Saya lalu bertanya dalam hati, apa sebegini parahnya-kah industri media massa kita? Orang punya duit gampang aja bikin perusahaan media tanpa tahu bagaimana karakteristik media itu sendiri. Bertingkah sok tahu karena merasa punya modal, merasa bahwa perusahaan media itu sama dengan pabrik, bank, rumah sakit, dan sejenisnya yang butuh absensi jari masuk dan pulang kantor.Â
Padahal, kerja jurnalistik itu enggak kenal waktu. Bukan tipikal masuk jam 8 pagi pulang jam 5 sore. Udah gitu parahnya, banyak yang menyamakan jurnalis dengan content writer dan copywriter. Duh, sedih aku tuh. Bisa gak sih syarat dan aturan untuk yang mau bikin perusahaan media massa diperketat? Biar pers kita gak 'gampangan' begini.Â
Saran aja buat yang mau bikin start up media online, please rekrut-lah orang yang berkompeten. Wartawan yang punya integritas. Bukan sekadar kenalan yang gak punya, bahkan gak tau apa-apa soal manajemen media massa. Sayangi duit Anda, Pak, Bu. Kalau maunya tetap bikin perusahaan publishing, content based, gausah-lah melabeli diri dengan embel-embel 'media massa', 'online media', dan sejenisnya.Â
Jangan juga menyebut pekerjanya jurnalis atau wartawan. Karena apa? Kerja jurnalistik tidak sama dengan itu. Pekerja jurnalistik juga tidak bisa dibatasi potongan gaji kalau telat, absen sidik jari, dan kewajiban masuk jam 8 pulang jam 5. Jurnalis bekerja dengan karya dan kebebasan. Bukan dengan kekonyolan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H