Berbagai limbah industri fashion
Industri tekstil dikenal sebagai industri utama pengguna bahan kimia berbahaya. Sebanding dengan permintaan konsumen yang meningkat, para pelaku usaha induatri fashionpun semakin merajalela. Selain masalah iklim yang tak kunjung terselesaikan, kini masyarakat memiliki perilaku konsumtif terhadap fashion.
Melalui laporannya Greenpeace jerman, telah melakukan kampanye Detox My Fashion selama sepuluh tahun. Hal tersebut bentuk upaya dari mengatasi masalah bahan kimia berbahaya yang ditemukan. Dari 2014, 80 perusahaan dan pemasok berkomitmen untuk mengatasi masalah kelebihan produksi, dan limbah dan bertanggung jawab untuk seluruh siklus hidup pakaian dengan "memperlambat aliran" dan menutup loop".
Tak hanya itu, pencemaran sungai dan saluran air juga, menjadi bentuk pertanggung jawaban yang seharusnya dilakukan oleh pelaku industri. Â limbah air warna-warni menyembunyikan lebih banyak lagi, masalah serius dan terkadang tidak terlihat. bahan kimianya menyebabkan kanker, atau mengganggu hormonal sistem pada manusia dan/atau hewan.
Aldi Johar, Mahasiswa Sosiologi menuturkan pandangannya terkait perilaku konsumtif masyarakat dan resiko masa depan yang dihadapi. Salah satunya resiko iklim, dengan industri fashion yang semakin berinovasi.
"kita ini hidup pada masyarakat yang beresiko, hidup dalam era yang resikonya tinggi resiko berawal dari hal-hal yang sifatnya itu mengganggu kenyamanan dalam dunia sosial. Permasalahan iklim, di situ kita belajar akan semakin kita berinovasi semakin itu juga kita mengalami kerusakan," tuturnya
Mahasiswa Angkatan 2020 Universitas Negri Surabaya, juga menambahkan bahwa Perilaku tersebut, membuat secara tidak langsung menjadikan manusia yang memiliki pola pikir instan.
"Perilaku-perilaku seperti ini yang membuat kita menjadi tidak sadar secara tidak langsung, karena kita hanya menerima hal-hal yang sifatnya itu instan tapi tidak memikirkan hal-hal yang sifatnya merusak," imbuhnya
Tanggapan lain, datang dari mahasiswi Jurusan Ekonomi yang tidak mau disebutkan namanya ini. Menurutnya ada hal yang melatar belakangi perilaku komsuntif tersebut, pelaku industri tidak akan mendistribusikan tanpa adanya permintaan konsumen.
"Kembali lagi ke strategi pasar dan permintaan konsumen. Karena, bangsa indonesia selalu mengikut perkembangan model fashion," tutupnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H