Mohon tunggu...
Firdasari Desfiani
Firdasari Desfiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Meluangkan waktu untuk membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pengaruh dan Cara Menyikapi Syair di Kalangan Anak-anak, Remaja, hingga Dewasa pada Era Digital

19 Desember 2024   13:00 Diperbarui: 19 Desember 2024   12:45 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: bola.com) 

Dalam beberapa aspek syair Melayu klasik juga memiliki tantangan saat dihadapi pada zaman digital saat ini terutama dalam kurikulum sekolah, yaitu: kurangnya sumber daya dan keahlian para pendidik. Anak-anak kesulitan dalam adaptasi menggunakan bahasa kuno karena berbeda dengan bahasa sehari-hari. Di sekolah terkadang para guru kurang menekankan untuk mengetahui syair klasik sehingga menimbulkan kurangnya apresiasi terhadap karya sastra lama tersebut, padahal sudah sangat jelas sekali para sastrawan kuno membuat syair tersebut dengan makna tersirat yang dapat dipetik untuk dijadikan pedoman hidup. Hal ini tentu juga kurangnya pengabdian kepada para sastrawan yang sudah wafat. Kemudian, timbul perspektif dari beberapa masyarakat yang sangat menyayangkan akan kurangnya minat masyarakat Indonesia terhadap karya sastra lama pada syair tersebut sehingga muncul dampak negatif dan positif.

Berikut keterangan pada syair dari dampak negatif, seperti memungkinkan plagiat saat proses salur-menyalur karya asing ke dalam bentuk bahasa Indonesia yang dapat memicu polemic karena timbul biasanya antara inspirasi atau penjiplakan. Para pengarang atau seorang sastrawan cenderung terjebak dalam tradisi lama dan tidak mengekspresikan bentuk-bentuk bait atau gaya bahasa ke dalam syair yang lebih modern sehingga menimbulkan kurangnya inovasi pada syair klasik. Penurunana apresiasi karya sastra lama secara kesuluruhan pada syair klasik di era generasi muda cenderung jenuh dengan gaya bahasa yang kuno sehingga perlunya unrtuk mengdaptasi ke gaya bahasa modern yang sering digunakan sehari-hari. Syair juga memiliki keterbatasan ekspresi yang dapat membatasi ruang gerak para pengarangdalam mengekspresikan ide dan perasaan mereka, karena harus dapat menyesuaikan dengan aturan syair. Aturan-aturan syair sendiri, yaitu: bersajak akhiran a-a-a-a, memiliki isi pesan atau makna setiap baitnya, dalam syair terdiri dari empat baris dalam setiap bait dan semuanya merupakan isi, serta setiap baris terdiri dari 4-6 kata dan 8-12 suku kata.

Disisi lain, karya sastra lama pada syair klasik juga memiliki dampak positif di era modern, antara lain: dapat memperkaya sastra Indonesia yang menceritakan kisah, dongeng, atau nasihat dalam pentuk puisi yang unik. Syair mengandung nilai-nilai luhur atau pesan moral yang bermanfaat bagi masyarakat untuk pondasi hidup. Memperkuat identitas budaya Indonesia yang dianut oleh masyarakat Indonesia melalui syair. Di era modern perlunya untuk menumbuhkembangkan kretivitas para pengarang yang dapat menemukan cara baru yang menantang saat ini.

Karya sastra lama pada syair juga dapat masuk dalam kurikulum di sekolah pada anak. Contohnya, Kurikulum Merdeka, pendidikan inklusif, dan integrasi pendidikan karakter yang dapat menjadi alat efekktif untuk meningkatkan kemampuan akan kaya bahasa, mengenalkan nilai budaya yang belum mereka ketahui kepada anak, dan dapat menumbuhkan minat membaca. Namun, seperti yang disarankan minat membaca ini harus relevan sesuai kebutuhan anak dalam artian sesuai umur mereka.

Remaja dan orang dewasa pun dapat menumbuhkembangkan bakatnya lewat platform-platform yang tersedia di media massa online atau media fisik. Media online, seperti caption Instagram, YouTube, TikTok, atau situs web lainnya yang menampung banyak syair oleh para pengarang, sastrawan modern, bahkan sastrawan kuno sekalipun. Aplikasi mobile khusus menampilkan syair dengan fitur interaktif, seperti audio, visualisasi, pilihan tema, yang dapat membantu untuk menarik dan memperkenalkan syair pada remaja hingga dewasa. Platform streaming musik juga tidak kalah keren, yang biasanya platform ini dijadikan untuk mendengarkan musik hits. Namun, dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk mendengarkan syair yang diubah menjadi lirik lagu dan dikomposisikan menjadi musik modern, seperti Spotify, Apple Musik, dan aplikasi platform musik lainnya.

Tema dan konten ini juga masuk ke dalam ranah yang cocok pada remaja hingga dewasa, seperti perasaan dan emosi dengan tema cinta, persahabatan, pencarian jati diri yang relevan dengan pengalaman remaja dan orang dewasa di era saat ini. Bahasa yang modern juga mudah dipahami yang tentu meningkatkan aksebilitas syair sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan. Penggunaan visualisasi, seperti ilustrasi, animasi, dan video ini sangat cocok pada remaja hingga dewasa, tapi juga anak-anak tertarik dalam menyampaikan syair ke bentuk visualisasi.

Selain itu, dalam syair pada karya sastra lama perlu sekali para pengajar untuk membekali atau memberikan ilmu pengetahuan yang mendalam tentang karya sastra lama pada syair. Membuat kajian syair. Mendengarkan keindahan lantunan bahasa pada syair, seperti rima atau irama, sehingga keestetikan syair klasik tidak akan hilang dalam karya sastra lama.

Dari beberapa keterangan yang sudah dipaparkan diatas, tentunya juga ada contoh syair dengan analisisnya yang bisa dipelajari oleh semua kalangan. Syair Perahu karya Hamzah Fansuri yang menceritakan tentang perjalanan di atas perahu yang penuh dengan rintangan, dan memiliki ciri khas syair, yaitu: rima a-a-a-a yang sama ("kita," "luas," "gulung," dan "rindu."), mempunyai struktur empat baris setiap baitnya, bertema tentang perjalanan dan rintangan yang dihadapi dalam perjalanan, serta bahasa yang digunakan cenderung arkais dsn diksi yang indah. Arkais disini dalam konteks sastra lama pada syair berarti merujuk pada kata atau gaya bahasa yang sudah jarang digunakan dan dianggap kuno dalam bahasa modern di era yang serba digital ini. Namun, hal ini memiliki ketertarikan sendiri dalam gaya bahasa tersebut yang cenderung tetap melestarikan tata kebahasaan dalam karya sastra lama pada syair.

Terkait mengenai hal yang sudah dijelaskan, kita bisa mengambil hikmah yang mendalam mengenai objek dalam karya sastra lama pada syair di era gempuran serba digital di semua kalangan, dari anak-anak, remaja, hingga dewasa pun turut serta untuk terus melestarikan syair klasik tersebut. Tidak menghilangkan keestetikaan syair yang kaya akan serat makna yang mendalam, gaya bahasa kuno Melayu klasik, rima, irama, dan ritme yang indah. Lantunan syair akan senantiasa indah saat didengar seperti nyanyian tapi mengandung makna, seperti nilai-nilai budaya, nilai agama atau religiusitas, dan nilai sosial yang sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Pun juga mengandung tantangan syair yang dihadapi dalam era modern, dan juga tentunya memiliki dampak negatif serta dampak positif. Tak lupa platform-platform mana saja yang cocok sesuai era digital sekarang dari kalangan anak-anak, remaja, hingga orang dewasa sekalipun. Terdapat pula seorang pengajar atau pendidik untuk melestarikan karya syair dari para sastrawan baik dari yang sudah wafat bahkan yang masih ada. Namun, ini juga teruntuk untuh seluruh masyarakat Indonesia, bukan hanya tenaga pendidik atau pengajar saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun