Mohon tunggu...
Firda Putri Permatasari
Firda Putri Permatasari Mohon Tunggu... -

I am an open minded person, analytical, thinker, love to write and have a strong love to my lovely country Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Public Opinion - Be a Smart Audience!

15 Juni 2014   10:09 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:40 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jika ada seseorang bernama Popon yang terlibat kasus korupsi pada tahun 2010 tapi dia ingin nyapres di tahun 2020, nah langkah pertama yang dia lakukan tentunya adalah menghire pengacara yang bertugas membela Popon di pengadilan atau untuk lobi hukum supaya kasus nya ditutup, tapi sayangnya kasus korupsi ini sudah masuk headline media dan tentunya citra si Popon ini di mata masyarakat yang tadinya 'Putih' menjadi 'Hitam', nah karena Popon udah menargetkan tahun 2020 mau nyapres kemudian Popon meng-hire seorang PR yang kemudian bertugas bagaimana cara nya supaya Popon citra nya berubah kembali menjadi 'Putih' atau seenggaknya 'Abu-abu' laaahh..

Nah, jika melihat dari kasus Popon ini PR nya Popon punya tugas mengkriteriakan bagaimana sih mengubah kembali citra Popon yang kepalang tanggung udah banyak dihujat masyarakat?

1. Memilah media yang bonafit untuk meliput 'penyelesaian' kasus Popon dan melobi orang-orang untuk memberikan keterangan bahwa Popon tidak terlibat kasus korupsi.

2. Melakukan propaganda pemberitaan dengan melakukan penudingan kepada pihak lain yang turut terlibat. (Simplenya, nyalahin pihak lain juga biar gak salah sendiri)

3. Membersihkan nama Popon dengan membayar bloggers, buzzer (twitter), dan orang-orang yang aktif di socmed lainnya untuk menulis propaganda berita mengenai korupsi Popon dengan penggambaran bahwa Popon tidak bersalah, Popon itu innocent, Popon itu difitnah, yang salah itu temennya Popon, dan lain sebagainya. Nah orang-orang yang dibayar ini juga bukan sembarang orang, mereka adalah orang-orang yang aktif di dunia maya dan memiliki banyak followers ataupun pembaca.

4. Si PR ini maju ke depan media bisa maju sendirian atau bisa juga maju bersama si Popon untuk memberikan konferensi Pers. (notes: biasanya sih yaa sepengamatan karir saya sebagai PR kalau suatu perusahaan terkena kasus dan emang perusahaan tersebut salah, biasanya PR nya doang disuruh maju ngomong ke media. Tapi kalo gak salah, baru dari manajemennya maju. Well, mungkin bisa diaplikasikan pada kasus pencitraan seorang tokoh juga)

5. Mulai melakukan orasi dan gerakan 'perhatian' sama masyarakat, biasanya si Popon disuruh orasi di kampung-kampung dulu karena orang-orang kampung kan banyak yang, sorry, edukasi nya rendah jadi gampang terpengaruh.

6. Beriklan di media apapun mengenai si Popon. Bikin account socmed (FB, Twitter, Instagram, Path, dll), mulai pencitraan dengan pasang iklan di tv yang menunjukan betapa perhatiannya si Popon ini berinteraksi di desa-desa, di kalangan tidak mampu, peduli dengan pertumbuhan ekonomi bangsa (such a cliche! haha), dan bombardir terbesar nya pas dua tahunan menjelang pilpres baru mulai pasang banner segede-gede gambreng, spanduk, umbul-umbul, dll.

Jika melihat poin 1, 2, 3, 4 itu adalah cara mengubah citra Hitam menjadi Putih atau Abu-abu jika sukses nih ya mulai bermunculan lah simpatisan, mulai muncul lah pendukung yang ikut meramaikan dunia pencitraan si Popon. Popon udah gak perlu bayar lagi tuh karena dengan sendirinya para simpatisan dan pendukung Popon akan membantu mempromosikan Popon.

Lalu apa result yang akan terjadi dengan kasus korupsi si Popon di dalam Opini Publik Masyarakat?

1. Masyarakat dibikin bingung dengan pemberitaan karena si Popon melakukan propaganda pemberitaan korupsi dia. Jadinya ada yang tetep nyalahin Popon, netral, atau bahkan jadi berbalik membela Popon dan menganggap Popon tidak bersalah. Masyarakat jadi tidak bisa membedakan mana berita yang benar dan mana yang berita pencitraan Popon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun