Mohon tunggu...
Firda Audina
Firda Audina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

---

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Overthinking dan Perspektifnya dalam Islam

14 Desember 2022   08:12 Diperbarui: 14 Desember 2022   08:16 6372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi overthinking. (Sumber dokumen: mediaindonesia.com)

Dilakukan secara sadar maupun tidak, banyak orang yang memikirkan banyak hal secara berlebihan dan tidak diketahui kepastiannya apakah akan terjadi atau tidak kedepannya. Hal ini dilakukan tidak hanya oleh orang dewasa namun hal ini juga dilakukan oleh para remaja. Memikirkan banyak hal secara berlebihan juga biasa disebut dengan overthinking. Overthinking adalah istilah untuk seseorang yang memiliki banyak pemikiran atau bahkan terlalu memikirkan hal-hal kecil yang dipikirkan terlalu dalam atau berlebihan. Dalam kehidupan sehari-hari yang kita jalani, masyarakat mengalami banyak jenis pemikiran ulang. Misalnya, berpikir berlebihan tentang masa depan. Tanpa pemahaman, masih banyak orang yang suka terlalu memikirkan masa depan, terkadang kita memikirkan hal-hal yang mungkin tidak akan terjadi di masa depan.

Overthinking berasal dari kata "over" dan "thinking". "Over" yang berarti terlalu, sedangkan "thinking" yang berarti pikiran, pemikiran. Sehingga dapat disimpulkan, Overthinking adalah perilaku berpikir berlebihan sebagai reaksi seseorang yang lahir dari keadaan yang berbeda. Di dalam islam sendiri overthinking berkaitan dengan rasa cemas, takut, pesimis, sehingga mendekati berburuk sangka. Karena pada saat overthinking, muncul prasangka dan kekhawatiran hingga bayangan kemungkinan-kemungkinan buruk terhadap sesuatu yang membuat seseorang cemas dan takut. Maka sebab itu, overthinking merupakan hal yang sebenarnya tidak baik dan tidak dianjurkan dalam islam.

Overthinking bisa disebabkan karena adanya bisikan syaitan yang menjadikan manusia merasa buruk, selain itu hal ini juga bisa disebabkan karena belum sepenuhnya manusia memiliki sikap tawakal dan bergantung hanya kepada Allah. Hal ini diperkuat oleh surat An-Nas: 4 yang artinya : "Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi." Kata "was was" bermakna godaan yang masuk ke dalam jiwa manusia dan seringkali berulang juga merupakan perbuatan syaitan untuk mengganggu manusia. Sedangkan, kata "khannas" merupakan sifat dari syaitan yang sering bersembunyi ketika manusia mengingat Allah. Syaitan dapat membisikkan kelemahan pada dada manusia dengan sangat halus. Begitu tersembunyinya godaan syaitan terhadap hati manusia, maka menjadi sangat lekat dengan prasangka.

Manusia dilarang oleh Allah SWT untuk berprasangka karena sebagian dari prasangka adalah dosa. Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 12:

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang." 

Ayat ini menerangkan konsep "suudzon" berburuk sangka baik terhadap dirinya sendiri, orang lain dan Allah. Sikap ini muncul karena sering terburu menilai atau memikirkan suatu kejadian yang belum tentu jelas, atau disebut juga kurang tegas dan bijaksana dalam menyikapi suatu kejadian. Prasangka buruk yang terus berulang dapat menyebabkan ketidakbersyukuran terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya, perilaku yang muncul juga akan semakin jauh dari akhlak Islam yang diajarkan, misalnya tidak berbangkit dan bersegera dalam kebaikan hanya karena keraguan atau ketergantungannya kepada selain Allah SWT.

Khawatir terhadap sesuatu yang belum terjadi merupakan hal yang wajar dilalui manusia namun perasaan khawatir akan buruk ketika perasaan tersebut mengganggu seseorang baik secara kognitif, hingga psikis dan berujung pada perilaku ragu-ragu dan gelisah akan sesuatu hal. Allah SWT telah merencanakan jalan kehidupan seseorang yang terdapat ketetapannya disebut sebagai qada. Adapun takdir merupakan perwujudan dari ketetapan qadha Allah yang dapat disebut sebagai qadar. Allah menentukan ketetapan namun manusia diberikan kesempatan dalam mengusahakan dan memperjuangkan takdir baiknya.

Mencegah terjadinya overthinking bisa dengan mengkombinasikan konsep islam dan metode intervensi psikologi yang telah teruji keefektifannya. Bisa juga dengan cara mengubah cara berpikir kita secara koordinatif, perasaan, persepsi dan perilaku kita pun juga mempengaruhi pikiran. Misalnya konsep tawakal, ridha, husnudzan dan sabar terhadap masalah yang dihadapi bisa dilatih secara terus menerus untuk diterapkan terhadap pola berpikir.

a. Mendekatkan diri kepada Allah, beribadah dan mendekatkan diri kepada tuhan dapat membuat kita lebih tenang serta memasrahkan segala sesuatu kepada tuhan akan meringankan beban kita.

b.   Temukan apa yang menyebabkan overthinking, cari tahu permasalahan apa yang membuat kita overthinking dan melihat semuanya dengan sudut pandang yang lebih luas sehingga dapat berfikir secara jernih dan positif.

c. Mengucapkan kalimat yang positif kepada diri sendiri akan membantu untuk berhenti overthinking

d. Bercerita kepada seseorang yang dipercaya. Dengan cara ini dapat lebih melegakan hati, pikiran, dan perasaan. Dan bisa meminta masukan dan saran mengenai permasalahan yang sedang dihadapi sehingga tidak merasa sendirian. Jika merasa tidak nyaman berbagi cerita secara langsung kepada orang lain, maka bisa menuangkannya dalam tulisan.

e.    Melakukan Aktivitas fisik, seperti olahraga, melakukan hobi, meditasi, dan lain-lain yang dapat medistraksi atau mengalihkan pikiran kita dari overthinking.

Pada dasarnya overthinking bukanlah suatu yang memiliki sisi negatif saja, tapi juga memiliki sisi positif. Karena seorang overthinker memikirkan kemungkinan apa saja yang akan terjadi dimasa mendatang dan berusaha untuk memikirkan solusinya. Tetapi karena terlalu melebih-lebihkan pikirannya sehingga membuat seorang overthinker mengalami kecemasan. Itulah yang membuat overthinking menjadi tidak baik. Karena sudah jelas sesuatu yang berlebihan itu tidak baik.

Sumber:

Afifah Nurul Karimah. 2019. (Universitas Padjadjaran) Overthinking dalam perspektif psikologi dan islam

https://journal.ikadi.or.id/index.php/alwasathiyah/article/view/49

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun