Mohon tunggu...
Firda Puri Agustine
Firda Puri Agustine Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Write, Enjoy, and Smile ;)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Saya Gubernur DKI, Bukan PKI!"

24 Februari 2014   18:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:31 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eve lantas membeberkan bukti bahwa suaminya bukan anggota PKI. Nenek 8 cucu ini menunjukkan sertifikat penghargaan yang diberikan untuk HenkNgantung pada bulan Agustus 1965. Sertifikat ini ditandatangani langsung oleh Soeharto, yang kala itu menjabat sebagai pimpinan Kostrad.

"Soeharto meminta Pak Henk membuat lambang Kostrad yang dipakai sampai sekarang. Kalau Pak Henk komunis, tidak mungkin Soeharto memberikan sertifikat ini," ujarnya.

Bukti lain, lanjut Eve, bisa ditelisik dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Saat Henk menjabat sebagai gubernur, pimpinan PKI memintanya membubarkan HMI. Hal itu langsung ditolak mentah-mentah.

"Pak Henk bilang, bagaimanapun mereka (HMI) juga rakyat saya,  anak saya yang mesti dilindungi. Apa itu yang disebut komunis? Sampai pernah orang-orang HMI datang ke rumah saya membelikan TV, mereka baik sama kami," katanya.

"Pak Henk juga sempat mengungkapkan kesedihannya, kenapa partai-partai itu menyebut dirinya PKI. Dia bilang, 'saya ini betul-betul gubernur DKI, bukan gubernur PKI'," lanjut Eve.

Memang, politik di masa orde lama sampai masa peralihan orde baru sangat keras. Ada yang berambisi menggulingkan orde lama dengan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dan Gerakan 30 September 1965 PKI (G30S/PKI) dimana 9 jenderal tewas dibunuh. Soekarno dan orang-orang dekatnya memang harus 'habis'.

"Kita semua tahu siapa dalang yang sebenarnya kan?Soekarno disebut sebagai pahlawan nasional, sementara Soeharto?," kata Eve.

Pasca diberhentikan, kehidupan keluarga Henk diliputi ketakutan serta ancaman karena stigma komunis. Padahal, itu hanyalah fitnah. Sarat muatan politis. Selama hampir 15 tahun dari pencopotan, uang pensiunannya tidak pernah dibayar pemerintah lantaran hal tersebut. Praktis, Henk bergantung hidup dari hasil menjual lukisan.

Pada sebuah catatan yang ditunjukkan keluarganya kepada saya, Henk menulis : 'Setelah perjalanan yang begitu panjang dan menempati pelbagai kedudukan, tiba kembali di pangkal asal, yaitu : seorang pelukis biasa'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun