Pendidikan adalah investasi sumberdaya manusia jangka panjang yang memiliki peran penting demi keberlangsungan hidup dan negara. Pendidikan dan mahasiswa adalah satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Kata Maha yang artinya besar selalu melekat kepada mahasiswa sebagai agen intelektual.
Sebagai agen intelektual mahasiswa hanya di hargai eksistensi melalui kualitas dan peran nya dalam masyarakat.
Kontribusi besar diharapakan terhadap mutu pendidikan bangsa melalui pengembangan potensi diri. Sebagaimana dijelaskan oleh Iskandar mengatakan bahwa pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradapan manusia di dunia.Â
Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteksp embangunan bangsa dan negara.Â
Begitu juga Indonesia menempatkanp endidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama.
Namun, fakta mengatakan hal berbeda. Realita pendidikan di Indonesia mengungkapkan tidak meratanya akses pendidikan di suatu daerah. Hal tersebut dibuktikan dengan data penyebaran akses sekolah di daerah pegunungan khususnya Kecamatan Sukapura, Probolinggo.Â
Daerah pegunungan memang rentan terhadap krisis pendidikan, kurangnya akses dan minimnya pendidikan semakin memperparah kondisi pendidikan di daerah pegunungan.Â
Meskipun kurikulum yang diterapkan adalah Kurikulum Merdeka, nyatanya hal tersebut tidak merubah sistem pendidikan di daerah pegunungan. Sebenarnya masalah tidak meratanya sistem pendidikan bukan hanya terjadi di daerah pegunungan. Daerah kota juga menjadi penyumbang tidak meratanya sistem pendidikan di Indonesia.Â
Berdasarkan Pasal 49 ayat (1) Sisdiknas menjelaskan bahwa pemerintah pusat maupun daerah tidak memenuhi alokasi 20% anggaran pendidikan dalam APBN dan APBD. Masalah pendidikan di Indonesia bukan hanya tentang anggaran semata, kualitas SDM yang lemah, dan kurangnya penggerak visi pendidikan nasional semakin melemahkan sistem pendidikan.
Suatu keadaan menyedihkan di negara Indonesia jika sistem pendidikan kita terus terpuruk dalam lingkaran suram proses pendidikan.
Proses pendidikan yang hanya berpatokan pada nilai sebagai standar kesuksesan semakin menjerat pikiran siswa untuk melakukan tindakan apa saja mendapat nilai terbaik. Sehingga, tidak heran banyak kasus kecurangan terjadi saat ujian.