Mohon tunggu...
Firda Aulia
Firda Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi I Jurnalis Pers Mahasiswa

Wanita yang menyukai isu Feminisme, Perempuan, lingkungan dan Kelompok Marjinal.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Berbagai Dampak dari Industri Fashion

25 Januari 2023   13:41 Diperbarui: 25 Januari 2023   13:54 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Zero waste Indonesia

Berbagai limbah industri fashion

Industri tekstil dikenal sebagai industri utama pengguna bahan kimia berbahaya. Sebanding dengan permintaan konsumen yang meningkat, para pelaku usaha induatri fashionpun semakin merajalela. Selain masalah iklim yang tak kunjung terselesaikan, kini masyarakat memiliki perilaku konsumtif terhadap fashion.

Melalui laporannya Greenpeace jerman, telah melakukan kampanye Detox My Fashion selama sepuluh tahun. Hal tersebut bentuk upaya dari mengatasi masalah bahan kimia berbahaya yang ditemukan. Dari 2014, 80 perusahaan dan pemasok berkomitmen untuk mengatasi masalah kelebihan produksi, dan limbah dan bertanggung jawab untuk seluruh siklus hidup pakaian dengan "memperlambat aliran" dan menutup loop".

Tak hanya itu, pencemaran sungai dan saluran air juga, menjadi bentuk pertanggung jawaban yang seharusnya dilakukan oleh pelaku industri.  limbah air warna-warni menyembunyikan lebih banyak lagi, masalah serius dan terkadang tidak terlihat. bahan kimianya menyebabkan kanker, atau mengganggu hormonal sistem pada manusia dan/atau hewan.

Aldi Johar, Mahasiswa Sosiologi menuturkan pandangannya terkait perilaku konsumtif masyarakat dan resiko masa depan yang dihadapi. Salah satunya resiko iklim, dengan industri fashion yang semakin berinovasi.

"kita ini hidup pada masyarakat yang beresiko, hidup dalam era yang resikonya tinggi resiko berawal dari hal-hal yang sifatnya itu mengganggu kenyamanan dalam dunia sosial. Permasalahan iklim, di situ kita belajar akan semakin kita berinovasi semakin itu juga kita mengalami kerusakan," tuturnya

Mahasiswa Angkatan 2020 Universitas Negri Surabaya, juga menambahkan bahwa Perilaku tersebut, membuat secara tidak langsung menjadikan manusia yang memiliki pola pikir instan.

"Perilaku-perilaku seperti ini yang membuat kita menjadi tidak sadar secara tidak langsung, karena kita hanya menerima hal-hal yang sifatnya itu instan tapi tidak memikirkan hal-hal yang sifatnya merusak," imbuhnya

Tanggapan lain, datang dari mahasiswi Jurusan Ekonomi yang tidak mau disebutkan namanya ini. Menurutnya ada hal yang melatar belakangi perilaku komsuntif tersebut, pelaku industri tidak akan mendistribusikan tanpa adanya permintaan konsumen.

"Kembali lagi ke strategi pasar dan permintaan konsumen. Karena, bangsa indonesia selalu mengikut perkembangan model fashion," tutupnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun