Mohon tunggu...
Firda Puri Agustine
Firda Puri Agustine Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Write, Enjoy, and Smile ;)

Selanjutnya

Tutup

Money

Ketika Bos Bumi Resources Menahan Air Mata

4 Oktober 2012   04:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:17 1670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1349323911313449436

[caption id="attachment_209669" align="aligncenter" width="450" caption="Suasana sebelum acara. Vice President Investor Relations and Chief Economist Bumi Resources Achmad Reza Widjaja (kiri) dan Director and Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava (kanan). "][/caption] Ada yang menarik ketika saya meliput public expose insidentil PT Bumi Resources Tbk, Selasa (2/10) lalu. Selain isunya memang sedang panas, keterangan perusahaan milik Bakrie itu paling ditunggu setelah induknya, Bumi Plc merilis rencana investigasi penyelewengan dana. Ditunggu tidak hanya oleh media, juga para investor yang ingin mendengar secara langsung penjelasan mereka. Tiga pertanyaan utama : Apakah benar ada investigasi? Kenapa harus diselidiki?, dan apakah benar dugaan penggelapan dana itu?. Saya tiba di Hotel Four Season, tempat berlangsungnya acara, tepat pukul 14.30 sesuai jadwal di undangan. Tapi, tak seperti biasa, ruangan sangat penuh dan disesaki banyak orang. Mereka kebanyakan adalah investor minoritas. Untuk masuk ke dalam pun sangat sulit. Bingung, saya berjalan ke arah mini lobi. Disitu teman-teman media yang lain ternyata mengalami hal yang sama. Tidak bisa masuk ke ruangan. Mau menunggu diluar saja dan mencegat jajaran direksi rasanya kurang afdol. Akhirnya, saya bersama rekan dari MNC TV dan Bisnis Indonesia menerobos kerumunan orang yang berdiri di depan pintu. Pfiuhh..rasanya seperti mau nonton konser band asing saja harus berdesakan begitu. Setelah berupaya keras, kami berhasil juga masuk dan duduk lesehan disisi depan. Beruntung, acara baru akan dimulai. Suasana saat itu terasa kurang nyaman. Entah ruangan yang disewa terlalu kecil atau memang orang yang datang terlalu banyak. Cukup gerah juga. Selang lima menit kemudian, acara pun dimulai. Saya hanya melihat dua orang dari jajaran direksi Bumi. Pertama, Achmad Reza Widjaja yang menjabat sebagai Vice President Investor Relations and Chief Economist. Kedua, Dileep Srivastava selaku Director and Corporate Secretary. Mereka mulai dengan 'dingin' tanpa banyak basa basi. Lalu, sampailah Dileep mengumumkan penjelasan tentang investigasi Bumi Plc. " There are no investigation from Bumi Plc to Bumi Resources ". Saya menghitung, dia mengatakan itu sebanyak tiga kali. Artinya, sangat tegas dan gamblang bahwa tidak ada investigasi tersebut. Dileep bilang, hingga detik ini pihaknya masih meminta klarifikasi Bumi Plc terkait rilis dan pemberitaan media massa yang terlalu menyudutkan perseroan. Dia juga menyayangkan berita dan komentar analis yang dianggap ' sok tahu '. Lebih dari itu, dahsyatnya pemberitaan juga berimbas pada kebingungan dan kekacauan pasar yang semakin membuat saham Bumi terpuruk. Sebagai informasi, awal kekisruhan Bumi berawal dari anjloknya harga saham yang sempat menembus level Rp 680. Ini tentu berita besar. Media memblow-up sedemikian rupa, mulai dari sebab musabab, hingga dugaan bahwa Bumi akan bangkrut. Hal tersebut dikaitkan dengan utang piutang grup Bakrie yang katanya menggunung. Dari situ, hantaman datang lagi. Kali ini peringkat utang perseroan diturunkan dari B plus menjadi B minus. Lalu, sempat dikaitkan kembali dengan emiten Bakrie yang lain, Bakrie Telecom (BTEL) yang perdagangan sahamnya dihentikan sementara (suspensi) akibat telat bayar bunga obligasi. Terakhir, pukulan ke Bumi makin keras saat Bumi Plc yang sahamnya diperdagangkan di bursa London Stock Exchange mengeluarkan rilis adanya dugaan penyelewengan dana dan berniat melakukan investigasi. Wajar manajemen merasa galau dengan semua masalah tersebut, yang entah kenapa kok kesannya jadi balik menyalahkan media. Seorang rekan media bilang, ' Kalau hanya satu dua media yang bikin berita jelek, mungkin emang medianya punya kepentingan, tapi kalau hampir semua media nurunin berita yang sama, siapa coba yang bermasalah? '. Balik lagi ke inti acara. Saya pikir penjelasan Dileep ini normatif. Pasalnya, dia tidak menerangkan secara detail alasan dibalik niat investigasi Bumi Plc, atau membeberkan total utang Bumi serta tanggal jatuh tempo. Soal rencana right issue pun dia pelit bicara. Sudahlah, saat itu saya pikir hanya akan membuat judul berita 'Tidak Ada Investigasi di Bumi Resources'. Namun, niat tersebut berubah ketika tiba-tiba Ari Saptari Hoedaja masuk. Ruangan yang sudah sesak jadi makin sempit lantaran rekan-rekan media yang tertinggal diluar ikutan merangsek ke dalam ingin melihat wajah Ari. Bukan kangen. Hanya penasaran menanyakan kabarnya setelah terakhir kali muncul di media pada 2008. Bukan itu sih intinya. Sebagai presiden direktur di perusahaan tambang terbesar di Indonesia itu, pria ini tentu paling pantas menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tak mau melewatkan kesempatan, awak media langsung memberondong Ari dengan pertanyaan-pertanyaan yang juga dilontarkan investor minoritas. Termasuk alasan pengunduran dirinya sebagai direktur non eksekutif di Bumi Plc tepat saat perseroan mengumumkan rencana investigasi pada 24 September 2012. Ari tidak ingin langsung menjawab dan membiarkan kami menunggu hingga sesi akhir. Saya sempat merasa aneh, menjawab pertanyaan saja kok rasanya sulit. Sekitar lima belas menit berlalu, pria lulusan Teknik Mesin dari Institut Teknologi Bandung itu akhirnya buka suara. Dia bangkit dari kursi dan berdiri di hadapan kami. " Saya mau sedikit bercerita, ". Seisi ruangan mendadak hening. Saya pikir akan ada hal serius yang ingin ia sampaikan. Baiklah, saya duduk manis dan menyimak khusyuk. Pewarta foto yang tadinya sibuk jepret sana sini pun ikut bersikap sama. " Awalnya saat saya dipercaya memegang perusahaan ini, saya punya cita-cita menjadikan Bumi perusahaan tambang dunia, ". Ari memulai prolog. " Untuk mencapai titik produksi hari ini tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Kita bangun perusahaan ini dari yang harganya nol sampai pernah mencapai 8 miliar dolar, ". Suasana semakin sunyi. Semua yang hadir seolah terhipnotis dengan kata pembuka pria kelahiran Jakarta, 30 Mei 1959 itu. Bagaimana tidak, dia berkata bak sedang berpuisi penuh syahdu. Saya pun terhanyut (lebay :D). Ari kemudian melanjutkan curahan hatinya. Kali ini dengan nada suara bergetar. Saya perhatikan raut wajahnya, tampak ia seperti menahan air mata. " Saya menyayangi Bumi secara emosional meski bukan pemegang sahamnya. Terlibat langsung dari awal berdirinya perusahaan. Sampai kapanpun, saya akan tetap melindungi Bumi. I will fight. Bumi tak akan berhenti disini ". Ohh...Benar-benar emosional sekali pernyataan pak bos ini. Sangat menggugah dan kental aroma kepahlawanan. Mungkin pemimpin yang baik memang harus bersikap seperti itu. Bertanggung jawab. Ari kemudian menjawab alasan dibalik pengunduran dirinya. " Bumi Plc sudah memiliki 17 board member yang terdiri dari orang hebat. Sudah terlalu banyak. Saya ingin lebih fokus disini membangun Bumi (Resources) ". Saya tidak tahu alasan itu berasal dari lubuk hati terdalam, atau memang ada hal lain yang ingin dia simpan di belakang media. Yang jelas, Bumi Resources adalah alasan utama dia rela hijrah dari London ke Jakarta. Ari masih berdiri dan melanjutkan pernyataan. Sekarang tentang isu keributan diantara tiga pemegang saham mayoritas, yakni Bakrie, Samin Tan, dan Nathaniel Rothschild. " Pemegang saham ribut kiri kanan, tapi kalau menghancurkan perusahaannya sendiri apakah itu namanya pemegang saham?Apakah itu pemegang saham yang baik? Jawab!, " katanya dengan nada suara meninggi. Kami semakin membisu. Terlihat jelas Ari menyimpan kecewa juga amarah. Sekali lagi saya perhatikan, matanya masih berkaca. " Apapun yg terjadi dengan Bakrie dan Samin Tan tidak ada hubungannya dengan Ari Hoedaja dan Bumi Resources. Apakah mereka mesra? Tanya mereka. Apakah kawin bertiga? Cerai? Tanya saja! Tapi, jangan hancurkan rumah tangga (Bumi Resources), ". Masih dengan semangat berapi-api, Ari juga 'mengancam' media yang pemberitaannya terlalu liar sampai mempengaruhi seluruh investor dan merusak reputasi perusahaan. " Kepada media juga cobalah berpikir dewasa. Jangan emosional. Pikir dulu sebelum menulis karena tulisan Anda punya impact luar biasa. Saya akan kejar media manapun yang dibalik pemberitaannya ada unsur kepentingan tertentu menjatuhkan Bumi! " Saya yang menyaksikan 'drama' itu cukup speechless. Kemudian berasumsi sendiri bahwa mungkin saja ada konflik diantara pemegang saham sehingga membuat Bumi kini seolah diujung tanduk. Eh, tapi ngomong-ngomong, silahturahmi dengan manajemen Bumi ini kok kayaknya belum menjawab rasa penasaran kami tentang kebenaran dugaan Bumi Plc soal penyelewengan dana. Hanya ada satu pernyataan tegas : tidak ada investigasi!. Seolah belum puas, begitu Ari menyelesaikan paparannya, kami juga ikut keluar untuk mencegat dan bertanya lagi soal itu. Sayang, yang ditunggu tak kunjung muncul. Ternyata ada pintu rahasia yang membawanya keluar dari kejaran wartawan. Huh! Hmm..baiklah tak apa. Yang penting saya dapat ide menulis dan menyetor kuota tiga berita hari itu. Banyak hal yang jadi perenungan saya bahwa jadi bos itu kadang lebih pusing daripada bawahan. Baru kali ini juga menemukan presiden direktur yang bercerita penuh emosional. Ah, tapi kan presdir juga manusia. Butuh curhat. Bukan begitu, Pak? He-he-he..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun