1000000
6
60000000
Total Rp 198.960.000
Biaya per mahasiswa Rp 33.160.000
Bukan karena tidak menyadari ketidakmampuan dan keterbatasan kami, tapi sebagai penerus bangsa kami ingin melakukan magang di negara yang maju pertaniannya untuk dijadikan contoh yang baik, menimba ilmu pengetahuan dan teknologi kami, memotivasi untuk melakukan gerakan revolusioner dan membagi pengalaman kami dengan generasi muda yang lain. Dana tersebut adalah perkiraan dari kami yang mungkin perlu direvisi.
Kami sudah mengajukan dana ke pihak Rektorat dan sudah dalam satu bulan kami berjalan, berlari ke rektorat dan menunggu waktu senggang para pemimpin kami di Universitas Brawijaya. Kami sudah menemui Pembantu Rektor III dan beliau akan mempertimbangkan dengan Bapak Rektor kami. Kami sudah melakukan konsultasi dengan petugas beasiswa dan kemahasiswaan dengan pertimbangan yang ada dalam memberi kebijakan. Selanjutnya kami mendatangi Pak Rektor, banyak sekali kendala Bapak, tapi kami tetap optimis, mulai dari penjagaan ketat yang dilakukan satpam, pihak sekretaris yang mempertanyakan surat pengantar untuk bertemu dengan Pak Rektor. Kami hanya ingin bertemu dengan pemimpin tertinggi di Universitas kami, tidak lebih. Akhirnya kami dipersilahkan masuk dengan perdebatan kecil dan negosiasi. Kami menceritakan tentang apa yang menjadi niat kami untuk bertemu dengan beliau. Beliau berkata bahwasannya tidak ada bantuan dana bagi mahasiswa yang melakukan kegiatan magang di luar negeri. Kami juga menyadari akan keterbatasan dana yang ada setelah mendapatkan penjelasan dari beliau. Namun tidak ada solusi dan kesediaan untuk membantu.
Proposal yang kami bawa pun tidak sedikitpun dibuka dan dilihat. Saya juga mempertanyakan tentang acara-acara Dies Natalis Universitas Brawijaya yang mengundang para artis. Kegiatan tersebut tidak hanya sekali dilakukan, namun berkali-kali yang katanya dana yang ada dibantu oleh sponsor bank. Suatu hari saya pernah datang untuk mengikuti konser Ari Lasso dan Bapak Rektor kami diminta untuk berjalan ke depan panggung dengan istri beliau. Senyum dan wajah sumringah beliau terpancar, kami pun turut berbahagia melihat beliau dengan begitu banyak tugas dan tanggung jawab yang berat bisa tersenyum bahagia. Bahkan beliau sempat berebut microphone dengan istrinya untuk menjawab pertanyaan dengan Ari Lasso. Wajah tersebut berubah ketika kami mengajukan dana untuk magang. Raut penuh pertimbangan karena memang tentang sesuatu tanggung jawab besar.
Selain mengajukan proposal, kami berenam juga menjadi asisten praktikum di jurusan kami masing-masing dan mendapatkan gaji pada setiap akhir semester sesuai dengan jumlah mata kuliah yang kami ajarkan. Ada yang menjadi asisten pada satu mata kuliah, tiga mata kuliah bahkan tujuh mata kuliah kami ambil. Ratusan ribu kami kumpulkan bersama-sama. Ada juga yang menjadi pendamping mahasiswa difabel dengan tunjangan setiap bulannya. Semua kami lakukan untuk membuat paspor, kebutuhan sehari-hari ketika dana Bidik Misi telat cair. Kami juga berjualan kue dan minuman untuk mahasiswa. Selain aktif menjadi asisten praktikum, kami juga aktif mengembangkan soft skill di beberapa organisasi kampus.
Kami mungkin banyak kesalahan, dinilai muluk-muluk, ketidaktahuan kami tentang birokrasi yang membingungkan dan masalah anggaran Universitas kami. Kami mohon balasan dari Bapak Menteri tentang niat mulia kami mahasiswa penerima Bidik Misi untuk berpendidikan dan melakukan perubahan yang berarti untuk bangsa ini. Semoga filsafah indah dalam mendidik sejak dini, sekolah setinggi mungkin dan menjangkau lebih luas dapat terlaksana. Bukan maksud kami untuk memojokkan dan menilai dari satu sisi, kami hanya bercerita tentang yang kami alami sebagai generasi muda penerus bangsa yang sangat prihatin dengan keadaan negeri ini. Kami ingin memperjuangkan dan mengharumkan kembali INDONESIA NEGARA AGRARIS kami. Demikian cerita kami, semoga Bapak Menteri bisa membalas email ini. Saya meminta maaf apabila perkataan kami memalukan sebagai mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi dan seluruh hal yang dinilai kurang sopan dan mertabat. Bukan maksud kami egois atau menyangkut kepentingan sendiri. Namun ini adalah harapan besar dengan salah satu cara yang telah diberikan oleh Tuhan. Kami percaya bahwasannya Tuhan Maha Kaya. Apabila ada sesuatu dari kami yang harus dikoreksi, mohon untuk diingatkan dan pengertiannya. Saya ucapkan terima kasih tanpa batas kepada Bapak Menteri.
Hormat saya,
Firda Alfiani
(Mahasiswa Penerima Bidik Misi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H