Seperti sajakku terdahulu yang sudah tersurat, masih menggenang di tengah laut.
Aku tetap mengayuh dengan mendayung-dayung, meski benak ini masih menari di atas kepalaku.
Seraya indah berada di titik destinasi bersama bahtera, dengan sapaan warna-warni kehidupan.
Sudah larut mengapung, aku baru siuman dari ribuan ombak yang menyentilku dalam pergantian malam.
Ternyata bahtera rapuh, di sentuh gelombang angin dan aku segera menyingkir sebentar.
Lebih mematahkan lagi melihat dengan mata telanjang bahwa sejawatku memindik ingin menumpang.
Terlihat selamat nyatanya aku sungguh membiru berdekap getir halus.
Terima kasih, akan aku sisihkan lubuk ini dengan lepas dan menarik langkah bersama bahtera lainnya sesuai destinasi semesta.
-f.a.p
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H