Mohon tunggu...
Yudha Firatmo
Yudha Firatmo Mohon Tunggu... -

Pujakesuma

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hanya Takut yang di Atas?

3 Juni 2017   10:19 Diperbarui: 3 Juni 2017   10:29 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih tergiang di telingaku kala itu dirimu berkata, menista langit???, saat ini dirimu berkata hanya takut sama yang diatas sana???  hehehhee..aku mulai tahu, apa yang ada di pikiranmu saat ini.  Sudah nggak jelas alias pikun.  Dan dirimu bahkan berani berkata, akulah manusia paling jujur.  Dalam cerita ini, aku menjadi teringat celoteh sang tokoh yang saat ini masih tinggal di hotel prodeo inisial AU.   Banyak Sangkuni di negeri ini, ada yang belum kenal dengan tokoh Sangkuni? Itu lho, salah satu tokoh dalam cerita Mahabarata yang sering licik dalam strategi untuk mengadu domba antara kurawa dan pandawa, hanya untuk tujuan pribadi yaitu dendam pada Resi BISMA, sehingga menghalalkan segala cara untuk membalaskan sakit hati, kebencian dan dendamnya.

Hehehe..kembali ke tokoh cerita.  Hanya takut sama yang di atas sana?? ha, ini tidak jelas artinya.  Apakah takut sama penguasa yang ada saat itu?? , seperti Presiden ataukah orang-orang di atasmu, yang menjadi atasan tidak terlihat, yang memberikan suntikan dana, ataukah atasan atasan yang lain?  ataukah takut pada yang bertahta di tahta langit seperti pikiran saat dirimu berkata, jangan menista  langit??? Tapi, dari omelanmu ini, aku tidak lagi percaya karena dirimu pernah ingkar terhadap nazarmu yang ingin berjalan kaki sampai ratusan kilometer, tapi sampai detik ini, tidak kau lakukan. 

Uban putihmu perlambang, usiamu semakin uzur, Ingatanmu semakin pikun, mbok yo sumeleh kata simbah. (berserah seperti kata kakek/nenek).

Sayang to, bila di usia uzur yang seharusnya tinggal menikmati sisa hidup, harus terpisahkan dari keluarga, menginap di hotel prodeo.  Karena masih ingin berkuasa, walau dirimu tidak lagi perkasa, dan membuat kami melongo. Menonton sandiwara politik, saat penonton di negeri ini sudah tidak lagi pada bodo. 

Itulah cerita hidup, seperti lagu "Panggung Sandiwara" tergantung lakon yang kita terima.  Tapi, manusia kan berhak memilih menjadi lakon apa? Bila kita minta yang di atas atau meminta yang di tahta langit? mau menjadi apa dan mau apa kita.  Karena itu, dirimu KU beri akal budi, dan pikir.  

Selamat merenung, dan tunggu babak selanjutnya.  Apakah akan lolos lagi seperti saat di lautan dari kepungan badai? atau akan terjerat dan terlilit dari kabel transaksi aliran dana, seperti karena tenagamu sudah berkurang, dan engkau tidak lagi perkasa.  Badanmu akan terseret ke hotel Prodeo.  Karena ada kata suci " AKU berkata kepadamu : Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan kemana saja engkau kehendaki, tetapi jika engkau sudah tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ketempat yang tidak engkau kehendaki. 

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun