Mohon tunggu...
Hai_Ly19
Hai_Ly19 Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

Baru saja lulus dari tingkat Sekolah Dasar, sedang berjuang di pondok, slow respon, silahkan follow

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Empati

15 Januari 2023   14:17 Diperbarui: 15 Januari 2023   14:25 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini adalah sayyidul ayyam atau pemimpin hari-hari, ia adalah hari Jumat, hari ini memang aku dan adikku sekolah, namun adikku yang bernama Zari sedang sakit, dari tadi malam.

Aku akan menceritakan peristiwa ketika adikku yang bernama Zari sedang sakit, kurang lebih ia sakit selama sepekan, aku minta maaf kalau aku tidak bisa menceritakan dengan detail, sebenarnya aku cukup susah mengingat kejadian itu tidak terlalu penting (bagiku) dan sudah berlalu beberapa hari dari Zari sembuh.

Hari Selasa dan rabu berturut-turut hingga hari ke lima dan tujuh mungkin tidak kuceritakan detail, langsung saja ya. Hari ini hari pertama, seperti biasa aku diantar oleh ayahku ke sekolah, kali ini aku hanya bersama adikku yang bernama Abdul Haliim. Di perjalanan aku menyempatkan menghafal Hadist Arbain yang nanti akan disetorkan di sekolah.

Tak sampai tiga puluh lima menit atau mungkin tiga puluh menit aku berada di atas aspal, ya kini aku sudah sampai di sekolah, sudah cukup banyak yang datang dan bertebaran di kelas-kelas, lorong kelas, dan halaman.

Setelah berbagai kegiatan belajar, akhirnya datang pula waktu yang kira-kira mayoritas siswa menyukainya, waktu itu adalah waktu kepulangan, setelah merajuk pulang akhirnya siswa diperbolehkan untuk pulang.

Sambil menunggu penjemput aku bermain bersama teman-teman di Pos satpam, lalu ayah memanggilku dan bilang aku akan dijemput ibu, karena ayahku hendak mengisi khotbah di salah satu masjid yang cukup jauh dan akan langsung ke sekolah kembali.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya ibuku datang juga, aku pun langsung bersiap-siap, setelah itu hujan deras, aku dan ibuku hanya pakai motor, jadi kita menunggu hujan reda dan baru melanjutkan perjalanan pulang.

 Waktu pun berlalu aku sudah sampai di rumah, Zari masih sakit aku tidak boleh mengganggunya, aku pun mengajak adik-adik untuk tidak mengganggu Zari dan bermain di luar saja.

Setelah matahari pasti ada bulan, siang pun kini digantikan malam aku dan adik-adikku tidur, semalaman aku tidur nyenyak, tapi orang tuaku begadang untuk menjaga adikku. 

Hari berikutnya adikku terlihat membaik, ia sudah bermain dengan teman-temannya, tiba-tiba Bulik datang dan mengajak kami ke tempat Embah. Kami pun ikut, sebelum ke tempat Embah kami mampir membeli soto terlebih dahulu.

Lalu kami pergi ke tempat Embah, di sana aku dan adik-adikku hanya mendengarkan radio hingga tertidur, aku tertidur cukup lama aku baru bangun setelah adik-adikku membangunkanku dengan berbagai cara.

Karena bingung ingin melakukan apa lagi aku makan sambil membaca buku di ruang tengah, cuaca saat ini bisa dibilang cerah namun cukup panas bagi yang berjemur di luar, oh iya aku baru ingat ini sudah jam enam belas sudah cukup sore.

Kami dijemput ayah dan ibu setelah mereka pulang kerja saat matahari sudah hampir ditelan bumi, sesampainya di rumah, Zari langsung sakit kembali entah kenapa, tadi di tempat Embah ia sudah mulai panas.

Ayah dan ibuku pun jadi tidak bisa tidur lagi karena harus menjaga Zari yang sakit kembali, aku dan adikku persis seperti malam kemarin yang langsung masuk ke dalam dunia mimpi dan tidak memedulikan adikku.

Bulan mulai meredup cahayanya karena sinar matahari sudah mulai menyentuh daun-daun di ranting pohon yang penghuninya memulai untuk mencari rezeki yang telah di berikan Allah.

Sekarang adalah hari Ahad atau orang-orang biasa menyebutnya sebagai hari Minggu, Zari masih sakit, hari ini ada Ahad pagi di masjid desaku, aku berangkat bersama ayahku ke sana, ibuku tidak ikut karena harus menjaga Zari.

Sore harinya Zari akan diperiksa di laboratorium Rumah Sakit untuk cek darah, tapi berangkatnya sebelum isya'. Aku dan adikku yang bernama Abdul dan Ahmad pun tinggal di rumah bersama nenek, aku tidak tahu selama Zari cek darah di Laboratorium, karena aku hanya di rumah bersama adikku.

Setelah menunggu sekitar satu jam akhirnya mereka pulang, saat itu aku sedang membaca buku di kamarku dan adik-adikku bermain di dekatku, saat datang Zari langsung menunjukkan bekas luka suntikannya lalu langsung dipeluk kasur hingga terlelap.

Zari kekurangan Trombosit dan Leukosit,  malam itu aku sibuk menyiapkan jadwal dan mengatur adik-adik agar tidak mengganggu Zari, karena orang sakit itu sangat sensitif dan mudah marah ketika diganggu.

Esoknya menit dan jam telah berjalan dan rupanya waktu sudah menunjukkan pukul tiga lebih, aku pun Shalat tahajud dan mendoakan Zari agar segera sembuh, hari ini aku berangkat sekolah diantar ibu.

Ayah tidak berangkat karena akan memeriksakan Zari ke laboratorium lagi, ada yang berbeda bagiku biasanya kami berangkat selalu bersama Zari makanya hari ini terasa aneh, di sekolah banyak yang mencari Zari, mengingat dia cukup terkenal.

Saat aku mau pulang tiba-tiba salah satu temannya Zari memanggilku, aku menebak-nebak di dalam hati bahwa pasti ia bertanya tentang Zari, dugaanku tidak melesat ia memang bertanya kepadaku tentang Zari.

Aku hanya menjawab Zari sudah cukup membaik, setelah itu aku pergi meninggalkan mereka, tak sampai setengah jam aku menunggu, ibu sudah menjemput kami, aku bersegera mengajak Abdul Halim untuk bersegera, karena mungkin ibu buru-buru untuk kuliah nanti.

Hari Selasa dan rabu hanya seperti hari Senin tidak ada yang berbeda, hanya ayahku yang mengantar. Hari berikutnya Zari sudah berangkat sekolah yang berarti ia sudah sembuh, begitulah dan aku minta maaf karena aku memang lama mengerjakan cerpen yang hanya kira-kira delapan enam ratus kata ini.

Aku mengerjakannya dalam waktu lebih dari lima jam, itu karena aku kurang bisa fokus dalam mengerjakan sesuatu dengan fokus seratus persen, dalam waktu lima jam an itu tidak penuh, hehehe, terima kasih telah membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun