Tegal (10/8/2023). Hoax adalah informasi palsu, tipu daya, atau rumor yang disebarkan dengan tujuan untuk menyesatkan, menipu, atau memperdaya orang lain. Informasi palsu ini seringkali dirancang untuk terlihat seperti fakta atau berita yang sah, namun pada kenyataannya, informasi tersebut tidak memiliki dasar yang benar atau dapat dipertanggungjawabkan. Hoax dapat disebarkan melalui berbagai saluran, termasuk media sosial, pesan teks, surel, dan platform online lainnya.Â
Maksud di balik penyebaran hoax bisa bervariasi, termasuk untuk menciptakan sensasi, mempengaruhi opini publik, mendapatkan keuntungan finansial, atau merusak reputasi individu, kelompok, atau lembaga tertentu. Hoax seringkali memanfaatkan emosi manusia, seperti rasa takut, kecurigaan, atau keingintahuan, untuk memicu reaksi atau penyebaran informasi lebih lanjut. Mengutip dari data Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan bahwa ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang telah terindikasi sebagai penyebar informasi palsu.Â
Anak-anak cenderung lebih rentan menerima hoax, hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan dalam memilah informasi yang diterima, kurangnya pengetahuan, dan rasa keingintahuan yang tinggi. Dalam era digital dan keterhubungan yang luas, penyebaran hoax bisa terjadi dengan cepat dan luas. Oleh karena itu, kemampuan untuk memilah informasi, memverifikasi fakta, dan berpikir kritis sangatlah penting. Upaya untuk mencegah penyebaran hoax melibatkan literasi digital yang kuat, keterampilan dalam memeriksa sumber informasi, serta kebijakan dan langkah-langkah untuk menghambat penyebaran informasi palsu di dunia digital.Â
Upaya pencegahan hoax dengan melibatkan literasi digital yang baik ini telah dilaksanakan oleh penulis. Penulis melakukan KKN Tim 2 Universitas Diponegoro Tahun 2022/2023 yang berlokasi di Desa Jatimulya, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal dengan mengusung tema "Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Sustainable Development Goals (SDGs)". Edukasi ini bertema "Identifikasi dan Pencegahan Penyebaran Hoax Melalui Literasi Digital yang Baik." yang berlangsung di SDN 01 Jatimulya. Edukasi ini dilakukan dengan pengenalan secara ringkas tentang hoax, ciri-ciri hoax, dampak yang ditimbulkan hoax, dan pencegahan hoax melalui literasi digital yang baik.
Â
Literasi digital untuk anak-anak menjadi landasan penting dalam upaya pencegahan hoax. Dalam proses ini, anak-anak diajarkan bukan hanya untuk menggunakan teknologi, tetapi juga untuk memahami dan memilah informasi dengan bijak. Upaya ini bukan sekadar mengajarkan mereka bagaimana menghindari berita palsu, tetapi juga membantu mereka membangun pemahaman yang kuat tentang bagaimana informasi dibentuk, disebarkan, dan dipertanyakan.Melalui pendidikan literasi digital yang tepat, anak-anak dapat menjadi agen perubahan positif dalam membangun lingkungan digital yang lebih sehat dan bebas dari hoax. Selain itu, dengan memahami pentingnya literasi digital pada anak-anak untuk upaya pencegahan hoax, kita dapat membantu mereka tumbuh sebagai individu yang kritis, cerdas, dan bertanggung jawab dalam menghadapi tantangan informasi di era digital ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H