar bisa belajar online. Kamu harus tau, nggak semua orang beruntung terlahir dari keluarga kaya yang memiliki segalanya.

Memang kini sudah ada bantuan kuota dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tapi bagi saya bantuan itu sedikit terlambat diberikan kepada adik-adik kita yang belajar daring.

Jadi nggak selalu kegiatan yang bersifat "online" itu menyenangkan dan tidak membosankan. Saat ini, saya cuma berharap semoga pemerintah bisa segera menyelesaikan proses vaksinasi sehingga masalah virus ini berakhir dan semua hidup normal seperti sedia kala.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun