"Udah, lah. Naik kereta saja! Murah! Kalo naik travel mahal. Toh, lebih aman juga, to,". Jawaban bijak nan lugas ibu terdengar saat aku bimbang akan menaiki moda transportasi apa untuk kembali ke tanah rantau.
23 tahun aku ada di dunia, 23 tahun pula aku merasakan hilir mudik dengan kereta api. Hidup berpindah-pindah sejak kecil membuatku akrab dengan perjalanan jauh. Ibuku biasa membawaku dan adikku menaiki kereta api untuk pulang kampung. Surabaya -- Blitar, dapat ditempuh dalam waktu empat hingga lima jam saja!
KAI Commuter Line Dhoho dan Penataran menjadi pilihan terbaik untuk melanglang buana. Bermodal Rp15.000 saja, kami dapat pergi menebus rindu dengan keluarga di kampung. Dahulu, dalam satu gerbong bisa menampung ratusan orang rasanya. Belum ada sistem penomoran kursi seperti sekarang.
Memori berdesak-desakan di dalam kereta selalu membekas di ingatanku. Lucu rasanya saat aku mengingat kami harus berlarian ke dalam gerbong demi mendapatkan kursi duduk. Apalagi aku dan adikku masih kecil saat itu. Repot jika ibu harus menggendong kami berdua.
Salah satu hal yang paling membekas dan selalu aku ingat hingga saat ini adalah saat ada seorang pengamen yang membawa sebuah alat musik mirip gitar atau biola. Sejujurnya, aku sendiri tidak yakin apakah itu memang gitar atau biola, hahaha. Tapi alat musik ini benar-benar besar. Tingginya saja seukuran dengan bapak yang membawanya. Uniknya, setiap semester saat aku akan berlibur dan pulang kampung, bapak itu selalu ada!
Rasanya aku sedikit merindukan masa kecil saat kami benar-benar berjuang untuk mendapatkan kursi duduk. Ah, tapi menakutkan juga, ya, jika harus mengulang waktu saat berdesakan lagi dengan orang-orang demi kursi.
Sangat senang rasanya saat kembali ke Surabaya dan ayah akan bertanya, "Bagaimana liburanmu, nduk?", aku akan sangat bersemangat menceritakan semuanya mulai dari stasiun keberangkatan hingga saat sampai di rumah. KAI benar-benar menjadi moda transportasi favorit keluarga kami sepanjang masa!
Sekarang, semuanya jauh lebih baik. Aku ingat betul bagaimana shock-nya saat seluruh rangkaian KAI Commuter, terutama lokal menjadi jauh lebih tertata. Sangat jauh dari saat aku masih kecil. Lega sekali rasanya armada kebangganku ini berbenah. Bahkan pemesanan tiket juga dapat dilakukan secara daring. Sangat menyenangkan! Bahkan tidak ada lagi pengamen atau pengemis di dalam kereta. Betapa nyamannya!
KAI Commuter seperti sudah menjadi teman baik untukku sejak masih muda. Bagaimana tidak? Saat kecil aku sering menggunakannya untuk pulang kampung bersama ibu. Sekarang, disaat aku mulai hidup mandiri di tanah orang, KAI Commuter masih menjadi pilihan terbaik untuk pulang dan pergi.