Gula aren adalah pemanis yang dibuat dari nira yang berasal dari tandan bunga jantan pohon aren. Gula aren biasanya juga diasosiasikan dengan segala jenis gula yang dibuat dari nira, gula aren versi bubuk sering pula disebut sebagai gula semut atau gula kristal. Dinamakan gula semut karena bentuk gula ini mirip rumah semut yang bersarang di tanah.
Salah satu daerah dengan potensi pohon aren yang cukup banyak adalah kampung Bunikasih, Desa Cupunagara, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pencaharian penduduk yang mengandalkan usaha tani tradisional dan kayu hasil hutan.
Beberapa alumni Komunitas Mahasiswa Pencinta Alam ITB telah mempelopori pendampingan masyarakat kepada kelompok tani hutan Bunikasih Jaya dengan cara meningkatkan potensi ekonomi masyarakat sehingga dapat mencegah terjadi nya deforestasi
Mesin Rusak
Bantuan peralatan telah diberikan kepada masyarakat untuk membantu produksi gula semut meliputi mesin kristalisasi, mesin penggiling (hummer mill), mesin pengayak dan mesin oven. Akan tetapi kekurang sempurnaan rancang bangun mesin yang diberikan menghasilkan kelemahan fungsi mesin sehingga mesin kristalisasi dan mesin pengayak tidak dapat digunakan, sedangkan mesin penggiling digunakan dengan kemampuan terbatas dan mesin oven banyak terdapat kelemahan konstruksi sehingga kurang optimal digunakan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, KEMENDIKBUDRISTEK, memberikan bantuan dana pengabdian kepada masyarakat kompetitif nasional melalui skema Penerapan IPTEK Masyarakat. Politeknik Manufaktur Bandung hadir menjadi solusi atas permasalahan kelompok tani hutan Bunikasih Jaya.
“Dengan memanfaatkan turbin karena daerah disini banyak resapan air dan sangat berlimpah air, dan ada beberapa air terjun yang dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, dan Alhamdullilah sudah terealisasikan penerangan jalan dan bantuan alat POLMAN, yang dari bensin menjadi listrik,” jelas kelompok tani hutan Bunikasih Jaya, Selasa (18/10/2022) Siang.
Modifikasi
“oven ini akan kita modifikasi dari sistem gasifikasi menjadi sistem kelistrikan, jadi akan menggunakan heater di dalamnya. Saat ini untuk menggunakan gasifikasi ini, HPP dari 1 kg gula aren ini sebesar 1.000 rupiah perkilo nya, sehingga jika menggunakan renewable energy, kita menggunakan PLTMH sebesar 15 kW, insyaallah HPP ini menjadi free, sehingga tidak ada lagi biaya produksi untuk biaya oven ini,” tutur Sandy Bhawana Mulia sebagai anggota kelompok bersama Abyanuddin Salam.
Selanjutnya modifikasi Mesin Penggiling mengubah konstruksi dudukan mesin dari mesin bensin menjadi motor listrik yang memiliki putaran 1400 rpm dan membuat rasio putaran, modifikasi Mesin Pengayak yang sebelumnya mesin getar, kemudian memperbaiki sistem pergerakan yang lebih halus dengan menggunakan sistem ayun, dan yang terakhir perbaikan Kemasan Produk sehingga kemasan produk dari yang semula bentuk curah pada plastik besar menjadi kemasan eksklusif.
Bantuan Polman
Fitria Suryatini selaku ketua PIM menyebutkan bahwa dengan proses pekerjaan saat ini yang banyak dilakukan secara manual, harga pokok produksi HPP gula semut yang dihasilkan adalah Rp. 48.000 per kg, sedangkan setelah proses perbaikan diharapkan dapat mencapai maksimum Rp. 40.000 per kg. Sedangkan harga serap pasar produk gula semut yang dihasilkan adalah Rp. 60.000,- per kg. Sehingga Program Penerapan IPTEK pada Masyarakat (PIM) yang diusulkan akan memperbaiki fungsi dan kemampuan teknis mesin-mesin yang ada dan dapat meningkatkan produktifitas harian dari 25 - 30 kg menjadi 38 - 55 kg.
“Dalam waktu 2 bulan Alhamdullilah hasilnya kurang lebih 2 ton, jadi dalam waktu dekat setelah beroperasi lagi semua nya sudah bisa di ekspor dan di ritel di bandung,” tutur kelompok tani hutan Bunikasih Jaya yang bersungguh sungguh akan ucapan nya Selasa (18/10/2022) Siang.
Peningkatan jumlah produksi dari hasil memodifikasi dan modernisasi mesin produksi gula semut pada program ini, akan diimbangi dengan pemasaran produk secara online dengan pengemasan yang eksklusif sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi dari produk tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H