Mohon tunggu...
Yudha Firatmo
Yudha Firatmo Mohon Tunggu... -

Pujakesuma

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

KBS ku

18 Agustus 2016   17:18 Diperbarui: 18 Agustus 2016   17:28 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

JAMAN SUDAH MERDEKA, PRAKTEK PUNGLI DAN SETORAN MASIH ADA.

Saya bukan asli Surabaya, namun bangga tinggal dan menjadi bagian masyarakat  kota Surabaya karena memiliki seorang Ibu Walikota yang sangat hebat. Siapa yang tidak mengenal beliau? Ibu Tri Rismaharini. Surabaya menjadi kota yang hebat, di kenal di seluruh nusantara, bahkan sampai di manca negara, dan baru saja sukses mengadakan perhelatan akbar luar biasa, UN HABITAT Prepcom III Surabaya 2016 dengan delegasi dari 193 Negara  hadir di kota pahlawanku tercinta ini.  

Namun, kebanggaanku sebagai bagian masyarakat kota Surabaya sedikit terusik dengan adanya praktek pungli dan suatu aturan yang kurang berjalan dengan baik.  Kemarin, Kamis/17 Agustus 2016 kumanfaatkan perayaan kemerdekaan dengan mengunjungi salah satu Icon kebanggaan kota Surabaya, yaitu Kebun Binatang Surabaya, mengingat di tingkat RT ku atau dikompleks di mana kami tinggal tidak ada acara sama sekali, karena RT dan warga yang memiliki kesibukan masing-masing.  

Hanya, mengibarkan umbul-umbul dan memasang bendera merah putih saja di masing-masing rumah, sebagai wujud perayaan syukur atas kemerdekaan bangsa ini.  Kejadian kurang mengenakkan ini terjadi, saat kami memasuki pintu masuk untuk parkir Mobil di kompleks wisata KBS. Pintu masuk di penuhi dengan sepeda motor, sehingga mobil tidak bisa masuk dari pintu parkir yang sebenarnya.  Sehingga kami harus mencari parkir di luar atau di pinggir jalan di dekat lokasi wisata KBS. 

Setelah kami mendapatkan tempat parkir, akhirnya saya meminta karcis bukti parkir. Petugas parkir mengatakan, tidak ada karcis, kemudian saya bertanya berapa biaya parkir yang harus saya bayar?  Sang petugas parkir menjawab Rp. 20.000,- pak.  Saya kaget, betapa mahalnya biaya parkir yang harus saya bayar.  Kemudian saya bertanya kepada sang petugas parkir, kok mahal? Sang petugas parkir menjawab, : Iya pak, kami harus berbagi dengan pihak-pihak lain, seperti dengan pihak DISHUB sambil sang petugas parkir menunjuk seseorang dengan pakaian kebesaran sebagai seorang pegawai DISHUB di ujung pintu keluar area parkir. 

Singkat cerita, saya putuskan untuk tidak jadi parkir di pinggir jalan itu, mengingat petugas parkir tidak bisa memberikan bukti parkir.  Dan akhirnya saya melaju, dan sempat melihat lokasi parkir di dalam area parkir KBS yang semestinya dan saya melihat banyak sekali yang kosong, maka saya putuskan masuk ke area parkir KBS melalui pintu keluar,  dengan saya tatap sang petugas DISHUB yang saat itu menjaga/bertugas.  Sang petugas hanya tertegun melihat saya masuk area parkir dari arah pintu keluar. 

Setelah saya mendapatkan tempat parkir, kemudian saya mencari petugas parkir pintu masuk dengan tujuan meminta karcis bukti saya parkir.   Dan saya sampaikan bahwa saya masuk dari pintu keluar, karena dari pintu masuk mobil saya tidak bisa masuk karena penuh dengan sepeda motor. Dan akhirnya saya bayar biaya parkir mobil saya Rp. 7.000,- dengan bukti parkir yang syah, dengan sebelumnya sang petugas parkir mencatat No. Polisi mobil kami.  

Dari peristiwa ini, saya menangkap ada hal yang harus di benahi.  Mengingat pengunjung lokasi wisata KBS ini bukan hanya warga kota Surabaya saja. Yang pertama yaitu : 1.  Area parkir harus diatur dengan semestinya, sehingga mobil bisa masuk ke lokasi parkir yang sebenarnya.  2. Pungli parkir harus di bersihkan, bilapun lokasi parkir itu di sewakan atau di kelolakan kepada pihak luar harus tetap sesuai dengan ketentuan yang berlaku ataupun ada bukti administrasi dan bukti restribusi parkir yang jelas, sehingga tidak membuka celah oknum-oknum terutama oknum DISHUB untuk memungut pungli. Mengingat mereka sudah digaji oleh negara.  Hal ini untuk menghindari image pengunjung yang kurang baik,  kepada kota Surabaya.  Dan pada akhirnya kurang mendukung program ibu Walikota Surabaya, dengan Good Goverment and Clean Govermentnya. 

Salam perubahan!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun