Guru hendaknya berupaya dalam proses pembelajaran guna mengaktifkan siswa melalui pemberian tugas dan latihan-latihan agar siswa mampu meningkatkan kemampuannya di dalam mengolah pesan-pesan pembelajaran. Dari dimensi perkembangan, rasa percaya diri diri dapat tumbuh dengan sehat bilamana ada pengakuan dari lingkungan. Itulah sebabnya maka didalam proses pendidikan dan pembelajaran, baik di lingkungan rumah mapun sekolah, orangtua atau guru terhadap anak. Jika orangtua dan guru berupaya untuk mendidik anak dengan pujian atau penghargaan, maka anak akan tumbuh dengan rasa percaya diri. Namun jika mereka dididik dengan sebuah celaan dan cemoohan ketidakpuasan maka ada kecenderungan anak menyesali diri dan merasa bersalah. Seorang guru perlu memberikan pemahaman kepada siswa bahwa sukses dan gagal dalam melakukan sesuatu adalah dua hal yang akan dialami oleh setiap orang dalam proses pembelajaran. Hal ini bukan merupakan bagian terpisah dari proses belajar akan tetapi merupakan tanggung jawab yang harus diwujudkan oleh guru bersamaan dengan proses pembelajaran yang dilakukan.
Kebiasaan belajar dalah perilaku seseorang yang telah tertanam dalam diri dengan waktu yang relatif lama, sehingga menjadi ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukan. Ada beberapa perilaku yang menunjukkan kebiasaan tidak baik dalam belajar yang sering dijumpai pada sejumpal siswa, yaitu: belajar yang tidak teratur, daya tahan belajar yang rendah, belajar jika menjelang ulangan atau ujian, tidak terbiasa membuat ingkasan, tidak memiliki catatan pelajaran yang lengkap, tidak terbiasa membuat ringkasan, tidak memiliki inovasi untuk memperrkaya materi pelaran, senang meinjiplak pekerjaan teman, kurang oercaya diri di dalam menyelesaikan tugas, sering datang terlambat, melakukan kebiasaan buruk. Itulah bentuk perilaku yang tidak baik karena mempengaruhi aktivitas belajar dan menjadi factor penyebab masalah belajar.
Prayitno menyebutkan masalah-masalah dalam belajar sebagai berikut:
1.Keterampilan akademik
Siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara maksimal. Kegiatan ekstra harus dimanfaatkan dengan baik oleh guru dan orangtua, karena keterampilan setiap anak didik berbeda-beda, sehingga bisa mengeluarkan dan memulai keterampilannya sejak dari kecil dan diharapkan bias mengembangkannya.
2.Keterampilan dalam proses belajar
Siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih juga memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan belajar yang tinggi. Keterampilan dalam belajar dapat menunjang prestasi belajar siswa karena lebih banyak mendapatkan ilmu pengetahuan tambahan.
3.Sangat lambat dalam proses belajar
Siswa yang memiliki akademik kurang memadai perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan/pengajaran khusus. Setiap siswa mempunyai akal yang sama, tetapi kemampuan berbeda yang satu dengan siswa yang lain sangatlah berbeda.
4.Kurangnya motivasi dalam belajar
Siswa yang kurang bersemangat dalam proses belajar tampak jera dan malas. Hal ini disebabkan dari beberapa faktor yaitu: lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan pergaulan anak. Jika memang sejak kecil lingkungan anak diberi semangat belajar yang tinggi, pastinya anak tersebut dapat termotivasi untuk menjadi anak yang pintar. Sebaliknya, kurangnya motivasi belajar pada anak dapat mempengaruhi proses belajar yang akhirnya menjadi salah satu dari sekian banyak masalah-masalah dalam pembelajaran.