Mohon tunggu...
Firda AuliaRokhmah
Firda AuliaRokhmah Mohon Tunggu... Lainnya - hanya manusia biasa

law, gender

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perempuan dalam Budaya Patriarki

11 Mei 2021   09:53 Diperbarui: 11 Mei 2021   09:56 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gender memegang peranan penting untuk mengidentifikasi satu sama lain di dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Identitas gender merupakan suatu tanda bagi para anggota masyarakat di kehidupan sosialnya juga untuk menyematkan peran sosial yang layaknya untuk mereka jalani. Keragaman gender itu membentuk pengelompokan pada manusia yang memberi gagasan akan karakteristik khusus dari tiap kelompok. \

Tampilan fisik seringkali dijadikan rujukan atau penanda dalam proses identifikasi gender, menempatkan mereka pada satu kategori gender dan membedakannya dengan kategori lain. Identifikasi gender itu dimulai sejak atau bahkan sebelum seorang bayi dilahirkan.

Konsep gender, yang mana membedakan antara laki-laki dengan perempuan berdasarkan konstruksi secara sosial maupun budaya. Perilaku yang menjadi identitas laki-laki maupun perempuan dibentuk melalui proses sosial dan budaya yang telah diperkenalkan sejak lahir. Watak sosial budaya selalu mengalami perubahan dalam sejarah, gender juga berubah dari waktu ke waktu, dari satu tempat ke tempat lain. Sementara jenis kelamin sebagai kodrat Tuhan tidak mengalami perubahan dengan konsekuensi-konsekuensi logisnya.

Dalam nilai gender tradisional, laki-laki dituntut untuk bersikap maskulin seperti perempuan yang sepantasnya berlagak feminin. Terdapat stereotip yang mengatakan bahwa seseorang yang mengenakan lipstick, high heel, dan rok adalah perempuan yang feminine, sedangkan seseorang yang bermain rugby, kartu, dan berjalan dengan angkuh adalah seorang laki- laki yang maskulin. 

Stereotip- stereotip seperti itulah yang dikenal oleh sebagian besar masyarakat. Pemikiran-pemikiran tersebut yang bisa memberikan respon yang negatif. (Astiyanto,2006)

Sesungguhnya perbedaan gender tidak akan menjadi masalah selama tidak melahirkan ketidakadilan gender, namun yang menjadi persoalan ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum perempuan. Ketidaksetaraan gender juga disebabkan oleh adanya sikap bias gender yang didasarkan pengetahuan-pengetahuan masyarakat yang memiliki kecenderungan terhadap kultur sosial budaya yang ada menempatkan perempuan pada kelas kedua. 

Budaya hegemoni patriarki menempatkan laki-laki sebagai pemimpin dalam keluarga, organisasi, maupun politik, sehingga partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan masih relatif rendah. Kurangnya kesempatan yang dimiliki perempuan untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan atau bahkan menjadi pemimpin dari suatu organisasi, membuat perempuan lebih memilih bersikap pasif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun