Mohon tunggu...
Firda Aulia Rachmasari
Firda Aulia Rachmasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

to do means to dare

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mematri Memori Bersama KAI Commuter

4 September 2023   02:11 Diperbarui: 4 September 2023   02:35 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Udah, lah. Naik kereta saja! Murah! Kalo naik travel mahal. Toh, lebih aman juga, to,". Jawaban bijak nan lugas ibu terdengar saat aku bimbang akan menaiki moda transportasi apa untuk kembali ke tanah rantau.

23 tahun aku ada di dunia, 23 tahun pula aku merasakan hilir mudik dengan kereta api. Hidup berpindah-pindah sejak kecil membuatku akrab dengan perjalanan jauh. Ibuku biasa membawaku dan adikku menaiki kereta api untuk pulang kampung. Surabaya -- Blitar, dapat ditempuh dalam waktu empat hingga lima jam saja!

KAI Commuter Line Dhoho dan Penataran menjadi pilihan terbaik untuk melanglang buana. Bermodal Rp15.000 saja, kami dapat pergi menebus rindu dengan keluarga di kampung. Dahulu, dalam satu gerbong bisa menampung ratusan orang rasanya. Belum ada sistem penomoran kursi seperti sekarang.

Memori berdesak-desakan di dalam kereta selalu membekas di ingatanku. Lucu rasanya saat aku mengingat kami harus berlarian ke dalam gerbong demi mendapatkan kursi duduk. Apalagi aku dan adikku masih kecil saat itu. Repot jika ibu harus menggendong kami berdua.

Salah satu hal yang paling membekas dan selalu aku ingat hingga saat ini adalah saat ada seorang pengamen yang membawa sebuah alat musik mirip gitar atau biola. Sejujurnya, aku sendiri tidak yakin apakah itu memang gitar atau biola, hahaha. Tapi alat musik ini benar-benar besar. Tingginya saja seukuran dengan bapak yang membawanya. Uniknya, setiap semester saat aku akan berlibur dan pulang kampung, bapak itu selalu ada!

Rasanya aku sedikit merindukan masa kecil saat kami benar-benar berjuang untuk mendapatkan kursi duduk. Ah, tapi menakutkan juga, ya, jika harus mengulang waktu saat berdesakan lagi dengan orang-orang demi kursi.

Sangat senang rasanya saat kembali ke Surabaya dan ayah akan bertanya, "Bagaimana liburanmu, nduk?", aku akan sangat bersemangat menceritakan semuanya mulai dari stasiun keberangkatan hingga saat sampai di rumah. KAI benar-benar menjadi moda transportasi favorit keluarga kami sepanjang masa!

Sekarang, semuanya jauh lebih baik. Aku ingat betul bagaimana shock-nya saat seluruh rangkaian KAI Commuter, terutama lokal menjadi jauh lebih tertata. Sangat jauh dari saat aku masih kecil. Lega sekali rasanya armada kebangganku ini berbenah. Bahkan pemesanan tiket juga dapat dilakukan secara daring. Sangat menyenangkan! Bahkan tidak ada lagi pengamen atau pengemis di dalam kereta. Betapa nyamannya!

KAI Commuter seperti sudah menjadi teman baik untukku sejak masih muda. Bagaimana tidak? Saat kecil aku sering menggunakannya untuk pulang kampung bersama ibu. Sekarang, disaat aku mulai hidup mandiri di tanah orang, KAI Commuter masih menjadi pilihan terbaik untuk pulang dan pergi.

Salah satu stasiun di DAOP 8 saat kereta CL Dhoho-Penataran yang aku naiki transit | Dokumentasi Pribadi 2019
Salah satu stasiun di DAOP 8 saat kereta CL Dhoho-Penataran yang aku naiki transit | Dokumentasi Pribadi 2019

KAI Commuter Dhoho-Penataran sendiri menjadi saksi bisu perjuanganku untuk menggapai mimpi di kampus impianku. Entah berapa puluh atau ratus kilometer yang aku tempuh untuk pergi ke sana dan ke mari untuk meraih mimpiku ini. Surabaya hingga Malang rasanya seperti sudah tidak berjarak lagi. Bahkan sepertinya Stasiun Lempuyangan juga pernah menjadi saksi saat aku menangisi kampus impian yang menolakku di sana, hehe. Terima kasih Yogyakarta! Aku masih menyukaimu sampai detik ini, sama persis seperti lima tahun lalu.

Senang rasanya karena kereta api menjadi napak tilas satu tahunku memperjuangkan kampus impian 2018 hingga 2019 lalu. Harga kereta lokal yang sangat terjangkau bagi mahasiswa sepertiku juga menjadi alasan utama untuk tetap menggunakan KAI Commuter hingga saat ini. Harganya benar-benar merakyat dan tidak berubah sejak aku kecil. Keren!

2023 ini, aku akan resmi menyandang sarjana. Empat tahun terhitung sejak aku memasuki dunia perkuliahan, KAI selalu menjadi garda terdepan yang selalu mengantarku ke tempat tujuan dengan cepat dan aman. Sesuai dengan motto-nya, 'Anda adalah prioritas kami'.

Entah apa yang akan terjadi jika tidak ada jalur kereta di tempatku menuntut ilmu. Mungkin ayahku yang akan lelah menyetir karena harus selalu mengantarku pulang pergi, hahaha. Tapi sejujurnya, aku masih berharap akan ada jalur kereta di Kabupaten Trenggalek. Ya! Karena aku sekarang tinggal di sana, saat akan pergi ke Malang, tempatku berkuliah, aku harus ke Stasiun Tulungagung untuk naik kereta. Hmmmm... jika memungkinkan, aku masih berharap akan dibuka jalur kereta di sana, haha.

Selain harganya yang murah meriah, perjalanan yang cepat juga sangat membantu para penglaju yang membutuhkan waktu singkat untuk sampai di tujuannya. KAI Commuter juga menjadi alternatif untuk mengurangi kemacetan dan polusi akibat emisi karbon kendaraan pribadi.

Sejujurnya, peningkatan pesat dari segi kebersihan yang dilakukan oleh KAI juga membuatku kagum. Dengan waktu yang cukup singkat, KAI benar-benar berbenah dengan amat sangat baik. Sampah selalu diambil oleh petugas terkait. Kamar mandinya juga bersih. Awalnya aku cukup skeptis dengan kamar mandi di Kereta Api Lokal. Namun siapa sangka? Kamar mandi kereta lokal juga sangat bersih.

Sangat senang saat kereta api tetap menjadi pilihan bagi banyak orang. Hal ini menandakan kepercayaan masyarakat terhadap KAI masih sangat baik. Ah! Satu hal lagi! Anehnya, tiba-tiba aku baru teringat sesuatu! Saat aku masih kecil, tiket yang kami pesan berbentuk kotak kecil berwarna kekuningan. Sepertinya kertasnya cukup tebal. Kalau tidak salah ingat, tiket itu akan dilubangi saat penumpang akan boarding.

Sekarang, saat akan boarding, aku hanya perlu menunjukkan tiket melalui Access by KAI yang dulunya Bernama KAI Access. Aduh! Lucu sekali rasanya mengikuti perjalanan perubahan KAI sejak aku masih kecil yang masih manual hingga sekarang yang sudah serba modern dan digital.

Terima kasih banyak,ya, KAI Commuter! Khususnya Dhoho dan Penataran yang benar-benar membantuku menggapai cita-citaku sampai aku akan mendapatkan sarjana. Aku bisa menikmati perjalanan dengan tidur selama perjalanan karena cukup nyaman. Walaupun terkadang saat kereta sedang penuh, mustahil rasanya untuk terlelap, hahaha.

Setidaknya aku benar-benar memiliki cerita indah masa kecil yang bisa aku ceritakan dengan KAI Commuter. Ada sedikit kebanggaan tersendiri melihat KAI tumbuh sejak dahulu hingga detik ini. Tapi sesungguhnya, tidak hanya KAI yang bertumbuh dan berubah, aku pun, tumbuh dan berubah.

Maju terus, ya, Kereta Api Indonesia! Tetaplah menjadi transportasi kebanggaan yang murah, cepat, aman, dan nyaman bagi warga Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun